Bola.com, Malang - Satu pelatih Arema FC, I Putu Gede Swisantoso memutuskan mundur dari jabatannya. Musim ini Arema memakai duet pelatih yang berasal dari mantan pemainnya sendiri. I Putu Gede dan Joko Susilo.
Pengunduran diri tersebut disampaikan Putu Gede di depan pemain dan manajemen tim setelah kalah 1-3 dari Bali United di pekan 4 BRI Liga 1 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Sabtu (22/7/2023).
Kekalahan itu membuat Arema belum pernah menang dalam 4 laga awal Liga 1 dan peran Putu Gede di tim kepelatihan bisa dibilang sangat besar. Dia yang memutuskan mundur sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Kini, Joko 'Getuk' Susilo yang memegang kendali tim. Sejak didatangkan manajemen Arema pengujung musim lalu, Getuk hanya digunakan sebagai formalitas lantaran memegang linsensi AFC Pro dan sudah memenuhi syarat sebagai pelatih kepala Liga 1. Sementara Putu Gede tengah menjalani kursus kepelatihan tersebut.
Bola.com merangkum ada 3 fakta tentang Putu Gede di Arema FC.
Pelatih Kepala Sesungguhnya
Dari data yang ada di situs PT Liga Indonesia Baru, Arema mendaftarkan Putu Gede sebagai assisten pelatih. Dalam regulasi, tidak ada penyebutan duet pelatih atau memakai dua pelatih kepala. Apalagi dari segi linsensi kepelatihan, hanya Joko Susilo yang memenuhi syarat sebagai pelatih kepala.
Tapi dalam sesi latihan maupun pertandingan, Putu Gede yang punya wewenang memberikan instruksi, sedangkan Joko Susilo hanya bertugas memberi statemen dalam sesi konferensi pers. Mundurnya Putu Gede setelah hasil buruk 4 laga awal membenarkan jika dia sebagai pelatih kepala sesungguhnya.
Ini membuat track record yang kurang bagus bagi Putu Gede. Dia belum pernah melatih klub selama satu musim penuh di Liga 1. Di Perseru Serui musim 2018, dia memimpin tim dalam 21 pertandingan. Sedangkan di PSS Sleman, Putu Gede masuk di paruh musim dan merasakan 16 pertandingan.
Dinilai Pelatih yang Fair
Meski prestasinya di Arema tak terlalu bagus, bukan berarti pelatih 49 tahun ini tak berkualitas. Secara permainan, Arema dibuatnya tampil menyerang. Hanya, gawangnya rentan kebobolan. Namun yang jadi karakternya, dia pelatih yang fair dalam menilai pemain.
Putu Gede tak ragu menurunkan pemain muda yang minim pengalaman di Liga 1. Dengan catatan pemain tersebut memperlihatkan kinerjanya dalam latihan. Gelandang Achmad Maulana Syarif dan Mikael Tata diberikannya debut di Liga 1 musim ini. Tak hanya itu, dia memunculkan winger baru, Samsudin.
Sikap fair tak hanya diperlihatkan dalam menilai pemain. Tapi juga soal tanggung jawab. Dia memilih mundur setelah gagal memberikan kemenangan dalam 4 laga beruntun di Liga 1. Ini jadi salah satu rekor tercepat di Arema. Pada tahun 2008, Bambang Nurdiansyah juga mundur dari Arema setelah 4 pertandingan di Liga Indonesia.
Tak Berhasil Membangun Kekompakan Tim
Jika melihat 4 pertandingan awal Arema di Liga 1, bisa dibilang tim ini kurang kompak. Itu terlihat dari gesture antar pemain. Dua pemain asing, Ariel Lucero dan Charles Raphael sempat menegur rekannya yang kurang komunikasi di lapangan saat melawan Bali United.
Kondisi di luar lapangan juga tak beda jauh. Jarang pemain Arema kumpul bersama. Mereka hanya bertemu saat latihan. Beda dengan beberapa tahun silam. Dimana pemain Arema sering berkumpul. Baik di mes maupun rumah pemain.
Padahal Putu Gede sudah mencoba menerapkan budaya baru di pengujung latihan. Dia meminta semua pemain melingkar dan saling berjabat tangan. Tapi, itu tak cukup membantu tim jadi lebih kompak.