Bola.com, Kediri - Kutukan juara bertahan yang terpuruk pada musim berikutnya seolah jadi mitos di sepak bola Indonesia. PSM Makassar, juara BRI Liga 1 2022/2023, seakan merasakan tulah itu pada BRI Liga 1 2023/2024.
Hingga pekan ke-23 BRI Liga 1 2023/2024, Juku Eja masih tertahan di peringkat 11 dengan koleksi 29 poin. Dengan materi pemain dan pelatih yang tak banyak berubah, seharusnya tim asuhan Bernardo Tavares bisa tampil perkasa seperti musim sebelumnya.
Namun, onak dan duri dari internal dan eksternal tim mengganggu langkah PSM Makassar mempertahankan gelarnya. Kesempatan Ayam Jantan dari Timur, julukan PSM lainnya, untuk berebut mahkota juara belum benar-benar tertutup kok.
Setidaknya ada tiga syarat penting yang harus dilakukan dan dipenuhi M. Arfan dkk. jika PSM Makassar ingin meraih back to back kampiun pada musim ini. Berikut kupasannya:
1. Kondusivitas Internal Tim
Sebenarnya kutukan bagi juara bertahan di Indonesia bukan disebabkan hal-hal klenik bersifat gaib. Namun, semua faktor penyebabnya bisa dinalar dengan akal sehat.
Tim juara pasti identik dengan biaya tinggi pada musim berikutnya. Pasalnya para pelatih dan pemain yang telah berjasa besar akan meminta kenaikan nominal pada kontrak barunya.
Ini pula yang dialami PSM Makassar. Menurut CEO Sadikin Aksa soal kenaikan nilai kontrak ini tidak jadi problem. Namun, pengeluaran tim membengkak karena biaya operasional dan pemasukan tak seimbang.
Apalagi PSM sebagai wakil Indonesia berkewajiban tampil di kualifikasi Piala AFC yang juga menguras kas. Mereka kudu bertanding di luar negeri melawan klub-klub tetangga.
Posisi keuangan yang timpang inilah menyebabkan pemain telat menerima gaji. Konon, kendala ini pula memaksa Wiljan Pluim memilih keluar dan hijrah ke Borneo FC di putaran kedua.
Kini PSM tak punya beban lagi tampil di Piala AFC, karena telah tersingkir di fase awal. Kondisi internal tim mulai kondusif. Ini bisa dilihat dari kelancaran kucuran gaji bulanan pemain. PSM bisa fokus total di sisa kompetisi mendatang.
2. Butuh Keajaiban
Sepak bola tak sekadar soal kerja keras dalam latihan dan pertandingan, tetapi juga butuh keajaiban. Aturan baru yang diterapkan PSSI dan PT LIB dengan sistem Regular Series dan Championship Series menguntungkan PSM Makassar.
Jika tanpa regulasi baru itu, tampaknya mustahil bagi PSM mempertahan gelarnya, karena selisih poin mereka dengan Borneo FC sebagai pimpinan klasemen sangat lebar, yakni 22 angka.
Namun, PSM masih mampu bersaing dengan tim lain untuk menerobos peringkat empat besar sebagai syarat tampil di fase Championship Series. Setidaknya, mereka cukup menggeser posisi PSIS Semarang, Persib Bandung, dan Bali United.
Peluang menggusur tempat PSIS paling mungkin dilakukan, karena selisih poin kedua tim hanya terpaut sembilan poin. Jika merebut kursi Bali United dan Persib cukup berat, sebab PSM butuh 11 dan 12 poin hanya untuk sejajar.
Makanya PSM butuh keajaiban besar bisa bersaing dengan ketiga rival tersebut. Namun, itu bisa saja terjadi bila keberuntungan menaungi mereka.
3. Doa Buruk untuk PSIS
Dengan komposisi pemain yang tidak banyak berubah membuat permainan PSM Makassar pun tetap terjaga. Chemistry antara pelatih Bernardo Tavares dan pasukannya telah menyatu.
Keharmonisan hubungan ini bisa jadi modal untuk bangkit lagi. Sebenarnya PSM hanya cukup menggeser posisi PSIS untuk merebut jatah berlaga di Championship Series.
PSM masih menyisakan 11 laga lagi. Selisih poin kedua tim terpaut sembilan angka. Selain bekerja keras, penggawa PSM harus banyak memanjatkan doa buruk demi kejatuhan PSIS di sebelas sisa pertandingan musim ini.
Setidaknya M. Arfan dkk. butuh tiga kemenangan dan berdoa agar PSIS tersungkur pada jumlah laga yang sama. Nah, barulah poin PSM dan PSIS bisa sama.
Jika itu terwujud, dalam pertandingan tersisa, PSM harus ngebut untuk mengejar setoran agar menjauh dari kejaran PSIS. Selamat berjuang, Ewako Juku Eja!