Bola.com, Malang - Arema FC mulai bangkit dari keterpurukan di BRI Liga 1 2023/2024. Dua pertandingan beruntun berhasil dimenangkan oleh Singo Edan. Hal itu membuat posisi Dedik Setiawan dkk. mulai meninggalkan dasar klasemen.
Kemenangan 1-0 atas Persikabo 1973 dan 2-0 atas Bhayangkara FC membuat Arema FC kini meninggalkan dasar klasemen dan menempati peringkat ke-16 dengan 9 poin dari 11 laga.
Kans Arema FC untuk lepas dari zona degradasi makin terbuka, karena Singo Edan akan bertemu Persita Tangerang, yang berada satu peringkat di atasnya, pada laga selanjutnya.
Melihat prestasi Arema FC pada musim ini, para mantan pemain ikut bersuara, satu di antaranya adalah Imam Hambali, kapten Arema ketika menjuarai Galatama 1992/1993.
Imam Hambali berpesan agar pemain Arema FC tidak cepat puas, karena tentunya masih berada di papan bawah klasemen BRI Liga 1, tempat yang tidak seharusnya dihuni Singo Edan.
"Jangan cepat puas. Jika dibandingkan dengan era saya bermain, sekarang jauh lebih baik. Dari segi kontrak atau gaji sudah berlebih. Harus diimbangi loyalitas dan rasa memiliki klub," ujar mantan pesepak bola asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu.
Dianggap Medioker, tapi Juara Galatama
Imam Hambali kemudian menceritakan bagaimana Arema ketika menjuarai Galatama 1992/1993, sebenarnya diprediksi sebagai tim medioker dari segi materi pemain. Pun karena finansial klub yang kembang-kempis.
Namun, saat itu semua pemain memiliki rasa memiliki terhadap Arema. Semangat juang yang diutamakan untuk menutupi materi pemain yang terbilang biasa-biasa saja.
"Rasa memiliki Arema, itu yang penting. Walau pemain berasal dari luar Malang, main dengan karakter sendiri, tidak cengeng di lapangan. Selama masih bisa berlari dan pelatih tidak mengganti, akan terus berjuang di lapangan," tegasnya.
Karakter permainan keras Arema di era 90-an juga membuat lawan jengkel. Tak sedikit klub yang menggerutu menghadapi semangat bertarung tinggi plus duel keras yang dilakukan pemain Singo Edan.
“Kami sempat bahas dengan para mantan pemain Arema era Galatama. Lawan yang bertemu Arema pasti merasa jengkel,” sambung mantan pelatih Persewangi Banyuwangi itu.
Terenyuh Melihat Stadion yang Sepi
Imam berharap Arema FC kembali mendapatkan dukungan penuh dari Aremania. Sejak Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, ia ikut prihatin.
Musibah yang membuat 135 nyawa melayang. Imbasnya terasa hingga saat ini. Arema FC menjadi tim musafir dan hanya didukung segelintir Aremania.
"Dulu kalau kami main di Stadion Gajayana, Aremania sampai ke pinggir lapangan. Stadion tidak bisa menampung suporter. Itu fakta. Sekarang terenyuh melihat Arema bermain tetapi stadionnya sepi. Kami harap semua persoalan bisa selesai dan suporter bersatu," ujarnya.