Bola.com, Jakarta - Sekolah sepak bola Proball Mastery, yang bertekad untuk terjun ke Liga Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, menjadikan kisah sukses Johor Darul Ta'zim F.C atau JDT sebagai inspirasi.
JDT memang sedang berkembang tak cuma di Malaysia, tetapi di level Asia. Sejak mengubah nama dari Johor FC menjadi JDT pada 2013, mereka langsung menjelma sebagai kekuatan mahsyur di Negeri Jiran.
Banyak pihak menilai JDT layak jadi model bagi klub Asia Tenggara khususnya, bukan cuma teknis di atas lapangan, tetapi bagaimana manajemen tim yang melingkupi finansial dan branding.
Tidak heran kalau Proball Mastery menjadikan JDT sebagai model profesional. Founder Akash Nathani tidak sungkan untuk mencontoh manajemen JDT, di dalam maupun di luar lapangan.
"Dalam tiga tahun kita punya target menjadi klub Liga 3. Klub profesional dan semoga setiap tahun ada promosi. Semoga bisa tembus Liga 1 dalam lima atau enam tahun. Rencana kita jauh ke depan. Saya menyukai JDT. Kita terinspirasi JDT," kata Akash.
--
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pelan-Pelan
Jalan Proball Mastery untuk menembus kasta tertinggi Liga Indonesia jelas masih panjang. Oleh karena itu, mereka bakal pelan-pelan mengikuti proses.
Proball Mastery berencana untuk masuk Liga 3, berkompetisi di kasta terendah Liga Indonesia. Mereka menargetkan waktu tiga tahun untuk berkancah di sepak bola profesional.
Saat ini Proball memiliki sekolah sepak bola dari usia lima sampai 16 tahun. Lokasi Proball telah tersebar di enam cabang yang berada di beberapa wilayah di Jakarta seperti Pejaten, Cempaka Putih, Cilandak, Sunter, Bintaro dan Kelapa Gading.
Fokus Infrastruktur
Sebagai founder dan pemangku kebijakan, Akash Nathani akan fokus mengembangkan infrastruktur di Proball Mastery. Ia ingin meniru langkah JDT yang memiliki fasilitas kelas Eropa.
"Dimana infrastruktur kita harus skala Eropa. Itu projek kita dalam 10 tahun bisa punya stadion sendiri, hotel sendiri, mess sendiri untuk pemain-pemain. 6 sampai 8 lapangan sepak bola dan satu indoor untuk futsal. Karena kita juga ada tim futsal," tegas Akash.
"Saya juga ngelatih pelatih-pelatih kita supaya kurikulum kita berjalan kualitas tinggi dan merata di semua cabang. Saya kejar untuk investor-investor untuk menjadi klub profesional."
"Seringkali di Indonesia klub-klub baru dua atau tiga tahun sudah ada masalah finansial. Bagi saya tidak akan berkecimpung kalau belum siap untuk 30 tahun ke depan. Rencana kita untuk jangka panjang banget. Saya orangnya tidak buru-buru. Yang penting fondasinya biar kenceng banget."
Football Family
Proball sendiri baru terbentuk di tahun 2019. Mereka langsung tancap gas. Sudah dua kali menggelar Proball Football Festival. Edisi kedua dilangsungkan 12 November 2023 di Lapangan Akademi Persija Pulomas. Seluruh cabang berkumpul untuk bertanding dan saling mengenal.
"Kita memulai dari usia dini dan punya rencana untuk usia dini ini pemain kita bisa menjadi sumber untuk liga profesional dan timnas Indonesia. Hari ini semua kumpul ada 200 member," tegas Akash.
"Kita adakan setahun sekali semua cabang datang. Diadakan untuk internal klub biar pemain pemain bisa saling kenal. Kita gak kejar hanya skill atau performa tapi juga sikap, mental, emosional dan sosial. Orang tua juga harus saling kenal," imbuh Akash.