3 Faktor yang Membuat Gawang Singo Edan Banjir Gol di BRI Liga 1: Telat Datangkan Julian Schwarzer

oleh Iwan Setiawan diperbarui 16 Okt 2023, 09:00 WIB
Julian Schwarzer setelah berlatih dengan skuad Arema FC di Stadion Gajayana, Malang. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Bola.com, Malang - Arema FC menjadi satu di antara tim BRI Liga 1 yang punya jumlah kemasukan tinggi, yakni 27 gol dalam 15 pertandingan.

Mereka jadi tim nomor dua yang gawangnya paling sering dibobol. Sedangkan nomor satu masih dipegang Bhayangkara FC yang kini sebagai juru kunci Liga 1.

Advertisement

Agak mengherankan. Sebab, dua musim sebelumnya, Arema masuk dalam daftar tim minim kebobolan. Hadirnya kiper asing, Adilson Maringa waktu itu membuat Singo Edan minimal ada di 4 besar jumlah tim dengan kemasukan paling sedikit.

Pada musim 2021/2022 Arema kemasukan 27 gol dan menadi terbaik kedua. Arema hanya silisih dua gol dari Persib yang jadi tim dengan kemasukan paling minim.

Sedangkan musim 2022/2023, gawang Arema 40 kali dijebol lawan. Agak banyak memang. Tapi mereka ada di urutan 4 dengan jumlah kemasukan paling minim. Lantas, apa yang terjadi musim ini? Padahal, saat ini Singo Edan juga punya kiper asal, yakni Julian Schwarzer dari Filipina.

Berikut tiga faktor yang membuat gawang Arema FC rentan kebobolan.

2 dari 4 halaman

Bongkar Pasang Pemain di Belakang

Pemain PSIS Semarang, Boubakary Diarra saat melawan Dewa United pada laga pekan ke-8 BRI Liga 1 2023/2024 di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Senin (14/8/2023). PSIS Semarang menang telak 4-1 atas Dewa United. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

 

Sejak awal musim Arema tak pernah tampil dengan komposisi terbaik di lini belakang. Selalu ada pemain yang absen karena cedera maupun akumulasi kartu. Kapten tim Ahmad Alfarizi yang biasa menempati bek kiri baru tampil dalam tiga pertandingan. Pemain 33 tahun itu lebih banyak berkutat dengan cedera telapak kaki.

Selain itu, bek asing Ichaka Diarra juga sempat mengalami cedera hamstring. Bek asal Mali itu baru bermain dalam 8 pertandingan. Beberapa kali Diarra duduk di bangku cadangan karena kondisinya belum fit.

Tak hanya itu, pemain pengganti seperti Mikael Tata, Syaeful Anwar dan lainnya tampil angin-anginan. Bahkan gelandang bertahan Charles Almeida kini lebih sering jadi stoper. Bek cadangan, Asyraq Gufron juga berkutat dengan cedera. Seringnya bongkar pasang pemain belakang ini membuat chemistry antar pemain sulit terbangun. Lawan bisa memanfaatkan celah ini.

3 dari 4 halaman

Terlambat Datangkan Kiper Filipina

Julian Schwarzer, anak mantan kiper Chelsea dan Fulham, Marc Schwarzer, mengikuti latihan bersama Arema FC. (Bola.com/Iwan Setiawan)

 

Dari 27 gol yang bersarang ke gawang Arema, 44 persennya terjadi di empat laga awal musim. Waktu itu, Arema mempercayakan gawangnya kepada dua kiper asing. Teguh Amiruddin dan Adixi Lenzivio. Hasilnya, 12 gol berasarang hanya dalam 4 pertandingan saja.

Setelah itu, pelatih dan manajemen menyadari jika mereka butuh kiper yang lebih tangguh. Julian Schwarzer, kiper asal Filipina didatangkan. Sebenarnya, catatannya saat bermain di Malaysia kurang meyakinkan Karena dia bermain untuk tim papan bawah Kuching City.

Tapi, kini dia berhasil memberi bukti. Putra eks kiper Chelsea, Mark Schwarzer itu kemasukan 15 gol dalam 11 pertandingan. Kiper 23 tahun ini juga membuat tiga kali cleansheet. Sepertinya Julian menemukan performa terbaiknya justru di Indonesia.

Jika melihat awal karirnya, Julian dibentuk sebagai kiper di Inggris. Dia bermain bersama tim kelompok usia Fulham. Meski posturnya tak jangkung seperti ayahnya, tapi dia mewarisi reflek menepis bola yang bagus.

4 dari 4 halaman

Kehilangan Perusak Permainan Lawan

Pemain Madura United, Esteban Vizcarra (kiri) menguasai bola dibayangi pemain Arema FC, Renshi Yamaguchi dalam laga pekan ke-16 BRI Liga 1 2022/2023 di Stadion Sultan Agung, Yogyakarta, Selasa (20/12/2022) sore WIB. (Bola.com/Ikhwan Yanuar)

Selain dua faktor di atas, ada satu hal lain yang membuat pertahanan Arema mudah ditembus. Musim ini mereka kehilangan gelandang yang bertugas merusak permainan lawan. Musim lalu, peran ini dijalankan Renshi Yamaguchi.

Namun, pemain asal Jepang itu tidak dipertahankan. Justru kini dia bermain di Liga 2 bersama Gresik United. Renshi memang bukan pemain dengan skill luar biasa. Tapi dia bisa membuat permainan lawan kacau. Tidak sedikit gelandang serang lawan dibuat jatuh bangun dan akhirnya tak bisa mengeluarkan performa terbaik.

Karena Renshi melakukan segala cara untuk menghentikan serangan lawan dari lini tengah. Itu sebabnya, lini belakang Arema sangat terbantu. Lantaran bola sudah dihentikan Renshi dari lini tengah.

Sebenarnya, musim ini Arema masih punya Jayus Hariono dan Charles Raphael sebagai gelandang petarung. Tapi, dua pemain ini masih kalah agresif jika dibandingkan dengan Renshi. 

 

Berita Terkait