Bola.com, Jakarta - Premier League bukan liga yang mudah ditaklukkan. Tak setiap pemain bintang bisa berjaya di Liga Inggris.
Tak sedikit yang mencoba peruntungan di Premier League dan gagal. Alasannya bermacam-macam, mulai tak cocok dengan gaya bermain hingga tak kuat dengan tekanan yang sangat besar.
Ada juga yang datang ke Inggris terlalu terlambat, alias sudah melewati masa kejayaan mereka. Alhasil, fans di Inggris tidak bisa melihat puncak performa sang pemain.
Ketika sudah gagal di Premier League, tak ada pilihan selain mencoba lagi peruntungan di liga lain.
Pemain-pemain yang dilepas oleh klub-klub Premier League saat masih muda atau bahkan di masa puncaknya karena dianggap tidak cukup baik, tak sedikit yang kemudian bersinar di tempat lain. Berikut beberapa di antaranya.
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Joselu
Masih membuat takjub memikirkan Joselu adalah orang yang sama yang gagal bersinar untuk Stoke City atau Newcastle. Dia kini menjadi pemain Real Madrid. Lumayan untuk pemain berusia 33 tahun.
2. Gerard Pique
Mengingat ia baru berusia 21 tahun saat meninggalkan Manchester United, menyebut Pique gagal mungkin agak kasar.
Namun Sir Alex Ferguson sudah cukup melihat bek tersebut sehingga menganggap ia tidak cocok untuk sepak bola Inggris menyusul kekalahan di Bolton pada 2007.
Bergabung kembali dengan klub masa kecilnya Barcelona, Pique kemudian memenangkan hampir semua penghargaan yang tersedia untuk klub dan negara.
3. Memphis Depay
Banyak hal yang diharapkan ketika Memphis menandatangani kontrak dengan Manchester United pada 2015. Namun Louis van Gaal sebenarnya sudah memperkirakan sang pemain akan mengalami musim pertama yang mengecewakan di Old Trafford karena butuh beradaptasi.
“Rencananya adalah membantunya berkembang sebagai pemain, tapi kita semua harus bersabar,” kata Van Gaal dalam catatan program Manchester United tak lama setelah perekrutan itu diumumkan.
“Premier League sangat berbeda dari liga lainnya dan butuh waktu baginya untuk beradaptasi sepenuhnya dengan kecepatan dan sifat sepak bola yang tak kenal ampun di negara ini.”
Namun, Van Gaal dipecat dan digantikan oleh Jose Mourinho pada akhir musim itu. Pada Januari 2017 Memphis dijual ke Lyon karena tidak mendapat peluang dari manajer baru.
Dalam empat setengah musimnya di Prancis, ia membawa Lyon ke perempat final Liga Champions dan melakukan cukup banyak hal untuk membuat dirinya pindah ke Barcelona. Petualangannya di Barcelona tidak berhasil, tapi dia sekarang terbang di Atletico Madrid.
4. Diego Forlan
Apakah Forlan pantas dianggap gagal di Manchester United? Usahanya selalu diapresiasi oleh pendukung setia Old Trafford meski minim gol.
Namun, namanya mudah ditemukan di banyak daftar rekrutan terburuk di Premier League.
Pemain Uruguay tersebut akhirnya membuktikan kelas di Spanyol. Ia berbagi Sepatu Emas Eropa dengan Thierry Henry pada 2005 saat berada di Villarreal, menjuarai Liga Europa dan Piala Super Eropa di Atletico Madrid, dan dinobatkan sebagai pemain terbaik di Piala Dunia 2010.
5. Paulinho
Banyak orang terkejut ketika Barcelona mengumumkan perekrutan mantan gelandang Tottenham, Paulinho, dari Guangzhou Evergrande senilai 40 juta euro pada 2017.
Paulinho tiba di White Hart Lane pada 2013 dengan reputasi yang mengesankan tetapi gagal memenuhi ekspektasi dan dijual dua tahun kemudian. Tottenham rugi besar.
