Menilik Sejarah Panjang JIS yang Jadi Polemik Jelang Piala Dunia U-17 2023

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 13 Jul 2023, 12:15 WIB
Ilustrasi - Kolase Foto Stadion JIS dari Masa ke Masa (Bola.com/Decika Fatmawaty)

Bola.com, Jakarta - Jakarta International Stadium dalam sebulan terakhir mendadak kembali tenar. Stadion berkapasitas 82 ribu itu rencananya akan didapuk sebagai venue Piala Dunia U-17 2023.

Rencana menjadikan JIS sebagai venue Piala Dunia U-17 2023 terendus setelah Indonesia terpilih sebagai tuan rumah. Turnamen tersebut akan digelar pada 10 November sampai 2 Desember mendatang.

Advertisement

Kebetulan pada 15 November 2023 akan ada grup band asal Inggris, Coldplay, yang menggelar konser di Indonesia. Konser tersebut direncanakan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Tercetuslah ide menggunakan JIS karena SUGBK sudah tak memungkinkan menjadi venue. PSSI kemudian bergerak cepat untuk memeriksa kesiapan stadion yang berada di Jakarta Utara itu.

Dalam kunjungannya ke JIS, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, ditemani Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, hingga pakar agronomi, Qamal Mutaqin.

Hasilnya diketahui rumput di JIS bermasalah karena adanya gulma. Kemudian ada beberapa catatan seperti akses masuk stadion yang masih minim sehingga butuh penambahan.

"Stadion yang bagus, namun kami evaluasi. Kalau nanti dievaluasi FIFA mudah mudahan sudah bisa dapat memenuhi standar. Di antaranya salah satu yang utama adalah rumput. Kondisi rumput sekarang menurut evaluasi ahlinya, yang juga mengevaluasi 22 stadion termasuk yang memasang rumput GBK untuk Asian Games, jelas tidak masuk standar FIFA kalau dengan kondisi sekarang," kata Basuki di Stadion JIS, Selasa (4/7/2023).

Pernyataan ini langsung memicu sentimen negatif di dunia maya. Terlepas dari urusan teknis soal kelayakan stadion, pernyataan itu kemudian digiring menjadi aroma politik. Lantas, seperti apa sebenarnya sejarah dari JIS yang kini jadi polemik jelang Piala Dunia U-17 2023?

2 dari 4 halaman

Diusulkan Sejak 2008

Mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. (Liputan6.com/Ratu

Usulan membangun stadion baru dan bertaraf internasional muncul pada 2008. Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo, berencana membangun stadion yang berada di kawasan Taman Bersih Manusia Wibawa (BMW).

Ketika itu, kawasan yang merupakan aset milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu memiliki luas keseluruhan 66,6 hektare. Mulai 24 Agustus 2008 akhirnya Pemprov DKI melakukan penggusuran bangunan-bangunan liar di kawasan tersebut.

Rencananya adalah membangun stadion bertaraf internasional di kawasan Taman BMW tersebut. Sayangnya, proses penggusuran menemui kendala yang mengakibatkan sengketa lahan.

Setelah itu, proyek strategis Pemprov DKI Jakarta tersebut tak terdengar lagi kabarnya. Sampai akhirnya kursi Gubernur DKI beralih ke Joko Widodo.

Rencana pembangunan stadion berkelas itu kembali terdengar seiring rencana Pemprov DKI untuk menggusur Stadion Lebak Bulus. Tujuannya karena di area tersebut akan dibangun sarana depo mass rapid transit (MRT). Stadion Lebak Bulus akhirnya runtuh pada 2015.

3 dari 4 halaman

Bergerak Cepat

Tahun 2012, Basuki dipinang Gerindra untuk dijadikan Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Joko Widodo. (Dok.Liputan6.com)

Joko Widodo kemudian berusaha mempercepat pembangunan stadion pengganti Lebak Bulus. Pemprov DKI akhirnya mengurus bukti-bukti kepemilikan tanah dan mengajukan gugatan sengketa lahan.

Jokowi ketika itu berbekal dua sertifikat kepemilikan yang menyatakan Taman BMW milik Pemprov DKI. Namun, sampai Jokowi meninggalkan jabatan sebagai Gubernur DKI pembangunan stadion itu tak kunjung dimulai.

Pada 2017, Pemprov DKI baru menunjukkan keseriusan dalam pembangunan stadion di kawasan Taman BMW. Djarot Saiful Hidayat yang jadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta melakukan peletakan baru pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan stadion.

Ketika itu Pemprov DKI telah memenangi gugatan sengketa lahan pada tingkat banding pada 2015. Pemprov DKI juga sudah mengantongi sertifikat hak pakai yang terbit 18 Agustus 2017.

Sayangnya, proses pembangunan stadion tersebut kembali menguap. Kemudian rencana pembangunan stadion itu kembali muncul saat digaungkan Anies Baswedan yang maju dalam pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, Anies menjadikan pembangunan stadion tersebut dijadikan janji kampanye Anies.

4 dari 4 halaman

Rampung Saat Pandemi

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau proses pemasangan rangka atap dari Jakarta International Stadium (JIS). Nantinya JIS bisa dimanfaatkan sebagai tempat berbagai perhelatan (multi-purpose venue), seperti eksibisi dan konser musik. (Foto: Dok Humas Pemprov DKI Jakarta)

Anies Baswedan kemudian terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Tak menunggu waktu lama, Anies langsung menugaskan BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk menggarap proyek tersebut.

Proses pembangunan stadion senyap karena Indonesia dan seluruh dunia dilanda pandemi COVID-19. Perlahan dan pasti, setelah tiga tahun akhirnya pembangunan rampung dan diberi nama Jakarta International Stadium.

Stadion megah itu akhirnya diresmikan melalui soft launching pada 19 April 2023. Peresmian dilakukan sebelum laga final International Youth Championship (IYC) 2021 yang jadi event pertama di JIS.

"Sebuah kontribusi masyarakat betawi untuk Indonesia. Ribuan insan anak-anak bangsa bisa bercerita ke anak cucu bahwa di bangunan ini ada jejak keberanian dan kerja keras pendahulu mereka yang menciptakan maha karya untuk meninggikan kota dan bangsa di hadapan dunia," kata Anies Baswedan dalam sambutannya.

"Kami sampaikan apresiasi setinggi-tingginya. Di tetes keringat mereka, akan mengalir pahala kepada mereka. Ini adala bagian yang tidak hanya milik Pemerintah Provinsi DKI tapi seluruh warga Jakarta dan siap menjamu seluruh warga Indonesia dan menjamu dunia," tegas Anies.

Tiga bulan setelahnya yakni pada 24 Juli 2022, akhirnya digelar Grand Launching di JIS. Dalam acara tersebut sekaligus digelar pertandingan persahabatan antara Persija Jakarta melawan Chonburi FC.

Setelah itu, JIS kerap digunakan untuk acara-acara non-sepak bola. Sebut saja Salat Eid hingga konser, namun ironisnya terlupakan dalam agenda sepak bola nasional.