Bola.com, Ternate - Malut United FC menjadi klub baru di kompetisi Liga 2. Misi mereka ternyata tidak sekadar bisa naik ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Indonesia, Liga 1.
Klub yang berjuluk sementara Laskar Kie Raha tersebut juga memiliki misi untuk membangunkan sepak bola di Maluku Utara yang sudah lama “mati suri”.
Salah satu cara untuk “membangkitkan” sepak bola di Maluku Utara, Malut United FC menggelar coaching clinic yang dihelat di tiga kota, yaitu Ternate, Sofifi, dan Tidore.
Dari situ, Malut United berencana untuk menjaring pesepak bola muda potensial yang merupakan putra-putra kebanggaan Maluku Utara.
Coaching clinic sudah digelar sejak 13 sampai dengan 15 Agustus 2023. Ratusan anak mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias. Antusiasme juga ditunjukkan oleh pelatih dan pemain Malut United yang membimbing anak-anak peserta.
Tidak hanya kegiatan coaching clinic, Malut United juga sudah melakukan langkah awal yang besar, yaitu pembangunan stadion berkapasitas 25.000 di Sofifi, Maluku Utara.
Langkah awal tersebut dengan diadakannya seremoni peletakan batu pertama untuk pembangunan stadion yang akan dinamakan Malut United Arena.
Stadion Malut United Arena dibangun di atas tanah seluas 6 hektar. Stadion yang akan menjadi markas Malut United FC itu berkapasitas 25 ribu hingga 30 ribu penonton dengan tipe single seat.
Untuk tahu lebih banyak soal kegiatan Malut United FC di Maluku Utara dan alasan pembangunan stadion sendiri, Bola.com mewawancarai COO klub, Willhem Dominggus Nanlohy.
Seperti apa jawaban-jawaban dari mantan pemain yang berposisi sebagai second striker di PSA Ambon itu? Para pembaca bisa menyimaknya pada halaman-halaman berikutnya.
Misi dari Coaching Clinic
Apa tujuan Malut United FC menggelar coaching clinic di Maluku Utara?
Memperkenalkan dan mendekatkan diri dengan masyarakat Maluku utara, karena untuk tahun pertama ini kita belum bisa main di Ternate.
Kelayakan stadion itu belum bisa memenuhi syarat PSSI dan LIB, karena kita main di Jakarta, hubungan emosional harus kita jaga.
Jadi, kita datang bertepatan juga dengan acara peletakan batu pertama pendirian Stadion Malut United Arena. Jadi di sela-sela aktivitas itu, kita ada kegiatan coaching clinic di tiga tempat, di Ternate, Sofifi, dan Tidore.
Bagaimana Anda melihat potensi dari anak-anak dari Maluku Utara?
Antusiasmenya itu. Sangat antusias. Kalau mau mengukur anak-anak Maluku Utara, kita lihat saja dari kontribusi daerah ini ke tim-tim Liga 1, Liga 2, ataupun Liga 3, banyak sekali, puluhan bahkan. Jadi kalau itu jadi ukurannya berarti mereka dulu seperti itu.
Nah, sekarang kita mau masuk secara terprogram. Jadi, anak-anak ini mungkin kita akan berikan fasilitas-fasilitas pendukung untuk sekolah sepak bola.
Jadi, ada perlengkapan latihan. Ke depan, mungkin ada peningkatan kapasitas pelatih. Itu yang mungkin kita fasilitasi supaya terprogram jelas, karena kalau pelatih tidak punya program, ya sia-sia. Dengan pelatih yang baik akan dapat pemain-pemain yang baik.
Apakah ujung dari program untuk anak-anak Maluku Utara ini untuk bisa bergabung ke Malut United?
Itu juga salah satu. Jadi, selama ini mereka berlatih, tapi wadahnya masih belum pasti. Keluar itu kan juga butuh jaringan. Namun, kalau kita sudah punya klub yang bisa menjadi tujuan akhir mereka dari latihan-latihan selama ini, itu kan jadi lebih pendek jaringan itu.
Kalau dulu mereka musti mencari lagi, sekarang Malut United hadir nih. Sudah ada kedekatan dengan kita, misalnya fasilitas yang kita berikan tadi. Jadi seperti bapak angkat-lah untuk SSB. Ke depan mungkin itu.
