Bola.com, Jakarta - Duel sengit diprediksi akan berlangsung saat Persebaya Surabaya berjumpa Bhayangkara Presisi Indonesia. Maklum saja, keduanya punya sejarah persaingan ketat dimulai dari luar lapangan.
Kedua tim bakal bersua pada pekan ke-24 BRI Liga 1 2023/2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (4/2/2024).
Saat ini, Persebaya dan Bhayangkara sama-sama sedang berjuang untuk naik peringkat. Tim Bajul Ijo kini berada di posisi ke-13 dengan 27 poin, sedangkan Bhayangkara masih di dasar klasemen dengan 15 angka.
Apa yang terjadi musim ini memang unik. Biasanya, Persebaya dan Bhayangkara berjumpa saat sama-sama berada di papan atas. Namun kali ini, mereka malah ada di papan bawah dan berjibaku menghindari degradasi.
Terlepas dari posisi di klasemen, ada cerita lain yang mengiringi pertemuan ini. Dualisme klub sempat menimpa Bhayangkara FC dan Persebaya dalam waktu yang cukup lama.
Publik sepak nasional pasti tahu kedua tim ini sempat dalam sengkarut permasalahan hak cipta. Itu buntut dari Persebaya Surabaya yang dipaksa terdegradasi dari ISL 2009/2010 yang menggemparkan sepak bola nasional.
---
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Munculnya Persebaya DU
Akibat insiden itu, manajemen Persebaya Surabaya kemudian mengambil keputusan tak ingin berlaga di Divisi Utama (kasta kedua) 2010-2011. Sebagai wujud protes, mereka berkompetisi di LPI 2011 yang merupakan kompetisi tandingan ISL.
Pada momen inilah, muncul sebuah tim yang bernama serupa. Mereka menggunakan nama Persebaya DU dan mendatangkan pemain Persikubar Kutai Barat untuk menggantikan kiprah Persebaya di bawah PT Mitra Muda Intan Berlian (MMIB).
Keputusan meninggalkan kompetisi resmi telah berbuntut panjang hingga dualisme. Persebaya 1927, nama yang digunakan untuk membedakan dengan Persebaya DU, masih berkompetisi di IPL pada musim 2011-2012 dan 2013. Dualisme kompetisi masih mewadahi mereka berkiprah.
Namun lain halnya dengan musim 2014. Persebaya 1927 telah hilang. Sebagai pengganti Persebaya DU yang naik kasta ke ISL 2014 muncul dengan menggunakan nama Persebaya Surabaya.
Dengan menggunakan hak kompetisi Persebaya 1927, Persebaya DU kemudian promosi ke ISL 2014. Pada 2015, Kemenkumham memberikan hak logo dan nama Persebaya kepada PT Persebaya Indonesia. Hal inilah yang kemudian membuat Persebaya tandingan (PT MMIB) harus berubah nama.
Persebaya Tandingan Berganti Nama
Selama lebih dari lima tahun dualisme, Bonek dalam kondisi gamang melihat klub idamannya tidak bertanding. PSSI pun tak mengakui.
Penantian Bonek itu akhirnya semakin jelas saat Persebaya tandingan berganti nama mulai dari Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, hingga Bhayangkara Surabaya United.
Klub tandingan itu tak bisa lagi memakai berbagai atribut yang identik dengan Persebaya, sampai akhirnya memakai nama Bhayangkara FC setelah saham mayoritasnya dibeli oleh Polri pada 2016 dan masih eksis hingga sekarang.
Pada musim 2017, tak ada lagi cerita dualisme. Bhayangkara berhasil menjuarai Liga 1 2017, sedangkan Persebaya menjadi yang terbaik di Liga 2 2017 setelah diakui kembali sebagai anggota PSSI di awal tahun.
Musim 2018 jadi kali pertama kedua tim bertemu karena Persebaya promosi ke kasta tertinggi. Hal ini sempat melahirkan masalah baru, meski Bhayangkara sudah hijrah dari Surabaya dan memilih berkandang di Jakarta.
Polemik TMS
Bhayangkara FC rupanya masih menggunakan nama Persebaya Surabaya dalam data FIFA. Fakta ini terkuak setelah mereka menggunakan akun transfer matching system (TMS) dengan nama Persebaya.
