Mantan Pemain Timnas Indonesia Berharap Skuad Garuda Tetap Dipertahankan dan Dititipkan ke Klub Luar Negeri Setelah Piala Dunia U-17 2023

oleh Ana Dewi diperbarui 20 Nov 2023, 16:15 WIB
Reaksi kecewa para pemain Timnas Indonesia U-17 (dari kiri) Ji Da Bin, Jehan Pahlevi, Iqbal Gwijangge dan Sulthan Zaky setelah kebobolan lewat gol pemain Timnas Panama U-17, Oldemar Castillo pada laga kedua Grup A Piala Dunia U-17 2023 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Senin (13/11/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-17 gagal melaju ke babak 16 Piala Dunia U-17 2023. Garuda Muda hanya mampu finis di peringkat ketiga Grup A dengan torehan dua poin. Hasil dari dua imbang dan sekali kekalahan.

Kegagalan Timnas Indonesia U-17 melenggang ke fase gugur mengundang berbagai respons khususnya di jagad maya. Ada yang memberi semangat, namun tak sedikit pula yang mencaci bahkan mem-bully.

Advertisement

Perundungan yang diterima para pemain Timnas U-17 membuat mantan pemain Timnas Indonesia, Trimur Vedhayanto miris. Dia merasa sangat prihatin dengan berbagai cacian yang diluapkan kepada penggawa Garuda Muda.

Trimur yang sempat menimba ilmu di Italia bersama PSSI Baretti itu mengatakan, serangan yang marak terjadi di media sosial semacam ini sangat berbahaya bagi mental para pemain Timnas U-17.

Apalagi, pemain masih berusia remaja dan tak sedikit di antara mereka yang akrab dengan media sosial (medsos). Sudah pasti info-info negatif di medsos cepat atau lambat bakal mampir di beranda mereka.

"Setelah mereka gagal, jangan langsung diserang. Dan, tak perlu ada bully-an. Buat apa melakukan hal-hal seperti itu. Saya berharap kita semua bisa memberi motivasi untuk pemain Timnas U-17," pesan Trimur di Pusat Informasi Piala Dunia U-17 2023 di Hotel Solia Zigna Kampung Batik, Solo, Minggu (19/11/2023).

"Dengan demikian anak-anak ini selalu termotivasi agar terus melanjutkan prosesnya menjadi pemain profesional. Semoga ke depannya bisa menjaga mereka agar punya mental yang kuat," sambungnya.

 

 

 

 

2 dari 5 halaman

Butuh Dukungan

Trimur menuturkan, pemain muda membutuhkan dukungan dari banyak pihak di tengah situasi sulit semacam ini.

Motivasi diperlukan agar mereka bisa kembali bangkit dan melanjutkan proses panjang menjadi pesepakbola.

Selain itu, menurut Trimur, penggunaan media sosial juga harus diperhatikan para pemain. Sebab, datangnya tekanan saat ini memang lebih banyak berasal dari dunia maya. Oleh karena itu, pelatih harus lebih bijak mengatur para pemain dalam menggunakan sosial media.

"Pemain harus pintar-pintar dalam menggunakan media sosial. Ini dilakukan untuk menghindari komentar-komentar yang menyakitkan. Zaman dulu, kami paling hanya diteriakin di lapangan saja. Setelah itu sudah lupa," kata Trimur.

"Kalau zaman sekarang kan berbeda. Jejak digital itu akan terus ada. Oleh karena itu, hal-hal di medsos tak perlu terlalu digubris. Sepak bola kan hanya soal menang atau kalah. Kalau kalah, ya berlatih dan belajar lagi. Begitulah proses pesepak bola," tambah dia.

 

 

3 dari 5 halaman

Tingkatkan Mentalitas

Berbicara kualitas, Trimur menilai bahwa kemampuan pemain-pemain era sekarang tak jauh berbeda dengan di eranya. Hanya saja, aspek yang masih perlu ditingkatkan lagi yakni mentalitas.

"Kalau dibandingkan dengan era saya, sepak bola zaman dahulu sangat identik dengan perjuangan. Sedangkan era sekarang mungkin aspek ini masih kurang terasah," ujar pria yang kini menetap di Salatiga itu.

"Itu yang membuat pemain-pemain punya mentalitas yang tangguh. Jadi, adik-adik pemain sekarang memang harus diasah lagi mentalnya. Bedanya cuma itu. Sebab, dari aspek skill dan kualitas hampir sama sebetulnya," lanjutnya.

 

 

 

4 dari 5 halaman

Harapan Trimur

Ekspresi Timnas Indonesia U-17 gagal meraih kemenangan pada matchday terakhir babak penyisihan Grup A Piala Dunia U-17 2023. Garuda Muda takluk dari Timnas Maroko U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023) malam WIB. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Ayah dari pemain Madura United, Kartika Vedhayanto, ini juga mengusulkan kepada PSSI agar tetap mempertahankan Timnas Indonesia U-17 menjadi satu tim yang sama. Tim ini bisa dikirim ke luar negeri sama seperti program PSSI Primavera dan Baretti di era 1990-an.

"Saya juga berharap PSSI bisa menyatukan para pemain Timnas Indonesia U-17 ini menjadi satu tim. Pemain-pemain yang terbaik bisa juga dititipkan ke klub-klub. Selain itu, pelatihnya juga bisa tetap mendamping, setidaknya hingga level U-20," paparnya.

"Kalau Bima Sakti bisa terus mendampingi, mereka akan menjadi keluarga. Ini akan berpengaruh. Para pemain akan tetap hormat dan segan dengan pelatihnya. Semoga saja Bima Sakti bisa mendampingi pemain ini hingga di usia 20 tahun," pungkas Trimur.

5 dari 5 halaman

Berita Terkait