Jadi, yang terbaik dari mereka, kita ambil. Kalau yang muda kan ada akademi mungkin yang include dengan stadion itu. Kita pasti akan buat akademi dari Malut United. Akademi itu sumber pemainnya ya dari anak-anak yang ini tadi, yang diutamakan itu anak-anak Maluku Utara.
Bangun Stadion Kebanggaan Maluku Utara
Mengapa Malut United harus membangun stadion sendiri?
Sebenarnya karena kebanggan dari kita tuh kalau kita punya stadion sendiri. Pertama, untuk Malut United sendiri, tapi kebanggaan juga untuk masyarakat Maluku Utara.
Yang kita rasa bahwa stadion Gelora Kie Raha (Ternate) ini dari sisi kelayakan kan jauh. Kita punya stadion sendiri supaya kita bisa men-drive ke depannya lebih profesional.
Mari kita bangun secara profesional, kita atur baik-baik, tapi tujuannya itu investasi untuk masyarakat Maluku Utara.
Apakah Malut United bisa menjadi simbol kebangkitan sepak bola Maluku Utara?
Jadi, kalau bilang simbol kebangkitan, berarti selama ini dia tidur, dia mati suri. Mereka dulu punya sejarah pernah juara Soeratin Cup, tahunnya saya lupa.
Mereka pernah di kasta tertinggi liga, Divisi Utama dulu sebutannya. Belasan tahun itu hilang. Nah, ini pimpinan kami mulai tergerak untuk investasinya di bidang olahraga.
Menjadi simbol kebangkitan, simbol kebangkitan itu klub, begitu juga stadion. Itu dua hal yang bisa menjadi simbol. Klub ini dibuat dan ada stadion yang kemarin itu setelah dibacakan teks dan detailnya, kalau jadi itu dalam 3-4 tahun akan menjadi stadion yang cukup megah.
Target Tembus Liga 1
Seberapa yakin Malut United FC bisa menembus Liga 1?
Kalau dari persiapan kita secara manusiawi ya maksimal. Namun, sekali lagi kita percaya semuanya tergantung Yang di Atas, itu penting.
Seberapa usaha manusia kalau yang di atas berkehendak lain, saya rasa sia-sia. Sebagai orang beragama kita percaya, kita bekerja saja, nanti yang di Atas yang sempurnakan.
Kenangan Personal dengan Maluku Utara
Apakah Anda punya kenangan secara personal dengan Maluku Utara?
Saya dari Ambon kan punya rival selalu dengan Persiter Ternate. Saya pemain PSA Ambon. Namun, di lapangan kita memang saling bersaing.
Ketika kumpul di sini, teman-teman lama dulu yang bersama-sama satu divisi dengan PSA Ambon, ternyata ya semangat sepak bola tuh ada, di luar kita teman semua mantan pemain tuh. Mantan-mantan pemain Persiter itu hadir semua ketika ada acara di sini.
Ternate ini selain sudah lama saya tahu, usaha dari pimpinan (pemilik klub, David Glenn) kita kan juga di Maluku Utara. Saya Kebetulan juga berada di usahanya beliau, jadi sering ke sini. Dulu juga kan ini satu provinsi Maluku, baru kita dipecah. Jadi ada provinsi Maluku Utara dan Maluku.
Bagaimana kenangan dengan Persiter Ternate, apakah ada yang diingat?
Final Persiter sama PSA Ambon di Ambon. Itu 1-0, saya yang cetak gol itu. Tahunnya, 1990 berapa begitu. Final Divisi 2 namanya itu, kita mau naik.
Final melawan Persiter, saya bawa PSA. Di Ambon, full stadion Mandala. Anak-anak Ternate yang kuliah di Ambon, semua nonton. Orang-orang Ambon juga nonton. 1-0, saya yang cetak satu gol ke gawang Persiter. Jadi, setelah ketemu lagi, mereka masih ingat itu.
Baca Juga
Darel Valentino, Pesona The Last Boy Scout di Tengah Gemerlap Para Bintang di Malut United FC saat Bekuk PSIS di BRI Liga 1
BRI Liga 1: Malut United FC Pecundangi PSIS, Pembuktian Para Mantan di Semarang
Hasil BRI Liga 1: PSM Comeback dan Bungkam Barito Putera, Malut United Curi 3 Poin di Markas PSIS