Kisah Pak Midun Kayuh Sepeda dari Malang ke Jakarta Demi Keadilan Tragedi Kanjuruhan, Disambut Suporter Persebaya

oleh Aditya Wany diperbarui 05 Agu 2023, 21:45 WIB
Pak Midun (kanan) berbincang dengan suporter Persebaya, Tulus, dalam perhentiannya di Surabaya sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarrta demi keadlian Tragedi Kanjuruhan. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Surabaya - Pria berusia 52 tahun itu datang dengan mengayuh sepeda di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jumat (4/8/2023). Dia bukan Bonek, bukan pula datang untuk menyaksikan pertandingan Persebaya Surabaya.

Pada malam itu, Persebaya memang melangsungkan pertandingan pekan keenam BRI Liga 1 2023/2024 dengan menjamu Persikabo 1973. Kalah pula dengan skor 1-2. Ada misi lain yang diemban olehnya.

Advertisement

Salah satu tokoh Bonek, Tulus Budi, menghampirinya seusai bersujud begitu tiba di area stadion. Tulus Budi mengajak pria itu berbincang dan mendapat banyak dukungan dari Bonek yang lain.

Pria itu bernama Miftahudin Ramli atau yang akrab disapa Midun. Dia adalah warga Malang yang berada dalam misi menuntut keadilan Tragedi Kanjuruhan. Ya, Midun bersepeda dari Malang dan sudah tiba di Surabaya.

 

2 dari 6 halaman

Justice for Kanjuruhan

Seperti diketahui, Tragedi Kanjuruhan yang meletus pada 1 Oktober 2022 masih belum berujung keadilan. Banyak pihak yang lepas dari jeratan hukum meski sebanyak 135 nyawa melayang akibat insiden itu.

Midun datang dengan pesan perdamaian yang disimbolkan melalui sebuah keranda di bagian belakang sepedanya yang bertuliskan “Justice for Kanjuruhan”. Baginya, Tragedi Kanjuruhan harus menjadi pembelajaran kemanusian dan perdamaian.

“Tadinya saya malah mau jalan kaki, cuma kata teman saya, kalau jalan kaki tidak bisa sampai semestinya. Mendingan pakai sepeda saja. Kalau sepeda itu jalan turun tinggal aja, kalau jalan kaki tetap jalan. Teman menyediakan sepeda, selama tiga bulan ini saya latihan untuk misi ini,” ungkapnya.

Midun berangkat dari Batu, Kamis (3/8/2023) kemarin, pukul 11.00 WIB. Targetnya, Midun akan sampai di tujuan akhir di Jakarta tepat saat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 pada 17 Agustus 2023.

Kedatangan Midun di Surabaya disambut hangat oleh Bonek, suporter Persebaya, yang kebetulan baru saja menonton pertandingan. Tak intimidasi atau perlakuan negatif seperti yang dikhawatirkan banyak orang.

“Alhamdulillah, sangat akrab sekali. Di luar dugaan saya, betul-betul saya tidak membayangkan kalau semudah ini perjalanannya. Padahal, itu yang dikhawatirkan keluarga saya dan teman-teman saya juga. Gak bahaya ta? Welcome,” ujarnya.

 

 

3 dari 6 halaman

Misi Perdamaian

Midun sebenarnya bukanlah keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Dia bekerja sebagai ASN di Pemkot Batu. Misinya ini tak lebih untuk menyuarakan pesan perdamaian sebagai warga Malang.

Rencananya, Midun akan ke Jakarta dengan bersepeda melewati jalur pantura. Dia sudah menyusun rute. Dari Surabaya, dia akan terus mengayuh sepeda menuju Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Pati, Kudus, hingga berbagai daerah lainnya menuju ibukota.

Dia mengaku sudah berlatih bersepeda selama tiga bulan terakhir. Selain sepeda dan keranda, dia juga membawa perlengkapan darurat seperti ban serep, kampas rem, hingga pompa angin. Beruntung, banyak pihak yang membantunya selama perjalanan yang tidak dekat itu. 

“Misinya perdamaian di antara masing-masing suporter daerah, imbauan untuk tidak mengulangi kejadian yang ada di Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Secara biologis, bukan keluarga korban. Tapi, secara psikologis itu sangat memukul. Ini sepak bola kok sampai kejadian seperti ini, tidak masuk akal,” ucapnya.

 

4 dari 6 halaman

Cuti 12 Hari dan Sempat Dicegah Keluarga

Perjalanan Midun untuk mencoba merealisasikan niat ini tidak berjalan mudah. Keluarga sempat mengkhatirkannya. Bahkan, instansi tempatnya bekerja juga sempat mencegah.

