Bola.com, Jakarta - Daya tarik sepak bola Indonesia memang sangat tinggi, terutama di klub BRI Liga 1. Sejumlah orang kaya atau yang kekinian biasa disebut 'Sultan' tidak kapok-kapok menghabiskan uangnya di dunia si kulit bundar nasional.
Sudah berpuluh-puluh tahun Keluarga Bakrie berkecimpung dalam sepak bola Indonesia. Pelita Jaya, Arema FC, hingga Persija Jakarta telah merasakan pundi-pundi uang dari konglomerat Indonesia itu.
Sejak era Liga Indonesia dengan era Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berakhir pada akhir 2000-an, mau tidak mau klub-klub Indonesia bergantung dengan sumber kekayaan dari pemiliknya.
Sejumlah tim yang baru promosi ke BRI Liga 1 dalam dua musim terakhir juga didanai oleh pengusaha kaya raya demi bersaing dengan tim-tim lainnya yang telah mapan.
RANS Nusantara FC
Raffi Ahmad selama ini dikenal cukup dekat dengan dunia sepak bola. Suami Nagita Slavina itu bersama beberapa artis lainnya aktif dalam komunitas sepak bola yang bernama Selebritis FC.
Kini Raffi Ahmad tidak sekadar aktif di sepak bola komunitas. Sosok yang acap kali disebut dengan julukan 'Sultan Andara' itu memiliki klub sepak bola profesional setelah membeli Cilegon United, dan berganti nama menjadi RANS Nusantara FC.
Raffi tidak sendiri, tapi ia ditemani oleh Rudy Salim yang paham betul bagaimana mengelola sebuah media bisnis. Jika Raffi punya RANS Entertainment, maka Rudy memiliki Prestige Corp yang mengelola banyak sayap bisnis, seperti Automo hingga Leslar Entertainment.
Dengan latar belakang showbiz dan otomotif, duet Rudy-Raffi sukses mengembangkan RANS Nusantara menjadi klub sepak bola yang lekat dengan istilah sportainment. Sayangnya pada musim lalu, tim berjulukan The Phoenix itu terdampar di dasar klasemen.
Persija Jakarta
Nirwan Bakrie yang dikenal sebagai konglomerat papan atas Indonesia ini memang tak terlibat langsung dalam jajaran manajemen Persija Jakarta. Namun, ia memiliki saham penuh menunjuk sejumlah orang kepercayaannya untuk mengelola Persija secara profesional.
NDB, sapaan akrabnya, memulai petualangan panjang di sepak bola Indonesia dengan mendirikan Pelita Jaya yang berkiprah di Liga Sepak Bola Utama (Galatama), kompetisi semiprofesional pertama di Indonesia.
Belakangan, NDB menjadi figur penting di sepak bola nasional dengan berbagai program pembinaan yang didanainya seperti PSSI Primavera dan Baretti, tim anak-anak muda yang berlatih dan berkompetisi di Italia. Kemudian menyusul program sama yakni SAD Uruguay.
NDB juga pernah menjadi pengurus PSSI dengan menjadi Wakil Ketua. Sebelum di Persija, NDB juga pernah mendanai Arema Cronus. Saat ini, selain Persija, NDB juga pemilik saham di klub A-league, Brisbane Roar.
Persib Bandung
Glenn Sugita menyulap Persib Bandung menjadi satu di antara klub paling mapan dan mandiri di jagad persepakbolaan Indonesia. Kerja keras Glenn Sugita membuat Maung Bandung bisa bertahan bahkan cenderung berkembang pada awal-awal larangan bantuan dari dana pemerintah atau APBD.
Bersama sejumlah pengusaha kakap seperti Pieter Tanuri, Kiki Barki, Erick Thohir dan Patrick Waluyo, Glenn membentuk konsorsium untuk menopang pendanaan operasional tim. Setelah konsorsium terbentuk, Persib pun dibanjiri sponsor besar.
Sama seperti Nirwan Bakrie, Glenn lebih banyak berperan di belakang layar. Kendali manajemen PT PBB dijalankan oleh Deputi CEO, Teddy Tjahyono. Saat kompetisi berjalan, selain pelatih, rekan media juga lebih sering mengutip komentar Umum Muchtar, eks manajer Persib yang kini menjadi komisaris di PT PBB.
Glenn merupakan Co-founder Northstar Group, perusahaan pengelola dana (private equity firm) yang cukup besar di level Asia Tenggara. Mengutip Gatra pada 22 April 2020, aset kelolaan Northstar mencapai 2 miliar USD atau setara dengan Rp30 triliun.
Persis Solo
Kaesang Pangarep bersama pengusaha Kevin Nugroho dan Menteri BUMN, Erick Thohir, membeli saham Persis sebesar 90 persen pada 20 Maret 2021. Ketiganya berambisi membawa tim berjulukan Laskar Sambernyawa itu promosi ke Liga 1 pada musim depan.
Tentu siapa tidak mengenal sosok Kaesang Pangarep. Dia merupakan putra dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
"Sebetulnya waktu saya mau mengakuisisi Persis, Bapak cuma kasih satu kata dan bilang lanjut. Begitu saja," kata Kaesang Pangarep pada medio 2021.
Sejak diakuisisi oleh trio sultan tersebut, Persis Solo langsung lolos ke Liga 1. Pergerakan Laskar Sambernyawa tampaknya tak akan langsung berhenti di situ saja sebab perekrutan pemain berkelas dilakukan oleh tim yang bermarkas di Stadion Manahan tersebut.
Bali United
Bali United baru berdiri pada akhir 2014 setelah diakuisisi oleh Pieter Tanuri yang membeli Putra Samarinda. Pria berusia 59 tahun tersebut adalah seorang pengusaha.
Selain menjadi pemilik Bali United, Pieter adalah founder dari perusahaan sekuritas Tri Megah Sekuritas Tbk dan menjadi Komisaris PT Philadel Terra Lestari, PT Buana Capital Sekuritas, dan PT Multistrada Arah Sarana.
Pada 2019, Pieter melakukan gebrakan. Bali United diantarnya melantai di bursa saham dengan kode emiten BOLA. Bali United menjadi satu-satunya klub BRI Liga 1 yang telah IPO.
Bali United pimpinan Pieter juga melebarkan sayapnya ke beberapa perusahaan semodel PT Bali Boga Sejahtera, PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi, PT Radio Swara Bukit Bali Indah, PT Kreasi Karya Bangsa, hingga PT IOG Indonesia Sejahtera.
Dewa United
JHL Group mendirikan Dewa United pada 2021 setelah membelinya dari Martapura FC dan memindahkan kandangnya ke Tangerang Selatan. Sekarang, tim berjulukan Tangsel Warriors itu telah berada di BRI Liga 1.
JHL Group adalah gurita bisnis yang dipimpin oleh Jerry Hermawan Lo yang bergerak di bidang properti, pertambangan, hospitality, lifestyle, otomotif, dan media.
Selain klub sepak bola, JHL Group juga membentuk tim basket dengan nama Dewa United BC. Selain itu, JHL juga merancang tim esports beridentitas Dewa United Esports.
Hanya membutuhkan waktu satu musim, Dewa United promosi ke kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Musim ini menjadi kesempatan kedua Tangsel Warriors untuk eksis di BRI Liga 1.