Bola.com, Jakarta - Timnas Prancis membuat gempar dengan mengalahkan Gibraltar dengan skor 14-0 pada lanjutan Kualifikasi Euro 2024 hari Minggu (19/11/2023) dini hari WIB.
Gibraltar bermain dengan sepuluh pemain saat babak pertama baru berjalan 15 menit, sehingga mereka jadi bulan-bulanan Kylian Mbappe dan kawan-kawan.
Namun jika melihat sejarah, skor 14-0 saat Prancis benamkan Gibraltar termasuk biasa saja. Karena ada begitu banyak laga lainnya yang berakhir dengan skor besar.
Bola.com bahkan kaget, ternyata pernah ada pertandingan sepak bola yang berakhir dengan skor 149-0. Laga apa yang dimaksud? Yuk scroll ke bawah untuk mengetahuinya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Divisi Utama Liga Madagaskar
Pertandingan yang dimaksud adalah antara AS Adema kontra Stade Olympique de l'Emyrne di Divisi Utama Liga Madafaskar.
Laga yang berlangsung pada tanggal 31 Oktober 2002 ini berakhir dengan skor 149-0 untuk kemenangan AS Adema.
Pertandingan ini berlangsung dengan latar belakang yang penting: AS Adema telah memenangkan liga setelah mengamankan hasil imbang melawan SO Emyrne di pertandingan sebelumnya.
Sebaliknya Stade Olympique de l'Emyrne telah keluar dari perebutan gelar juara, dan mereka marah karena menilai telah dirugikan oleh keputusan wasit pada laga sebelumnya.
Bentuk Protes
Stade Olympique de l'Emyrne kemudian mengajukan salah satu protes paling aneh pada pertandingan melawan AS Adema.
Segera setelah wasit meniup peluitnya, para pemain Emyrne mulai mencetak gol bunuh diri. Berulang kali, mereka menceploskan bola ke gawang mereka sendiri, mencetak 149 gol bunuh diri yang luar biasa dalam 90 menit atau rata-rata lebih dari satu gol setiap menit.
Adema keluar sebagai pemenang dengan skor 149-0, dan terdapat konsekuensi yang mengerikan bagi tim tamu.
Pelatih dan empat pemain kehilangan pekerjaan mereka, dan juga menerima larangan bermain selama tiga tahun, yang berarti mereka tidak dapat bergabung dengan tim lain.
Namun, karena wasit memutuskan untuk melanjutkan pertandingan, maka hasil akhir tetap berlaku, dan rekor pertandingan sepak bola dengan skor tertinggi yang pernah ada dipegang oleh kedua tim di Liga Champions TBH, divisi teratas Madagaskar.