Demi misi ini, Midun rela mengambil cuti tahunan 12 hari dari pekerjaannya sebagai ASN. Ditambah akhir pekan, dia menargetkan misinya bisa tuntas dalam 19 hari libur yang dimilikinya.

Bersama Midun, hadir pula dua perempuan yang merupakan keluarga korban mencoba ikut memberikan pengawalan. Mereka adalah Cholifatul Noor dan Juariah.

Cholifatul menangis saat melihat perjuangan Midun yang begitu kuat untuk menyuarakan misi ini. Dia tidak habis pikir, Midun mau melakukan hal ini sementara banyak keluarga korban yang memilih diam dan pasrah.

“Keluarga korban banyak yang diam. Kami sebenarnya juga capek, tapi harus semangat. Ayo, jangan jagakno (mengandalkan) yang lain. Jangan malah memfitnah seperti apa. Ayo kompak bersatu,” ucap perempuan yang akrab disapa Ifa itu.

“Saya inta dari keluarga korban seperti itu. Sekarang, semakin ke sini, semakin banyak yang kompak. Maksud saya, yang tidur-tidur ini ayo bangun. Ini orang lain Pak Midun, rela menyuarakan aspirasi,” imbuhannya.

Ifa mengaku sempat khawatir dengan upaya yang dilakukan oleh Midun. Sebab, perjalanannya yang cukup jauh berpotensi mendapat banyak hambatan. Apalagi, sudah mulai muncul intimidasi.

“Tulisan itu tidak menyudutkan sama sekali, ini aspirasi dari keluarga korban. Sempat ada yang mengintimidasi, kerandanya harus dicopot. Buat apa gowes ke Jakarta kalau tanpa keranda. Begini saja kalian takut sama keranda, kata-kata,” ungkap Ifa.

“Kenapa waktu membunuh anak kami kalian tidak mikir, tidak ketakutan? Saya berterima kasih kepada Pak Midun. Saya juga mohon maaf, ini bisa jadi merepotkan keluarga Pak Midun,” ujarnya.

 

5 dari 6 halaman

Sambutan Bonek

Ifa mengaku juga sempat khawatir begitu Midun masuk ke Surabaya. Maklum saja, suporter Persebaya masih punya relasi yang kurang baik dengan suporter Arema. Ada kekhawatiran hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Bonek sendiri sudah langsung memberikan dukungan moril dalam pengusutan tuntas sejak kasus ini terjadi. Itu dimulai dengan misi perdamaian datang ke Malang yang disambut hangat warga sekitar Kanjuruhan.

Lalu, Bonek juga menggelar doa bersama di Surabaya untuk mengenang korban yang mayoritas Aremania. Rivalitas kedua suporter masih terus muncul, meski sudah ada upaya baik dari suporter Persebaya.

“Alhamdulillah, sambutan luar biasa. Mobil saya plat N, takut ada sweeping, apalagi pas Persebaya main juga. Ternyata, ada banyak sambutan dan dukungan. Saya berterima kasih kepada Persebaya juga,” tutur Ifa.

 

6 dari 6 halaman

Sejauh Penyelesaian Tragedi Kanjuruhan?

Proses persidangan pertama untuk menyelesaikan masalah ini telah diselenggarakan pada 16 Januari 2023. Seluruh prosedur persidangan, termasuk rekonstruksi digelar di Surabaya.

Proses persidangan dipimpin oleh hakim Abu Achmad Sidqi Amsya dalam persidangan dilakukan tertutup dan tidak dilakukan siaran langsung. Meskipun begitu, awak media diperbolehkan memasuki ruang sidang dengan keamanan yang ketat.

Hanya enam orang yang didakwa atas tragedi ini. Mereka adalah Ahmad Hadi Lukita (Direktur PT LIB), Suko Sutrisno (Kepala Keamanan Arema FC), Abdul Haris (Ketua Panitia Penyelenggara Arema FC), Hasdarman (Komandan Brimob Jawa Timur), Wahyu Setyo Pranoto (Kabagops Polres Malang), dan Bambang Sidik Achmadi (Kasat Samapta Polres Malang).

Pemerintah melalui TGIPF telah berjanji untuk menambah terdakwa selama proses investigas berlangsung. Terlepas dari hasil fakta temuan tim independen (seperti Narasi, Antara News, dan The Washington Post) yang menemukan tabung gas air mata di dalam tribun penonton.

Lejaksaan menyatakan bahwa “angin yang bersalah” atas kematian pada tragedi. Hal ini pun menjadi bahan ejekan dan tertawaan masyarakat publik, sekaligus ironi di tengah upaya mendapatkan keadilan tragedi mengenaskan itu.

Berita Terkait