Seorang anak berusaha mengambil bola yang terjatuh ke kali Banjir Kanal Barat (BKB), Jakarta. Menjamurnya pemukiman dan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta yang begitu cepat mengakibatkan lahan bermain anak menjadi korbannya. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Saat ini, mereka harus menerima kenyataan bahwa lahan bermain semakin langka dan mahal. Bocah ibu kota kini bermain di pinggir jalan, gang sempit, bantaran kali yang notabene berbahaya. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Tanpa alas kaki, bocah-bocah ini dengan lincah mengejar dan menendang bola tanpa khawatir akan cedera. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Mereka juga tampak bahagia melepas canda tawa meski bermain dengan segala kekurangannya. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Seorang anak berusaha masuk ke semak-semak untuk mengambil bola. Bocah-bocah pinggirian ibu kota ini bukannya enggan bermain di lapangan standar dengan fasiltas layak. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Namun biaya sewa lapangan sepak bola di Jakarta bikin mereka harus mengelus dada. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah perjamnya. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Seorang anak membantu temannya yang meringis kesakitan saat bermain bola di pinggiran kali BKB, Jakarta. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Sebuah kota harusnya memiliki paling tidak 30 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari total luas wilayahnya sebagaimana ketentuan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Namun, RTH di Jakarta kini tak mencapai angka 10 persen. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)
Berdasarkan data Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta sesuai dalam laman informasi Jakartasatu.jakarta.go.id, cakupan RTH di Jakarta hanya seluas 33,33 kilometer persegi. Luasan tersebut hanya mencakup 5,18 persen dari luas Jakarta yang mencapai 664,01 kilometer persegi. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)