Polemik Pemanggilan Pemain ke Timnas Indonesia U-23, PSSI dan Klub Perlu Bermusyawarah

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 17 Agu 2023, 16:45 WIB
Ilustrasi - Perseteruan Thomas Doll dengan Shin Tae-yong dan Sumardji (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - PSSI dan klub disebut perlu bermusyawarah untuk mengakhiri polemik pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia U-23 untuk Piala AFF U-23 2023 yang makin berkepanjangan.

Dua pelatih di BRI Liga 1 2023/2024 menolak untuk melepas pemainnya ke Timnas Indonesia U-23. Keduanya adalah Thomas Doll dari Persija Jakarta dan Bernardo Tavares dari PSM Makassar.

Advertisement

Thomas Doll menahan Rizky Ridho untuk disertakan Timnas Indonesia U-23 buat Piala AFF U-23 2023. Sementara, Tavares enggan mengirimkan Dzaky Asraf.

Kedua pelatih itu mempunyai landasan yang jelas untuk tidak menyetorkan pemainnya ke Timnas Indonesia U-23. Sebab, Piala AFF U-23 2023 tidak masuk kalender FIFA. Selain itu, jadwalnya juga bentrok dengan BRI Liga 1.

2 dari 4 halaman

Sesuai Aturan FIFA

Pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll merayakan kemenangan timnya atas Persita Tangerang usai laga pekan ke-6 BRI Liga 1 2022/2023 antara Persija Jakarta melawan Persita Tangerang di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Rabu (24/8/2022) malam WIB. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Sikap Thomas Doll dan Tavares yang berpegangan teguh terhadap aturan FIFA itu mendapatkan pertentangan dari Ketua PSSI, Erick Thohir, Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, dan Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji.

Konflik pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia telah berlangsung sejak lama, namun kembali menjadi topik utama sejak Thomas Doll mengungkapkan kegeramannya pada tahun lalu.

Thomas Doll tidak paham dan kecewa karena banyak pemain Persija dipanggil Timnas Indonesia berbagai level usia bukan untuk agenda FIFA dan kompetisi masih berjalan.

3 dari 4 halaman

Musyawarah Lebih Dulu

Pakar komunikasi, Effendi Ghazali, berinisiatif ikut mengawal hasil deklarasi Ciamis hingga ke Presiden Joko Widodo. (Bola.com/Robby Firly)

"Saya setuju untuk dibuat aturan yang mengikat setelah adanya musyawarah," ujar pengamat sepak bola Effendi Gazali, menyikapi polemik pemanggilan pemain itu.

"Apa tujuan kemerdekaan RI? Meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Saya yakin seluruh putra dan putri terbaik bangsa selalu bangga menambah caps untuk membela Timnas Indonesia."

"Pada sisi tertentu, sepak bola termasuk olahraga pemersatu bangsa, bersama dengan bulutangkis dan aneka olahraga lain. Bayangkan kegembiraan dan persatuan bangsa ketika kita kembali mendapat medali emas SEA Games 2023," imbuhnya.

4 dari 4 halaman

Disesuaikan dengan Jadwal Kompetisi

Dia berharap bahwa penyelenggaran turnamen antarnegara dan klub di Asia Tenggara (ASEAN) dan Asia dapat menyesuaikan dengan jadwal kompetisi domestik.

"Sedapat mungkin disesuaikan agar jangan juga terus-menerus ada turnamen yang di sisi lain bisa merugikan klub. Para pelatih kan dituntut mencapai target prestasi tertentu," tuturnya.

"Bisa juga ada kegiatan ASEAN yang formatnya disesuaikan menjadi rangkaian beberapa pertandingan, di sela-sela jeda internasional, lalu ada finalnya."

"Pada tataran mikro, akan menyakitkan juga melihat Vietnam dan tuan rumah Thailand di Piala AFF U-23 2023 misalnya, barangkali akan sedikit mudah membalas dendam kekalahannya di SEA Games 2023, hanya karena absennya banyak pemain Timnas Indonesia U-23 yang tidak dilepas para pelatih," terang Effendi.

Berita Terkait