Bola.com, Jakarta - Bhayangkara FC musim ini menjelma menjadi klub gurem. Bagaimana tidak, mereka masih terjebak di papan bawah, malah di zona degradasi, sampai melakoni tujuh pertandingan BRI Liga 1 2023/2024.
Klub berjulukan The Guardian itu kini menduduki posisi ke-17 dengan meraih empat poin hasil dari satu menang, satu seri, dan lima kalah. Mereka hanya unggul dari Arema FC yang ada di posisi juru kunci dengan hanya dua poin.
Situasi yang dihadapi oleh Bhayangkara FC semakin tidak mudah karena sulit menang. Namun, pelatih Emral Abus mengaku belum ada ultimatum yang mengarah kepadanya atas hasil yang buruk ini.
“Masalah pelatih itu terserah manajemen. Manajemen mengevaluasi, itu bukan wewenang kami. Sampai hari ini, belum ada kata-kata ultimatum untuk tim kepelatihan,” ucap Emral Abus.
Pergantian Pelatih
Apa yang dihadapi oleh Emral Abus itu berbeda dengan beberapa koleganya di klub lain. Sampai pekan ketujuh, tercatat sudah empat pelatih yang hengkang dari klubnya, ada yang mundur, ada yang dipecat, ada yang memakai istilah “diistirahatkan”.
Tiga pelatih pertama yang pergi adalah Luis Milla (Persib Bandung), I Putu Gede (Arema FC), dan Aidil Sharin Sahak (Persikabo 1973). Satu lagi adalah Aji Santoso yang melepas jabatan pelatih kepala Persebaya usia diistirahatkan manajemen klub.
Bhayangkara FC sempat melewati empat laga pertama musim ini dengan hasil kekalahan. Masing-masing terjadi saat berjumpa dengan PSIS Semarang, RANS Nusantara, Persija Jakarta, dan Persikabo 1973.
Tak Ada Masalah
Mereka sempat tampil mengejutkan dengan menahan imbang juara bertahan PSM Makassar. Berikutnya, kejutan kembali muncul setelah Bhayangkara FC menang 1-0 di kandang Persita Tangerang.
Teranyar, klub yang kini bernama Bhayangkara Presisi Indonesia itu malah takluk 1-2 saat menjamu Persebaya Surabaya (8/8/2023). Hal ini menimbulkan tanda tanya tentang kondisi tim yang tampil buruk.
Emral Abus dengan tegas menyebutkan bahwa suasana timnya tidak mengalami masalah. Hanya saja, Bhayangkara FC memang sedang rutin gagal meraih poin penuh saja.
“Suasana ruang ganti biasa. Ppemain sudah mengerjakan tugas di lapangan sebaik mungkin, maksimal. Kekalahan itu menyakitkan tapi mereka berusaha menghilangkan kekalahan hari ini, kami menatap pertandingan besoknya melawan PSS,” ucapnya.
Anomali
Apa yang terjadi pada Bhayangkara terhitung sebagai anomali. Sebab, mereka selama ini ada di papan atas Liga 1. Itu dimulai dengan menjadi kampiun pada edisi 2017 lalu di bawah arahan pelatih Simon McMenemy.
Beberapa musim berikutnya mengalami penurunan meski tetap mampu bertahan di papan atas. Masing-masing berakhir di urutan posisi klasemen ketiga (2018), keempat (2019), ketiga (2021/2022), dan terakhir ketujuh (2022/2023).
Selama lima musim itu pula mereka mempertahankan nama Bhayangkara FC yang telah dipakai sejak 2016. Sayang, saat mengalami perubahan nama jadi Bhayangkara Presisi Indonesia, posisi mereka di klasemen tak presisi di papan atas.