Bola.com, Jakarta - Terjungkalnya sejumlah klub elite pada empat pekan awal BRI Liga 1 2023/2024 menjadi fenomena yang tak wajar. Meski bertabur pemain bintang, tim-tim papan atas malah terpental di papan bawah.
Ketiga klub elite yang mencatatkan performa bobrok pada awal musim ini ialah Persib Bandung, Arema FC, dan Bhayangkara FC. Saat ini, tiga klub besar itu beredar di zona merah, alias tiga posisi terbawah klasemen sementara BRI Liga 1 musim ini.
Ketiganya sama-sama diwarnai catatan merah. Satu di antaranya ialah sama-sama belum merasakan kemenangan pada empat laga. Persib, misalnya, mencatat tiga imbang dan satu kali kalah.
Hasilnya, mereka berada di peringkat ke-16 dengan koleksi tiga poin. Sementara itu, Arema FC mencatat tiga kemenangan dan satu imbang. Kini, Tim Singo Edan tergusur ke urutan 17 dengan satu poin.
Adapun Bhayangkara FC jadi kubu yang paling parah. Jawara Liga 1 2017 itu selalu menelan kekalahan dan kini menjadi juru kunci klasemen.
Ketergantungan Mesin Gol
Dari ketiga klub itu, Persib Bandung sebetulnya punya produktivitas gol yang paling baik. Dari delapan gol, David da Silva dan Ciro Alves sama-sama mengoleksi dua gol. Empat gol lainnya dicetak pemain lain. Dari segi variasi, ada banyak pemain yang bisa diandalkan.
Situasi ini sangat kontras dengan Arema FC dan Bhayangkara FC. Tim Singo Edan memang punya striker ganas bernama Gustavo Almeida yang kini jadi top scorer sementara BRI Liga 1 dengan koleksi enam gol.
Yang jadi persoalan, semua gol Arema FC musim ini hanya bersumber dari Gustavo. Tak ada pemain lain yang mampu menjadi andalan untuk menjebol gawang lawan selain striker asal Brasil tersebut.
Hal yang tak jauh berbeda juga dialami The Guardian. Mereka masih minim menghasilkan gol. Dari empat gol yang dihasilkan, tiga di antaranya dicetak Crislan Henrique dan sisanya dibukukan Muhammad Ragil.
Pertahanan Mudah Kebobolan
Salah satu faktor yang membuat para kontestan tersebut tersandung pada empat pertandingan awal musim ini ialah buruknya catatan di lini pertahanan. Ketiga klub ini gawangnya terhitung rentan kebobolan.
Persib Bandung, misalnya, sejauh ini menjadi tim dengan jumlah kebobolan terbanyak ketiga dengan kemasukan 10 gol dari empat laga. Padahal, mereka punya dua pemain asing di sektor tersebut, Nick Kuipers dan Alberto Rodriguez.
Sementara itu, Arema FC dan Bhayangkara FC menjadi tim dengan tingkat kemasukan gol tertinggi. Mereka sama-sama kemasukan 12 gol dari empat laga. Rasio kebobolannya memang memprihatinkan, yakni kemasukan rata-rata tiga gol dalam tiap laga.
Efek Tragedi Kanjuruhan
Khusus untuk Arema FC, penurunan performa signifikan pada musim ini sebetulnya bisa ditarik jauh ke belakang. Tragedi Kanjuruhan memang menjadi pukulan paling telak yang efeknya sampai saat ini masih dirasakan Tim Singo Edan.
Sebab, mereka harus terusir jauh dari rumahnya. Arema FC memutuskan untuk berkandang di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Alhasil, Arema tak bisa mendapat dukungan penuh dari suporternya.
Menurunnya pemasukan dari tiket penonton ini bakal berdampak pada sektor finansial. Manajemen Arema FC pun tak memungkiri tragedi yang menewaskan 145 korban jiwa ini juga memengaruhi kepercayaan pihak sponsor.
Saat ini, sanksi larangan bermain di kandang untuk Arema sebetulnya sudah resmi berakhir. Namun, mereka masih belum bisa berkandang di Malang karena Stadion Gajayana masih dalam tahap renovasi.