Bola.com, Solo - Winger Persis Solo, Moussa Sidibe, langsung menjadi pemain andalan setelah kursi pelatih diambil alih oleh Milomir Seslija. Padahal, sebelumnya dia jadi salah satu nama yang sering dicibir karena dinilai kurang berkontribusi.
Salah satu penampilan terbaik Moussa Sidibe tersaji ketika Persis Solo menumbangkan Madura United dengan skor 3-2 pada pertandingan tunda pekan ke-21 di Stadion Manahan, Solo, Kamis (1/2/2024).
Ketika itu, pemain asal Mali ini sukses memborong seluruh gol Laskar Sambernyawa pada menit ke-15, 51’, dan 69’. Ketiga gol yang dicetak Sidibe terhitung istimewa dan langsung membuat namanya melambung tinggi.
Padahal, menurut Milomir Seslija, pemain berusia 29 tahun ini sempat menjadi sasaran kekecewaan suporter. Kontribusinya dinilai minim meski menyumbang dua gol dan lima assist dari 19 laga.
“Saya tahu sebelum saya datang ke sini, kebanyakan suporter Persis Solo menginginkan Moussa Sidibe keluar dari tim. Tidak ada yang senang dengan performa dia sebelumnya,” kata Milomir Seslija.
"Lalu, tiba-tiba Sidibe berhasil mencetak tiga gol pada laga melawan Madura United. Mungkin saja dia Superman."
"Saya tidak tahu. Semua pemain bisa mendapatkan kesempatan. Kami harus menyelesaikan peluang yang ada. Tidak peduli apa posisinya,” lanjutnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jangan Cepat Menghakimi
Milomir Seslija mengingatkan seluruh pihak agar tak buru-buru menghakimi pemain hanya dari segelintir pertandingan. Menurutnya, performa seorang pemain lebih tepat dinilai selama semusim penuh.
“Jika kita ingin mengembangkan sepak bola Indonesia, kita tidak bisa menghakimi pemain hanya setelah satu atau dua pertandingan. Kita harus memberikan penilaian setelah satu musim,” ujarnya.
“Jika satu atau dua pertandingan tidak bermain bagus, dia tidak main bagus atau kurang baik, tiba-tiba dia mencetak tiga gol dalam satu laga, dia langsung menjadi pemain bagus,” Milo melanjutkan.
Butuh Waktu Adaptasi
Bagi pelatih asal Bosnia-Herzegovina itu, kondisi semacam ini memiliki hubungan dengan perkembangan sepak bola Indonesia. Sebab, pemain sering mendapatkan hujatan saat masih berusaha beradaptasi.
“Menurut saya, akan lebih adil jika kita tidak menghakimi pemain hanya dengan melihat penampilannya dalam satu, dua, atau tiga laga. Berilah pemain waktu untuk beradaptasi,” kata Milo.
“Dan setelah musim berakhir, kita baru bisa membuat kesimpulan. Bagi saya, ini adalah cara terbaik untuk mengembangkan sepak bola Indonesia,” tambah pelatih berusia 59 tahun tersebut.