Bola.com, Jakarta Manajer Liverpool, Jurgen Klopp dikabarkan sudah pasrah kehilangan Mohamed Salah ke Liga Pro Saudi musim panas mendatang.
The Reds menolak tawaran sebesar £150 juta dari Al-Ittihad beberapa jam sebelum jendela transfer Inggris ditutup. Namun, klub-klub di Arab Saudi masih dapat merekrut pemain hingga Kamis (7/9/2023).
Liverpool mengklaim Salah tidak akan dijual dalam keadaan apa pun musim panas ini, tetapi sikap The Reds tidak menghalangi Al-Ittihad, yang diperkirakan merencanakan tawaran luar biasa senilai £200 juta.
Jika Liverpool menyerah dan menerima tawaran tersebut, Mohamed Salah akan menyalip Neymar sebagai pemain termahal di dunia, dan Al-Ittihad tampaknya juga siap menjadikannya pesepak bola dengan bayaran tertinggi di dunia.
Situasi Terbaru
Meski Liverpool dengan cepat menolak proposal Al-Ittihad, masih belum jelas apakah raksasa Merseyside tersebut akan mampu menolak bayaran yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pemain yang kini memiliki sisa kontrak kurang dari 24 bulan.
The Mirror mengklaim, kesepakatan semacam itu mungkin mendapat lampu hijau dari Fenway Sports Group, yang menyadari bahwa biaya £200 juta untuk pemain berusia 31 tahun akan mewakili bisnis yang luar biasa dari sudut pandang keuangan.
Sebaliknya, Klopp berharap pemilik tetap teguh dan menolak pendekatan rekor dunia Al-Ittihad, karena bos Liverpool tidak akan dapat mendatangkan penggantinya sampai jendela dibuka kembali pada bulan Januari.
Rayuan Maut
Salah diyakini tidak akan mendorong untuk pindah dan agennya sering meremehkan pembicaraan tentang kepergiannya dari Anfield. Namun, laporan tersebut menambahkan bahwa dia telah memberi tahu teman-temannya bahwa transfer Liga Pro Saudi yang menguntungkan akan menarik minatnya.
Pasukan Nuno Espirito Santo diyakini bersedia membayar Salah £1,5 juta per minggu, dan dia juga tertarik dengan gagasan menjadi wajah Liga Pro Saudi.
Meski begitu, Klopp masih menaruh harapan bahwa mantan pemain Chelsea dan Roma itu akan terus membela Liverpool musim ini, namun kepergiannya ke Timur Tengah pada tahun 2024 mungkin tidak bisa dihindari.
Baca Juga