Bola.com, Jakarta - Beberapa tahun terakhir bermain di Liga Champions Asia (LCA) jadi sebuah hal yang langka bagi klub Indonesia. Juara Liga 1 tak punya jatah otomatis bermain di kompetisi tertinggi di Asia. Harus melewati play-off lebih dulu.
Pada awal 2000-an, klub Indonesia masih punya jatah bermain di LCA. Beberapa pemain punya pengalaman luar biasa di ajang tersebut. Termasuk mantan bek kiri Indonesia, Erol FX Iba.
Pemain asal Papua itu pernah bermain di Liga Champions Asia bersama dua klub berbeda. Kenangan pahit dan manis dirasakannya. Dia menceritakannya dalam kanal youtube Sportcast 77 beberapa hari lalu.
Pertama saat dia membela Persik Kediri musim 2007. Dia ikut menorehkan cerita manis. Waktu itu Persik hampir lolos dari fase grup E. Dua kali kemenangan berhasil dibukukan, yakni melawan Shanghai Shenhua (Cina) dan Sidney FC (Australia).
Sedangkan hasil imbang didapat ketika melawan Urawa Red (Jepang). Semua poin didapat saat Persik bermain di Stadion Manahan, Solo yang waktu itu jadi homebase di Liga Champions Asia.
“Lawan yang dihadapi kualitasnya di atas kami. Tapi Persik main tanpa beban. Sampai di grup ini penentuan yang lolos baru bisa ditentukan dalam dua pertandingan terakhir,” kata Erol.
Parkir Bus, Sebelum Mourinho Sudah Ada Daniel Roekito
Tapi Persik menelan kekalahan dalam dua laga terakhir, sehingga tim berjulukan Macan Putih Finish di urutan 3 klasemen akhir.
“Sebelum Jose Mourinho menerapkan parkir bus, pelatih kami, Daniel Rukito sudah melakukannya waktu itu. Ibaratnya, kalau ada piala untuk pelatih yang parkir bus, Daniel Rukito hanya kalah poling saja dari Mourinho,” katanya lalu tertawa.
Sedangkan kenangan pahitnya justru saat Erol membela tim tanah kelahirannya. Persipura Jayapura di musim 2010. Kala itu, Persipura tergabung di Grup F bersama Kashima Antlers (Jepang), Joenbuk Motor (Korea Selatan), dan Changcun Yatai (Cina). Persipura jadi bulan-bulanan di grup ini.
Mereka hanya mampu menang satu kali. Saat menjamu klub China, Changchun Yatai dua gol tanpa balas. Selain, mereka menelan kekalahan. Saat bermain di China, Changchun membalasnya dengan 9 gol tanpa balas. Ketika bertandang ke markas Joenbuk Motor, kekalahan 0-8 dialami Erol Iba dkk.
“Waktu itu, saya sering main di LCA bersama Persipura. Kalau waktu kompetisi ISL, Ortizan Salosa yang main. Di LCA berat. Karena saat tandang, musim dingin. Bermain di suhu minus. Seperti nendang batu, kaki bisa patah rasanya,” imbun Erol.
Hampir Gabung Sydney FC
Tapi ada kisah menarik lain yang dialami Erol dari LCA. Ketika tampil apik bersama Persik di musim 2007, klub Australia, Sydney FC terpikat. Mereka ingin mengontrak Erol di musim selanjutnya. Klub raksasa Australia itu melihat permainan Erol ketika dua tim bertemu di Grup E.
“Waktu itu saya sudah bertemu dengan perwakilan Sydney. Begitu juga dengan manajemen Persik. Kompetisi di Indonesia baru mulai Februari. Tapi Sydney meminta saya gabung Maret. Persik meminta fee transfer. Mungkin Sydney kurang sepakat,” jelasnya.
Padahal waktu itu Erol sangat tertarik bermain di Australia. Andaikan dia memiliki uang lebih, dia rela membayar sendiri fee transfer yang diinginkan Persik.
“Posisinya saya sudah terikat kontrak dengan Persik. Jadi saya serahkan kepada manajemen Persik. Andaikan tawaran itu datang jelang kompetisi selesai. Mungkin bisa saya ke Australia. Jadi, saya anggap waktu itu belum berjodoh saja,” pungkasnya.