Akun TMS sangat penting bagi sebuah klub sepak bola untuk melakukan aktivitas transfer pemain asing. Tanpa itu, Persebaya jelas akan kesulitan untuk mendatangkan legiun impor, hal yang baru Persebaya saat itu karena Liga 2 melarang perekrutan pemain asing.
PSSI akhirnya mengundang Persebaya dan Bhayangkara untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kedua pihak akan hadir pada Professional Football Administration Workshop Kantor PSSI, Jakarta. Bahkan ada pembahasan khusus mengenai polemik ini.
Bonek, suporter Persebaya, sampai turun tangan dan terus mendesak pengembalian akun TMS milik Persebaya. Sebagai wujud pengawalan, suporter Persebaya yang tergabung dalam Arek Bonek 1927 (AB1927) telah menuntut beberapa hal.
Pertama, mereka mendesak kepada manajemen PT Persebaya Indonesia untuk mengambil hak TMS dari BFC maksimal Rabu, 20 Desember 2017.
Kedua, mereka menuntut PSSI dan Bhayangkara FC untuk mengembalikan TMS Persebaya maksimal Rabu, 20 Desember. Ketiga, mereka akan menggelar aksi AB1927 pada Minggu, 17 Desember 2017 di Car Free Day, Taman Bungkul, Jl. Raya Darmo, Surabaya.
Bhayangkara Konvoi di Surabaya
Usai menggelar konvoi juara Liga 1 di Jakarta, Bhayangkara FC (BFC) melanjutkannya dengan konvoi di Surabaya. Hal itu tidak mengejutkan mengingat klub yang berafiliasi dengan Polri itu memiliki cikal bakal di Kota Pahlawan.
Mereka mengarak para pemain keliling Surabaya pada Senin (18/12/2017). Arakan itu dimlai dari Hotel Alana, Jalur Frontage sisi barat, depan Rumah Sakit Islam, Jalan Raya Darmo Al-Falah, Basuki Rahmat menggunakan jalur kanan.
Kemudian dilanjutkan di depan Tunjungan Plaza Surabaya, Jalan Gubernur Suryo depan Gedung Grahadi, dilanjut ke Jalan Raya Panglima Sudirman, Urip Sumoharjo, Darmo hingga finis di Jalan Raya Ahmad Yani, masuk ke Mapolda Jawa Timur.
Konvoi yang digelar oleh BFC yang jauh berbeda dibanding Persebaya saat menjuarai Liga 2. Kali ini, suasana Surabaya tidak sepadat kala masyarakat menyambut kedatangan Persebaya bersama trofi Liga 2.
Disambut Spanduk Kritikan
Kedatangan peserta konvoi disambut oleh beberapa spanduk di sepanjang rute yang dilalui. Salah satu spanduk cukup ganas memberikan kritikan kepada klub asuhan Simon McMenemy itu.
"Tidak pantas Anda berkonvoi di kota kami. Bhayangkara FC, balikno (kembalikan) TMS Persebaya," demikian bunyi spanduk yang terletak di Jalan Darmo.
Sebab, hanya sehari sebelumnya, Minggu pagi (17/12/2017) Bonek mengadakan aksi di Taman Bungkul. Mereka menuntut Bhayangkara untuk mengembalikan TMS milik Persebaya yang selama ini mereka pakai di Liga 1.
Bhayangkara Presisi kini mulai jadi magnet untuk menarik kedatangan suporter. Sebab, mereka merekrut Radja Nainggolan, eks gelandang Timnas Belgia yang berdarah Indonesia.
Kedatangan Nainggolan diharapkan bisa mendongkrak performa Bhayangkara yang berusaha lepas dari jerat degradasi.
Anomali Bhayangkara Presisi
Apa yang terjadi pada Bhayangkara terhitung sebagai anomali. Sebab, mereka selama ini ada di papan atas Liga 1. Itu dimulai dengan menjadi kampiun pada edisi 2017 lalu di bawah arahan pelatih Simon McMenemy.
Beberapa musim berikutnya mengalami penurunan meski tetap mampu bertahan di papan atas. Masing-masing berakhir di urutan posisi klasemen ketiga (2018), keempat (2019), ketiga (2021/2022), dan terakhir ketujuh (2022/2023).
Selama lima musim itu pula mereka mempertahankan nama Bhayangkara FC yang telah dipakai sejak 2016. Sayang, saat mengalami perubahan nama jadi Bhayangkara Presisi Indonesia, posisi mereka di klasemen tak presisi di papan atas.
Baca Juga