Bola.com, Jakarta - Belum lama ini pelatih Timnas Inggris, Gareth Southgate, mendapat kecaman dari banyak pihak karena tetap menyertakan Harry Maguire di tim asuhannya yang menjalani Kualifikasi Euro 2024.
Kecaman itu wajar, mengingat sang pemain memang tidak tampil mengesankan saat bemain di level klub, atau di Manchester United (MU).
Harry Maguire memang kerap mendapatkan kritikan, bahkan olok-olok, karena penampilan yang tidak bagus bersama Manchester United (MU). Namun, harus diakui bahwa performa itu berbeda ketika sang pemain memperkuat The Three Lions.
Ada banyak alasan mengapa hal seperti ini kerap terjadi, di mana pemain yang tidak tampil baik di level klub justru cukup sering mendapatkan panggilan di level tim nasional.
Mulai dari pilihan sang pelatih tim nasional berdasarkan gaya sepak bola yang diinginkannya atau mempercayakan pengalaman yang dimiliki sang pemain di level internasional.
Harry Maguire bukanlah satu-satunya pemain yang kerap mendapatkan panggilan memperkuat tim nasional setelah tampil biasa saja atau bahkan cenderung buruk di level klub.
Seperti dilansir dari GiveMeSport, berikut enam pemain yang punya permasalahan yang sama, diandalkan dan tampil baik di level tim nasional, tetapi berantakan di level klub:
Harry Maguire - Inggris
Sejauh musim ini berjalan, Harry Maguire mendapatkan lebih banyak menit bermain bersama Timnas Inggris ketimbang yang didapatkan saat memperkuat MU. Jelas Erik ten Hag tidak cocok lagi dengan Harry Maguire.
Namun, kekurangan menit bermain di Manchester United tak membuat Harry Maguire dilupakan oleh Gareth Southgate. Pelatih Timnas Inggris itu tetap memilih Maguire, termasuk di skuad terkininya di Kualifikasi Euro 2024.
Harry Maguire sudah menjalani 58 penampilan dan mencetak tujuh gol, lebih dari bek Inggris mana pun dalam sejarah. Ia juga masuk dalam Team of the Tournament, baik di Euro 2020 dan Piala Dunia 2022.
Tidak buruk untuk seseorang yang tidak bisa mendapat satu pertandingan pun di level klub pada saat ini.
Keisuke Honda (Jepang)
Honda menjalani karier paling aneh yang bisa dibayangkan. Ia mendapatkan status pahlawan untuk tendangan jarak jauh dan kemampuannya mengambil tendangan bebas.
Namun, selain pernah bermain bersama CSKA Moscow, ia tampil mengecewakan di level klub dan megnalami masa yang tidak terlupakan bersama AC Milan.
Ia kemudian melengkapi petualangan dengan bermain di liga kasta tertinggi Lithuania sembari menjadi pelatih Timnas Kamboja.
Namun, di level internasional, ceritanya berbeda. Ia berhasil mencetak 37 gol dari 98 penampilan dan akan tercatat sebagai legenda Jepang.
Miroslav Klose (Jerman)
Dalam daftar ini tentu harus ada Miroslav Klose. Ia adalah seorang striker biasa saja di level klub. Namun, ia berbeda ketika dipanggil memperkuat Timnas Jerman.
Pencetak gol terbanyak sepanjang Timnas Jerman, di mana Die Mannschaft, julukan tim tersebut, tidak pernah kalah saat ia bemain. Klose mencetak 71 gol untuk Timnas Jerman.
Ia pencetak gol terbanyak di Piala Dunia dan sudah memenangkan medali perunggu, perak, dan emas di Olimpiade. Klose selalu bisa diandalkan untuk mencetak gol, tetapi kesulitan untuk mencapai performa terbaik di level klub, terutama di Lazio.
Ali Daei (Iran)
Ali Daei merupakan pencetak gol subur milik Timnas Iran, dengan koleksi 109 gol dari periode 1993 hingga 2006. Karier klubnya dimulai dengan baik di Asia.
Namun, setelah pindah ke Jerman pada 1997 dan bermain bersama Armenia Bielefeld dan kemudian Bayern Munchen setahun kemudian, ia langsung kesulitan di level yang lebih tinggi.
Ali Daei bermain di Uni Emirat Arab pada 2002 dan tidak pernah lagi terdengar di Eropa. Sungguh menakjubkan mengingat betapa berbeda ketika ia bermain bersama timnas Iran.
Joan Capdevila (Spanyol)
Memiliki 60 penampilan bersama Timnas Spanyol adalah bukti Joan Capdevila merupakan pemain yang cukup hebat dalam sejarah La Furia Roja, di mana ia juga masuk dalam generasi emas yang menjadi juara pada era 2008 hingga 2012.
Pemain berposisi sebagai bek kiri ini sudah menjuarai Piala Dunia, Piala Eropa, dan medali perak Olimpiade. Namun, ia tidak bisa mereplikasi penampilannya bersama Timnas Spanyol ketika bermain di level klub.
Bukan pemain yang buruk, tetapi Capdevila dianggap sebagai pemain biasa saja di La Liga. Jauh berbeda dengan ketika main untuk Timnas Spanyol. Maklum, ia tercatat lebih banyak bermain di Deportivo La Coruna dan Villarreal. Bahkan hanya setahun di Atletico Madrid.
Eduardo Vargas (Chile)
Vargas menjadi pencetak gol terbanyak ketika Chile menjadi juara Copa America 2015 dan memecahkan rekor selalu mencetak gol dalam enam pertandingan beturut-turut untuk negaranya.
Namun, di level klub Vargas kesulitan memperlihatkan kekejaman yang diharapkan orang-orang dari dirinya.
Napoli meminjamkannya beberapa kali, yang terakhir adalah ke Queens Park Rangers (QPR) di Inggris, di mana lagi-lagi ia tidak tampil mengesankan di Premier League.
Sumber: GiveMeSport