Bola.com, Surabaya - Direktur Akademi Deltras FC, Fakhri Husaini, mendorong para pemain Timnas Indonesia U-17 untuk berkarier di luar negeri setelah Piala Dunia U-17 2023.
Fakhri Husaini adalah pelatih yang membawa timnas U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2018 di Sidoarjo, Jawa Timur. Selain itu, ia juga pernah menangani timnas U-19.
Fakhri bercerita ketika dua pemainnya di timnas U-16 dan timnas U-19, Bagus Kahfi dan Brylian Aldama, berkiprah di luar negeri namun minim mendapatkan kesempatan bermain.
Bagus Kahfi pernah membela klub Belanda, Jong Utrecht, pada 2021-2022 dan tim Yunani, Asteras Tripolis, pada 2022-2023. Tetapi, penyerang berusia 21 tahun ini hanya berlaga dua kali selama tiga tahun.
==
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bagus Kahfi dan Brylian Aldama
Saat ini, Bagus Kahfi menjadi bagian Barito Putera. Pemain berambut keribo itu telah bermain 18 kali di BRI Liga 1 2023/2024 dengan mencatatkan tiga assist.
Sementara, Brylian Aldama memperkuat dua kesebelasan Kroasia, HNK Rijeka dan NK Pomorac 1921. Gelandang berusia 21 tahun itu gagal di Eropa dan kembali ke Indonesia.
Brylian Aldama bergabung dengan Persebaya Surabaya pada tahun lalu. Terbaru, pemain kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur, ini malah dipinjamkan ke klub Liga 2, PSCS Cilacap.
Cerita Fakhri Husaini
"Waktu Bagus Kahfi dan Brylian Aldama ke luar negeri, saya bertanya. Mau bermain atau gagah-gagahan saja?" ujar Fakhri di media center Piala Dunia U-17 2023 Surabaya pada Selasa (14/11/2023).
"Ketika mereka tidak tampil di luar negeri, ada rentang waktu yang hilang hanya untuk trial. Mereka terdaftar di klub, tapi tidak bermain. Kalau ada pilihan berkarier di luar negeri, ambil lah."
"Tapi betul-betul memilih klub yang memberikan kesempatan bermain. Kalau tidak lebih bagus, lebih baik di Liga 1 atau Liga 2. Yang penting mereka mempunyai kesempatan tampil reguler di kompetisi. Ini jauh lebih penting untuk pemain muda," terang Fakhri.
Dipantau Pemandu Bakat
Fakhri Husaini yakin para pemain Timnas Indonesia U-17 turut dipantau oleh pemandu bakat yang mengamati Piala Dunia U-17 2023. Namun, jangan juga mudah tergiur dari tawaran dari klub Eropa.
"Kalau mereka ke luar negeri dan bermain di klub besar tapi di tim juniornya, kalau ada talent scouting yang menawarkan mereka bermain di Eropa, jangan masuk klub yang hanya menyenangkan bangsa kita," ujar Fakhri.
"Kita senang pemain kita berkarier di luar negeri. Tapi, faktanya mereka tidak pernah bermain. Buat apa," katanya.
Saddil Ramdani Bisa Jadi Contoh
Fakhri mengambil contoh Saddil Ramdani. Winger Timnas Indonesia itu lebih memilih berkancah di Malaysia. Saddul awet di sana sejak 2021 dan dapat dianggap sebagai satu di antara pemain asing terbaik di Negeri Jiran.
"Saya mengapresiasi keputusan Saddil. Dia tidak ke Eropa. Dia ke Malaysia tapi ia mendapatkan kesempatan bermain yang banyak. Untuk pemain-pemain muda kita kalau mendapatkan kesempatan di ASEAN, mengapa tidak dipilih?" imbuh Fakhri.
"Namun, syaratnya harus mendapatkan kesempatan bermain. Berkarier di Eropa oke, sepak bolanya bagus. Tapi, di sana hanya 2-3 tahun latihan, kapan bermainnya? Saya melihat, di setiap Piala Dunia level usia, ada pemandu bakat yang hadir," paparnya.
Tergoda dengan Riski Afrisal
Fakhri Husaini tergoda dengan winger Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunua U-17 2023, Muhammad Riski Afrisal. Pemain asal Madura United ini disebut sangat bertalenta.
"Saya suka dengan penampilan Riski Afrisal. Dia pemain potensial, mempunyai keberanian satu melawan satu, dan penetrasinya bagus," ucapnya.
"Ini saya sampaikan bahwa ada banyak bakat-bakat hebat di Indonesia. Hanya saja, perlu dipikirkan suatu sistem tata kelola kompetisi usia muda yang berkuatlias sehingga bakat dari Aceh hingga Papua bisa tertangkap dengan baik," ungkap Fakhri.