Bola.com, Jakarta - Cristiano Ronaldo memilih ke Liga Arab Saudi, sedangkan Lionel Messi hijrah ke MLS. Sejumlah pesepak bola bintang yang pernah bersinar di Eropa akhirnya juga mengikuti jejak untuk berlaga di MLS ataupun ke Timur Tengah.
Alasannya bukan karena para pemain bintang itu tidak laku lagi di Eropa, tetapi gara-gara ada tawaran yang menggiurkan. Bahkan, nominal yang disodorkan ke mereka lebih besar daripada tawaran dari klub-klub Eropa.
Namun, ada sejumlah pemain yang memiliki pemikiran yang unik. Meski memiliki kualitas permainan yang juga setara dengan bintang di dunia sepak bola, para pemain ini justru memilih klub dengan liga kasta bawah.
Ada sejumlah alasan di balik para pemain tersebut justru tidak memilih tawaran yang menggiurkan namun bermain di kasta bawah atau liga antah-berantah. Banyak orang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Berikut delapan pesepak bola dengan karier apik tetapi memutuskan untuk bermain di liga kasta bawah atau antah-berantah.
1. Mathieu Debuchy
Debuchy tidak hanya mencatatkan 27 caps bagi Timnas Prancis. Dia juga merupakan mantan pemain andalan Lille, Newcastle Unite, hingga Arsenal pada era keemasannya.
Sejak 2021, Debuchy bermain di klub kasta kedua Liga Prancis alias Ligue 2, Valenciennes. Meski gagal mengantarkan klub tersebut promosi ke Ligue 1, Debuchy membuat pertahanan Valenciennes sangat solid dan memutuskan pensiun pada akhir musim 2022/2023.
2. Josh Maja
Pernah menjadi lulusan akademi Sunderland dengan nilai dan peringkat tinggi, Maja mencetak 17 gol saat remaja untuk The Black Cats. Dia kemudian pindah ke klub Ligue 1 Bordeaux pada 2019 meski belum tampil memuaskan.
Dia dipinjamkan ke Stoke City saat Bordeaux terdegradasi pada 2021/2022 tetapi kembali ke Matmut Atlantique untuk bermain di Ligue 2 musim lalu. Maja mencetak 16 gol dan finis di urutan keempat dalam daftar pencetak gol Ligue 2, tetapi Bordeaux nyaris gagal promosi setelah finis ketiga.
3. Adryan
Adryan kerap disebut wonderkid lantaran gelandang asal Brasil ini memiliki kemampuan mumpuni. Sayang, kariernya yang sering berpindah-pindah tim seperti di Brasil, Inggris, Prancis, Swiss hingga Turki membuat permainannya tidak berkembang.
Pada Januari 2022 dia bergabung dengan klub Italia yang bermain di Serie B, Brescia. Kini Brescia juga akhirnya turun ke kasta ketiga setelah mengalami kekalahan di play-off degradasi.
4. Patrick Cutrone
Sebenarnya ada nama Gianluigi Buffon dan Cesc Fabregas yang juga bermain di Serie B bersama Parma dan Como, tetapi ada satu lagi nama pemain yang meredup sebelum bersinar yakni Patrick Cutrone. Striker jebolan akademi AC Milan ini pernah memperkuat Wolverhampton Wanderers, Fiorentina, Valencia, dan Empoli sebelum ke Como.
Cutrone bergabung bersama Como untuk mengawal lini depan klub. Cutrone hanya berhasil mencetak sembilan gol musim lalu saat Como finis di urutan ke-13 yang mengecewakan di Serie B.
5. Jose Callejon
Callejon adalah produk akademi Real Madrid yang juga mempersembahkan gelar La Liga bagi Los Blancos pada musim 2011/2012. Callejon juga menjadi bintang di Italia saat mengantarkan Napoli dua kali juara Coppa Italia yakni musim 2013/2014 dan 2019/2020.
Setelah meninggalkan Fiorentina dan Italia, Callejon justru memilih bermain di kasta kedua Liga Spanyol alias Segunda División bersama Granada. Pemain berusia 36 tahun ini sukses membawa Granada juara kasta kedua dan bakal berlaga di La Liga musim depan karena kontraknya baru berakhir pada 2024.
6. Pablo Hernandez
Pablo Hernandez seperti kacang yang tidak lupa kulitnya. Playmaker asal Spanyol ini telah melalang buana di dalam negeri bersama Getafe dan Valencia, lalu juga bertualang di Liga Inggris membela Swansea bahkan 16 tahun di Leeds United.
Setelah meninggalkan Leeds United pada 2021, Hernandez memperkuat klub kota kelahirannya yakni Castellon yang bermain di kasta ketiga Liga Spanyol. Pemain berusia 38 tahun ini mengantar klub ke final play-off sebelum gagal promosi ke Segunda Division setelah kalah dari Alcorcon.
7. Shkodran Mustafi
Nama Shkodran Mustafi tentu sangat familier di telinga pencinta sepak bola karena bek asal Jerman ini pernah bermain di Everton, Sampdoria, Valencia, hingga Arsenal. Mustafi juga membantu Jerman juara Piala Dunia 2014 meski hanya sebagai pelapis Mats Hummels dan Jerome Boateng.
Namun setelah meninggalkan Arsenal, timnya yakni Schalke akhirnya terdegradasi. Cerita yang sama terjadi ketika dia memperkuat Levante. Dia absen panjang karena cedera hingga akhirnya klub itu juga terdegradasi.
8. Jackson Irvine
Irvine merupakan gelandang asal Australia yang telah menikmati karier beragam. Petualangan paling mengesankan tentu saja saat mengantarkan Ross County juara Piala Liga Skotlandia dan menyabet penghargaan Pemain Terbaik Burton Albion musim 2016/2017.
Sang gelandang beralih ke posisi favoritnya sebagai sayap kiri di FC St Pauli di Bundesliga II. Dia mencetak tujuh gol musim lalu saat St Pauli finis di urutan kelima.
Sumber: Planet Football
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut