Bola.com, Jakarta - Pertandingan final SEA Games 2011 antara Indonesia melawan Malaysia menjadi salah satu momen bersejarah yang tak akan pernah hilang dari ingatan Gunawan Dwi Cahyo.
Pasalnya, sebagai seorang bek, dia justru terpaksa menjadi eksekutor penalti. Kala itu, Gunawan Dwi Cahyo sebetulnya sempat muncul sebagai pahlawan karena mencetak gol pembuka Timnas Indonesia U-23 ketika laga beru menginjak menit kelima.
Sayangnya, keunggulan skuad Garuda Muda tak bertahan lama. Mohd Asraruddin Putra Omar sukses menyamakan kedudukan pada menit ke-35. Sepanjang waktu normal, skor 1-1 tak berubah.
Duel antara dua negara ini akhirnya harus dilanjutkan via adu penalti. Sebab, babak tambahan waktu yang berlangsung 2x15 menit juga tak menghasilkan gol tambahan dari kedua kubu.
--
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Tak Siap
Gunawan Dwi Cahyo mengatakan, dia sebetulnya tak pernah berpikir untuk menjadi eksekutor penalti. Sehingga, selama sesi latihan, pemain asal Jepara ini tak terlalu serius untuk berlatih sepakan 11 pas.
Namun, saat itu hanya ada tiga pemain yang menyatakan kesiapannya kepada pelatih Rahmad Darmawan yang siap menjadi eksekutor, yaitu Titus Bonai, Egi Melgiansyah, dan Abdul Rahman.
“Sebenarnya, saat latihan penalti, eksekusi saya tak pernah masuk. Saya lebih banyak bercanda. Pokoknya lebih sering asal-asalan,” ujar Gunawan dalam sesi wawancara bersama kanal YouTube Sport77.
“Namun, saat melihat pemain-pemain lain saat ditanya yang siap hanya tiga orang. Sisanya tidak ada yang siap. Saya jadi pemain terakhir yang ditanya Coach RD untuk menjadi penendang penalti,” imbuhnya.
Merasa Terpaksa
Bek tengah yang namanya melejit bersama Persik Kediri ini pun terpaksa menerima permintaan dari Rahmad Darmawan, asalkan dia tak menjadi algojo yang pertama.
“Kalau semuanya tidak siap, saya hanya bilang, ‘Saya siap. Asalkan bukan penendang pertama’. Pokoknya saya jadi penendang kedua saja atau yang ke berapa,” ujarnya.
“Makanya saat mau menendang, saya lebih banyak berdoa saja. Makanya banyak yang mikir kalau saya seperti komat-kamit. Karena saya tidak pernah menghadapi situasi seperti ini,” imbuhnya.
Ketar-Ketir Lihat Kiper Lawan
Salah satu hal yang membuat Gunawan merasa was-was adalah penjaga gawang Malaysia saat itu, yakni Khairul Fahmi. Sebab, dia adalah sosok penting yang membuat Timnas Indonesia kerepotan pada Piala AFF 2010.
“Saat jalan dari tengah lapangan menuju kotak penalti, jalan saya sangat pelan. Tapi sepanjang perjalanan itu saya hanya berdoa saja,” katanya.
“Soalnya, saat melihat kiper Malaysia saat itu, dia adalah pemain penting pada Piala AFF 2010. Jadi rasanya seperti gimana gitu,” tambahnya.
Rontoknya Rasa Bersalah
Lelaki berusia 34 tahun ini sebetulnya sempat merasa lega. Perasaan bersalahnya karena gagal melakukan eksekusi seakan rontok setelah pemain Malaysia, Ahmad Fakri Saarani, gagal mengeksekusi penalti.
“Saat setelah menendang dan tidak masuk, rasanya sangat kecewa sekali. Saya duduk tersungkur itu kan lama sekali. Karena rasanya sangat kecewa,” ujar pemain yang dua kali juara Liga 1 bersama Bali United ini.
“Namun, setelah saya nendang, Malaysia kan sempat gagal juga. Di situ rasa bersalah saya seperti lepas semua. Sebab, kesalahan saya seperti sudah tertutup karena tidak gol,” ia melanjutkan.