Bola.com, Jakarta - Nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi masih menghiasi ingar-bingar sepak bola dunia sebagai pemain kelas wahid. Rivalitas kedua pemain terjadi dalam dua dekade terakhir untuk membuktikan siapa yang terbaik.
Baik Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi tetap bakal menentukan pensiun cepat atau lambat. Ronaldo sudah berumur 38 tahun, sedangkan Messi menginjak 36 tahun. Bisa saja kedua orang itu akan melanjutkan karier sebagai pelatih.
Sebab ada saatnya dalam karier setiap pesepakbola ketika tiba waktunya untuk gantung sepatu dan kemudian menjadi pelatih. Sudah banyak kasus-kasus semacam itu yang lebih dulu dilakukan oleh Pep Guardiola, Zinedine Zidane, atau Diego Simeone.
Mereka tidak hanya sukses sebagai pesepak bola, namun juga kiprah kepelatihan. Namun demikian, banyak juga yang tidak punya nasib baik seperti Pep, Zizou, atau Simeone.
Yuk lihat tujuh pesepak bola legendaris yang ternyata justru tidak bernasib baik ketika menjadi seorang pelatih.
7. Edgar Davids
Sosok Edgar Davids adalah salah satu gelandang bertahan terbaik di planet ini di masa jayanya. Bisa dilihat ketika ia menjadi gelandang perusak saat membela Ajax, AC Milan dan Juventus.
Davids juga menjadi andalan di Timnas Belanda, kemudian bermain untuk Inter Milan dan Barcelona. Dia mengakhiri karir bermainnya di sebuah klub Inggris, Barnet yang jauh lebih tidak glamor, di mana dia diangkat sebagai pemain-manajer pada Oktober 2012.
Davids lalu mengundurkan diri dari pekerjaannya pada Januari 2014 dengan rekor keseluruhan 25 kemenangan dari 68 pertandingan.
Tujuh tahun kemudian, Davids kembali ke manajemen dengan tim Portugal S.C Olhanese, di mana dia bertahan lebih dari enam bulan sebelum dipecat. Saat ini, ia bekerja sebagai asisten pelatih tim nasional Belanda.
6. Gary Neville
Nama Garry Neville pernah menjadi pemain belakang paling disegani di Manchester United. Koleksinya adalah delapan trofi Liga Inggris dan dua Liga Champions.
Namun tidak berlaku ketika menjadi pelatih di Valencia pada periode Desember 2015 dan Maret 2016. Garry Neville dianggap gagal karena dia tidak memiliki pengalaman manajerial dan tidak bisa berbahasa Spanyol.
Neville berhasil memenangkan hanya 10 dari 28 pertandingannya sebagai pelatih. Laga terburuknya adalah dibantai 0-7 oleh Barcelona di Copa del Rey sebelum dia dipecat. Sejak saat itu pula ia tidak tertarik lagi menjadi pelatih.
5. Paul Scholes
Salah satu pemain terhebat yang pernah diproduksi oleh Manchester United, Paul Scholes membuat 499 penampilan di tim senior. Ia memenangkan 11 Liga Inggris dan dua Liga Champions selama kiprahnya di Old Trafford.
Scholes pernah menjadi manajer di klub masa kecilnya, Oldham Athletic pada Februari 2019, Scholes hanya bertahan selama 31 hari dalam peran tersebut.
Pria itu sendiri menyalahkan campur tangan dewan klub dalam urusan tim sebagai alasan kepergiannya.
4. Gianfranco Zola
Nama Gianfranco Zola dikenal sebagai salah satu gelandang legendaris Italia. Ia menjadi andalan untuk Parma, Chelsea, dan juga Timnas Italia.
Namun sayangnya Zola tidak pernah mencapai level terbaik ketika menjadi sebagai seorang manajer. Memulai karier manajerialnya di tim Italia U-21, lalu membesut West Ham pada bulan September 2008.
The Hammers nyaris terdegradasi pada 2009/2010, Zola pun didepak oleh klub London timur itu. Dia kemudian pindah ke Watford di mana dia menjalani musim pertama yang menggembirakan, tapi tidak untuk tahun berikutnya.
Lantas Zola bekerja untuk Cagliari, Birmingham City, hingga pernah bekerja sebagai asisten Maurizio Sarri di Chelsea selama musim 2018/2019.
3. Alan Shearer
Alan Shearer menjadi pencetak gol terbanyak dalam sejarah Premier League dengan 260 gol. Kesuksesannya itu tidak menular saat menjadi pelatih.
Dimulai dari saat menjabat manajer sementara Newcastle United pada tahun 2009. The Magpies yang terancam degradasi memanggilnya menggantikan Joe Kinnear karena sakit.
Nyatanya, Newcastle justru terdegradasi. Hingga membuat Shearer tidak pernah menyatakan ketertarikannya menjadi pelatih lagi.
2. Thierry Henry
Siapa yang tidak tahu kehebatan Thierry Henry sebagai striker lengkap yang pernah ada di muka bumi. Ia adalah legenda Arsenal dan Timnas Prancis.
Tapi ia menghadapi jalan berliku saat menjadi manajer. Henry memulai karir kepelatihan seniornya sebagai asisten Roberto Martinez di Timnas Belgia. Kemudian bekerja di AS Monaco, klub masa mudanya.
Tapi Henry dipecat hampir tiga bulan setelah menjabat, Monaco hanya memenangkan empat dari 20 pertandingannya.
Henry bekerja di MLS sebagai manajer Montreal Impact di tahun 2019. Dalam 29 pertandingannya sebagai pelatih tim Kanada, dia hanya menang sembilan kali dan pergi di tahun 2021.
Meskipun Henry kembali untuk kedua kalinya sebagai asisten manajer Belgia, dia belum menerima peran pelatih kepala lagi dan sekarang menikmati karier sebagai pakar sepak bola.
1. Diego Maradona
Sosok Diego Maradona akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain terhebat sepanjang masa. Sayangnya, hal yang sama tidak berlaku pada karier manajerialnya.
Hasil buruk dari tugas singkatnya sebagai pelatih Deportivo Mandiyu dan Racing Club pada pertengahan 1990an menunjukkan bahwa Maradona tidak akan menjadi pelatih terhebat di dunia.
Maradona kemudian menjadi pelatih negaranya di Piala Dunia 2010. Perjalanan tim Tango dihentikan Jerman saat kalah 0-4 di perempat final.
Maradona sempat mengambil alih tim di Dubai, UEA, dan Meksiko, sebelum kembali ke tanah airnya untuk menahkodai Gimnasia de La Plata. Maradona meninggal dunia pada usia 60 tahun pada November 2020.
Sumber: Give Me Sport
Baca Juga