Direktur Persebaya soal Penggunaan VAR di BRI Liga 1: Wasit Tetap Harus Berkualitas!

oleh Aditya Wany diperbarui 07 Des 2023, 14:45 WIB
Wasit Espen Eskas asal Norwegia memeriksa rekaman VAR saat terjadi pelanggaran di dalam kota penalti pada laga final Piala Dunia U-17 2023 antara Timnas Jerman U-17 menghadapi Timnas Prancis U-17 di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (2/12/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Surabaya - Publik pencinta sepak bola nasional kini sedang memperbincangkan video assistant referee (VAR). Teknologi itu rencananya bakal diterapkan di BRI Liga 1 2023/2024 mulai Februari 2024.

Di Indonesia sendiri, penggunaan VAR mulai muncul selama menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023. Ada empat stadion yang sudah memasang itu selama turnamen tersebut. Publik juga sudah mulai terbiasa dengan kehadiran VAR.

Advertisement

Empat stadion itu adalah Jakarta International Stadium (Jakarta), Si Jalak Harupat (Bandung), Manahan (Solo), dan Gelora Bung Tomo (Surabaya).

Direktur Operasional Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi, menyambut baik rencana penggunaan VAR. Namun, dia mencatat bahwa publik perlu menerima edukasi soal waktu yang tepat dalam memanfaatkan teknologi itu.

“VAR ini sebuah keniscayaan artinya tidak mungkin ditolak dan dihindari. Sekarang tinggal bagaimana klub, suporter, operator kompetisi, dan PSSI menjalankan itu,” ungkap Candra Wahyudi.

2 dari 4 halaman

Tetap Faktor Wasit

Layar raksasa menunjukkan hasil keputusan wasit yang membatalkan gol pemain Timnas Mali U-17, Ange Martial Tia ke gawang Spanyol U-17 setelah wasit memeriksa Video Assistant Referee (VAR) dan terjadi pelanggaran pada babak penyisihan Grup B Piala Dunia U-17 di Stadion Manahan, Solo, Senin (13/11/2023). (Bola.com/Arief Bagus)

Candra menilai tidak semua momen dalam pertandingan perlu melibatkan VAR. Wasit yang memimpin pertandingan tetaplah menjadi sang pengadil dalam menentukan keputusan terkait sebuah insiden.

“Pengesahan gol, kesalahan identifikasi keputusan, intinya tidak semua keputusan-keputusan di stadion pakai VAR. Kita lihat di stadion sering teriak VAR, padahal tidak seperti itu. Tugas PSSI dan media juga untuk mengedukasi publik,” ucap Candra.

“PSSI dan LIB harus memberi pelatihan untuk asit VAR. Kami bersyukur GBT masuk stadion yang mendukung infrastruktur VAR. Kuncinya di edukasi yang jelas dan terang agar semua bisa paham VAR ini untuk apa,” tuturnya.

 

 

3 dari 4 halaman

Rp100 Miliar

Wasit Syzmon Marciniak meninjau layar Video Assistant Referee (VAR) pada laga laga lanjutan Grup F Liga Champions 2023/2024 antara PSG melawan Newcastle United di Parc des Princes, Paris, Prancis, Rabu (29/11/2023) dini hari WIB. (AFP/Alain Jocard)

LIB selaku operator Liga 1 disebut telah menggelontorkan dana sebesar Rp100 miliar untuk memasang sebanyak 15 VAR. Mereka kini memiliki waktu tak sampai dua bulan untuk merampungkan rencana itu.

VAR sudah mulai diterapkan di Piala Dunia 2018 atau lima tahun silam. Bahkan, beberapa kompetisi Eropa juga menerapkanya. Artinya, kompetisi Indonesia sudah tertinggal lima tahun sejak teknologi itu pertama kali digunakan.

“Saya kira dengan beroperasinya VAR di Piala Dunia U-17 2023, di Indonesia sedikit banyak sudah harus paham. Saya lihat masih banyak publik sepak bola Indonesia belum paham bahwa VAR tidak bisa sembarang dipakai,” imbuhnya.

4 dari 4 halaman

Posisi Persebaya

Berita Terkait