Namun, pemain Brasil itu tampil mengesankan di China, mencetak hat-trick luar biasa untuk Brasil melawan Uruguay pada 2017, dan menjadi pemain reguler selama musim pertamanya bersama Barcelona.
Dia bahkan dipuji oleh Ronaldinho. “Semua orang di Brasil sudah tahu apa yang bisa dia lakukan karena kerja luar biasa yang dia lakukan di Corinthians. Dia sangat menonjol. Semua orang tahu kualitasnya, dan dia menunjukkannya sekali lagi.”
Paulinho kembali ke China setelah hanya setahun di Barca, tapi tetap saja…
6. Juan Cuadrado
Pembelian Cuadrado oleh Chelsea pada 2015 membuat banyak orang bingung. Muncul pertanyaan apakah dia adalah tipe pemain yang berkembang di bawah asuhan Mourinho.
Keraguan itu terbukti benar, namun ada kejutan bahwa Cuadrado tidak pernah mendapat kesempatan di bawah asuhan Antonio Conte.
Cuadrado kemudian memenangi tiga gelar ganda berturut-turut di Italia bersama Juventus, ditambah dua gelar Serie A lagi dan satu lagi Coppa Italia dalam tiga musim berikutnya. Ia juga membantu Juve mencapai final Liga Champions pada 2017.
Dia masih harus merelakan kaos nomor 7 saat Cristiano Ronaldo menandatangani kontrak, lho.
7. Angel Di Maria
Perekrutan Di Maria merupakan sebuah kudeta besar bagi Manchester United pada 2014. Namun, meskipun Di Maria menyuguhkan awal yang menjanjikan, transfer senilai 60 juta pounds tersebut tidak berhasil.
Masalah cedera dan rumahnya yang dirampok jelas tidak membuat transisinya berjalan mulus. Dia tidak bisa beradaptasi dengan sepak bola Inggris.
Namun, kualitas pemain internasional Argentina itu tidak pernah diragukan, dan ia kembali berkembang di PSG.
8. Suso
“Saya tiba sebagai seorang anak laki-laki dan saya telah belajar banyak. Saya telah berkembang, tetapi saya belum mendapat banyak kepercayaan,” kata Suso setelah meninggalkan Liverpool pada 2015.
Anda dapat memahami maksudnya. Dalam lima musim bersama The Reds, dia hanya membuat 21 penampilan di semua kompetisi.
AC Milan meminjamkan pemain sayap itu ke Genoa setahun kemudian. Tetapi, pemain berusia 25 tahun itu akhirnya mendapatkan kepercayaan dari Rossoneri. Dia juga melakukan hal yang sama sejak pindah ke Sevilla pada 2020.
9. Radamel Falcao
Berbicara tentang pemain yang brilian di Spanyol, tampil buruk di Manchester United, dan kemudian menjuarai Ligue 1 setelah pergi, ya Radamel Falcao orangnya.
Falcao adalah salah satu striker paling mematikan di dunia pada puncak kariernya. Ia pernah memperkuat Porto dan Atletico Madrid sebelum terhenti karena cedera ACL di Monaco.
Setelah pulih, dia menghabiskan dua tahun dengan status pinjaman di Premier League, pertama bersama Manchester United dan kemudian di Chelsea. Dia mencetak lima gol dalam 36 pertandingan liga di kedua musim.
Namun, setelah kembali ke Prancis, Falcao kembali menunjukkan performa terbaiknya sebagai salah satu pemain lama di tim muda gemilang yang menaklukkan Prancis dan mencapai empat besar Liga Champions.
Baca Juga
Kualifikasi Piala Dunia 2026: Timnas Indonesia Tak Perlu Panik dan Silau dengan Rekor Bahrain di Piala Teluk 2024
BRI Liga 1: Bertandang ke Markas Semen Padang, Arema FC Berbekal 3 Modal Penting untuk Petik Kemenangan
Hasil Leg 1 Semifinal Piala AFF 2024: Vietnam Ngamuk di Singapura, Drama Gol Injury Time Menang Telak