Bola.com, Jakarta - Piala Asia 2023 menjadi sebuah cerita tersendiri bagi Timnas Indonesia. Walaupun bermodal skuad paling muda di turnamen, Marselino Ferdinan dkk justru berhasil mengukir sejarah baru.
Untuk pertama kalinya, Timnas Indonesia berhasil melangkah ke fase 16 besar. Itu sesuatu yang belum pernah dilakukan legenda besar Timnas Indonesia lainnya selama ini.
Tak hanya itu, penampilan anak asuh Shin Tae-yong itu juga terus mendapatkan pujian. Walaupun kadang hasilnya tak sesuai harapan, mereka mampu menunjukkan permainan terbaik di hadapan para raksasa Asia.
Pertarungan kontra Australia bahkan dianggap sebagai penampilan terbaik Timnas Indonesia di Qatar. Walau kalah telak empat gol tanpa balas, mereka sempat mengurung Socceroos yang merupakan langganan Piala Dunia.
Meski begitu, segala pujian seharusnya tak boleh membuat mereka jemawa. Bola.com melihat ada tiga kelemahan yang patut segera dicarikan solusinya jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang akan kembali Maret nanti.
--
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Striker Jempolan Jadi Prioritas
Rafael Struick menunjukkan performa yang tak mengecewakan di turnamen tersebut. Striker milik klub ADO Den Haag itu tak berhenti berlari untuk melakukan pressing saat lawan mulai membangun serangan.
Tetapi sayangnya, tugas 'utamanya' sebagai seorang goal-getter malah jadi tak maksimal. Pemain berusia 20 tahun itu tampil kurang menggigit di setiap peluang yang diciptakan dan gagal mencetak satu gol pun.
Pelatih Shin Tae-yong tentu sadar tak bisa seterusnya mengandalkan tusukan dari lapangan tengah. Memoles penyerang lokal jadi pekerjaan rumah yang wajib segera dilakukan.
Kehilangan Tenaga Lapangan Tengah
Tak ada yang memungkiri, gelandang Timnas Indonesia dihuni banyak pemuda potensial. Ivar Jenner dan Marselino Ferdinan mampu memimpin orkestra di hadapan negara kuat macam Jepang hingga Australia.
Tetapi saat serangan balik terjadi, lapangan tengah seperti kehilangan tenaga. Mereka tak sanggup menghentikan agresi yang dilakukan sporadis ke pertahanan Timnas Indonesia.
Pelatih asal Korea Selatan itu tentu sadar ada yang kurang dari lini tengah timnya. Seorang gelandang jangkar akan membantu tim lebih kuat dalam transisi bertahan yang kadang dilupakan saat keasyikan menyerang.
Pertahanan Bobrok Salah Siapa?
Timnas Indonesia boleh saja menampilkan permainan yang ciamik saat memegang bola. Tetapi ketika bola berada di pihak lawan, persembahan Asnawi Mangkualam Bahar mendadak amburadul.
Alhasil, Timnas Indonesia kebobolan 27 gol dari sembilan pertandingan yang berlangsung dalam tiga bulan terakhir. Fakta yang sudah sangat cukup menunjukkan masalah pelik di pertahanan tim Merah Putih.
Seperti pepatah lama di sepak bola, serangan yang baik akan memenangkan permainan tetapi pertahanan yang kokoh akan memenangkan kejuaraan. Jika ini tak segera dibenahi, jangan harap ada trofi level senior yang mampir ke Indonesia.
Baca Juga
Maarten Paes Jadi Duta Makanan Indonesia, Kenalkan Bubur Ayam ke Pacar, Rating 9 dari 10
Cerita Legenda Chelsea Temukan Bakat Hokky Caraka: Dulunya Bek dan Diubah Jadi Striker, Bangga Masuk Timnas Indonesia
'Derbi Indonesia' pada Laga NEC Nijmegen Vs FC Utrecht, Calvin Verdonk Dkk Takluk dari Timnya Ole Romeny