Bola.com, Jakarta - Ada banyak alasan mengapa seseorang mau menyukai sesuatu. Untuk urusan LALIGA, penulis memiliki pengalaman menarik. Semuanya terjadi pada medio 2004.
Ketika itu pertandingan LALIGA memang kerap digelar pagi WIB. Bahkan, tak jarang pertandingan baru selesai pada pukul 06.00 WIB. Pertandingan-pertandingan dari liga tersebut bisa menjadi teman pecinta sepak bola di Indonesia sebelum memulai hari mereka.
Ada satu sosok yang membuat penulis terkesan dengan LALIGA saat itu. Sosok yang dimaksud adalah Ronaldo de Assis Moreira atau yang kita semua kenal dengan nama Ronaldinho.
Aksi-aksi magisnya bersama Barcelona memang sulit terlupakan. Bahkan, kepiawaian Ronaldinho tak hanya membius mereka yang mencintai Blaugrana saja.
Ada satu momen ketika Ronaldinho membawa Barcelona menang 3-0 di markas Real Madrid, Estadio Santiago Bernabeu pada LALIGA 2005/2006. Saat itu Ronnie pun mendapatkan standing ovation dari pendukung tuan rumah akibat penampilan gilanya.
Kehadiran bintang seperti Ronaldinho memang mampu mengangkat pamor dan kualitas sebuah liga. Namun, LALIGA tak hanya soal bintang saja. Mereka banyak melakukan sesuatu yang menarik belakangan ini.
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Revolusi Tayangan
Inovasi yang paling terlihat dari LALIGA adalah bagaimana tayangan pertandingan mereka yang sangat menarik untuk disaksikan. Inovasi itu sebenarnya sudah dimulai pada 2020.
LALIGA sudah menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) pada tayangan mereka sejak musim 2020/2021. Teknologi itu memungkinan adanya pandangan dari berbagai sudut, bahkan dari sisi pemain di lapangan.
Data statistik dan analisis serta wawancara secara virtual dengan pemain, juga sudah menghiasi tayangan pertandingan LALIGA sejak musim tersebut. Sesuatu yang sampai saat ini sepertinya hanya dimiliki oleh liga sepak bola level tertinggi di Spanyol itu.
Sejak musim 2023/2024, LALIGA mendapatkan sponsor utama dalam diri EA Sports. Presiden LALIGA, Javier Tebas menyebut hal itu sebagai bagian dari upaya kompetisinya untuk terus berinovasi.
"Hari ini kita memulai era baru yang mewakili perubahan revolusioner untuk sepakbola Spanyol dan industri. Dan kami melakukannya dengan dikelilingi oleh klub dan mitra strategis seperti EA SPORTS, yang tanpanya semua ini tidak akan terjadi," katanya dalam rilis yang saat itu diterima Bola.com.
Perbaikan Infrastruktur yang Masif
Perbaikan dalam kualitas tayangan memang bisa membantu kualitas dari sebuah liga. Namun, hal itu harus pula didukung dengan perbaikan infrastruktur, terutama stadion.
Menariknya, LALIGA memiliki itu semua. Dalam sedekade terakhir, semakin banyak stadion di Spanyol yang direnovasi.
Sang raksasa, Real Madrid baru saja merampungkan renovasi Estadio Santiago Bernabeu. Sang rival, Barcelona juga sudah memulai perbaikan kandang mereka, Camp Nou.
Klub-klub lain seperti Atletico Madrid, Real Sociedad, Celta Vigo, Athletic Bilbao, Villarreal juga sudah memiliki stadion baru yang jauh lebih bagus dan modern.
Dengan stadion yang modern, tayangan pertandingan LALIGA bisa menjadi semakin bagus. Kualitas pertandingan tentu saja akan semakin baik.
Kondisi stadion yang baik itu juga memancing kehadiran suporter untuk menyaksikan langsung pertandingan di stadion. Menurut data dari Transfermarkt, hingga pekan ke-15 LALIGA 2023/2024, kehadiran suporter di stadion tergolong tinggi.
Rata-rata suporter yang hadir di stadion dalam sebuah laga LALIGA mencapai angka 28 ribu. Bahkan beberapa klub seperti Girona, Granada, dan Deportivo Alaves bisa mencatatkan tingkat keterisian stadion mencapai lebih dari 90 persen.
Masih yang Tersukses
LALIGA sampai saat ini masih menjadi penghasil juara terbanyak di kompetisi antarklub Eropa. Di ajang Liga Champions misalnya, ada 19 trofi yang dibawa pulang oleh klub-klub Spanyol.
Real Madrid bahkan memiliki rekor luar biasa dengan 14 gelar juara di ajang Liga Champions. Sementara sang rival utama, Barcelona juga bangga dengan lima gelar juara.
Sementara di ajang Liga Europa, ada total 14 trofi juara yang didapatkan oleh klub-klub Spanyol. Sevilla menjadi raja dalam hal kompetisi antar klub level kedua di Eropa itu dengan tujuh gelar juara.
Atletico Madrid ada di posisi kedua dengan tiga gelar. Kemudian dua gelar di ajang Liga Europa atau yang dulu bernama Piala UEFA berhasil didapatkan Real Madrid. Sementara Valencia dan Villarreal masing-masing memiliki satu gelar juara.
Bukan Sepak Bola, Ini LALIGA!
Ada satu slogan menarik yang belakangan kerap didengungkan oleh LALIGA. "Bukan Sepak Bola, Ini LALIGA!" begitu bunyi slogan tersebut.
Slogan itu rasanya memang pas dalam menggambarkan bagaimana wajah LALIGA saat ini. Terutama dengan inovasi yang terus mereka lakukan.
LALIGA bukan hanya sekedar sepak bola untuk laki-kali saja. Sejak 2015, mereka sudah rutin mempromosikan dan turut mengembangkan sepak bola wanita di Spanyol. Kita kemudian bisa melihat bagaimana klub-klub sepak bola wanita di negeri tersebut yang bisa dominan di kompetisi Eropa.
Dalam kampanye itu, LALIGA juga memiliki program yang berkaitan dengan pendidikan. Mereka bahkan punya LALIGA Business School.
Selain itu, LALIGA juga punya kompetisi sepak bola virtual. Kompetisi itu bahkan sudah dimulai sejak 2017/2018 untuk mewadahi para pecinta E-Sports di seluruh dunia.
Satu lagi kampanye LALIGA yang tak bisa diabaikan adalah program grassroots mereka. LALIGA menyatukan pengetahuan, pengalaman, dan proyek sepak bola generasi muda organisasi, melalui departemen Proyek Olahraga. Program ini sudah diluncurkan pada tahun 2015 dan menjadi pionir di antara liga-liga besar Eropa, dengan jaringan akademi dan sekolah global yang berfokus pada pengembangan bakat internasional melalui metodologi yang dimiliki oleh LALIGA.
Dengan inovasi dan perbaikan yang terus dilakukan, rasa-rasanya LALIGA bisa cukup percaya diri untuk terus menjadi kompetisi terbaik di dunia dalam waktu yang lama.