Bola.com, Jakarta Pertarungan Piala Afrika 2023 semakin semakin sengit dan rumit. Memasuki babak semifinal, empat negara siap saling bunuh demi melangkah ke partai puncak.
Nigeria bersua Afrika Selatan di Stade de la Paix, Pantai Gading, Kamis (8/2/2024) dini hari WIB. Dua kontestan lagi yang bertarung di hari yang sama namun beda jam, adalah tuan rumah Pantai Gading versus RD Kongo.
Sukses keempat negara melaju ke semifinal tak lepas dari kerja keras seluruh pemain, terlebih para pelatih. Tak heran jika juru taktik José Peseiro (Nigeria), Hugo Broos (Afrika Selatan), Emerse Faé (Pantai Gading), dan Sebastien Desabre (RD Kongo) panen pujian terkait torehan mereka sejauh ini.
Sebaliknya, Piala Afrika 2023 juga menjadi neraka bagi sejumlah pelatih. Tak sedikit yang dipecat karena dianggap gagal mencapai target. Sebenarnya, pemecatan bukan hal mengejutkan di ranah sepak bola.
Seperti halnya Piala Dunia, Piala Eropa, dan Piala Asia, ajang Piala Afrika atau AFCON 2023 tak ubahnya rollercoaster. Di sini semua bisa tersaji via duel-duel yang menegangkan dengan hasil kejutan atau kekecewaan yang menyayat hati.
Sampai hari ini, ada enam pelatih yang sudah kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran baru. Siapa saja mereka?, yuk simak di bawah ini :
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Adel Amrouche (Tanzania)
Masa jabatan Adel Amrouche sebagai pelatih kepala Tanzania berakhir tiba-tiba. Latar belakangnya adalah larangan delapan pertandingan dan denda yang dijatuhkan Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), menyusul komentar panas tentang Maroko.
Amrouche kesulitan mengendalikan opininya, karena pernah melakukan hal serupa pada 2014 ketika dituduh meludahi ofisial keempat. Saat itu, ia mendapat skors setahun sebagai pelatih kepala Kenya.
Masalah disiplin Amrouche di luar pertandingan menutupi pencapaiannya di lapangan. Bagi publik, keputusan memecat Amrouche menjadi bagian dari komitmen menjunjung tinggi prinsip fair play dan sportivitas.
Chris Hughton (Ghana)
Ghana pulang lebih awal dari Piala Afrika 2023, dan membuat banyak orang terkejut. Situasi itu terbukti menjadi kemunduran besar bagi tim dengan ekspektasi tinggi dari publik.
Efeknya, sang pelatih, Chris Hughton, harus menerima nasib pulang kampung ke Inggris. Eks pelatit Tottenham Hotspur, Newcastle United, Brighton sampai Nottingham Forest ini membawa Ghana mencapai satu di antara prestasi buruk di Piala Afrika.
Mereka tersingkir di fase grup, setelah gagal meraih kemenangan, sehingga finis dengan koleksi dua poin. Penampilan buruk Ghana mendorong federasi mengubah komposisi manajerial, termasuk menendang Hughton.
Jean-Louis Gasset (Pantai Gading)
Timnas Pantai Gading mencatat hasil memalukan di kancah Piala Afrika 2023. Mereka takluk di tangan Equatorial Guinea dengan skor 0-4, dan tertatih-tatih.
Jean-Louis Gasset, orang yang memimpin, membayar harga atas kerugian yang memalukan ini. Kekalahan tersebut tidak hanya menghancurkan harapan Pantai Gading, tapi juga mengungkap kelemahan taktik.
Padahal, publik Pantai Gading sempat berharap luar biasa ketika Jean-Louis Gasset datang pada 2022. Apalagi, pada Piala Afrika 2023, skuad negara tersebut punya banyak pemain bintang.
Djamel Belmadi (Aljazair)
Aljazair mengalami momen mengecewakan di Piala Afrika 2023. Mereka finis di posisi terbawah fase grup, dengan hanya mengoleksi dua poin. Akibatnya, Djamel Belmadi, yang sebelumnya pernah mengantarkan Aljazair berjaya, pamit dari jabatannya sebagai manajer timnas.
Kepergian Djamel menandai berakhirnya sebuah era. Padahal, mereka sedang berjuang mengulangi kesuksesan di Piala Afrika.
Padahal, skuad Aljazair di Piala Afrika 2023 mendapat sokongan dari barisan pemain terbaik. Para bintang dari kawasan Eropa rela pulang kampung. Sayang, semua itu tak berguna, dan Aljazair harus rela meninggalkan Pantai Gading dengan warna suram.
Tom Saintfiet (Gambia)
Tom Saintfiet menghadapi kenyataan pahit saat mengucapkan selamat tinggal ke seluruh pemain Timnas Gambia. Penampilan buruk anak asuhnya di babak grup, membuat mereka finis di posisi terbawah dengan nirpoin.
Gambia tak berdaya berhadapan dengan Kamerun, Senegal dan Guinea. Mereka menjadi lumbung gol bagi tiga lawannya, dengan total kebobolan tujuh gol.
Jalel Kadri (Tunisia)
Tunisia harus mengubur impian, sekaligus gagal membuktikan sebagai tim yang terbiasa bermain di Piala Dunia. Berlaga di Piala Afrika 2023, mereka gagal menunjukkan taji yang konsisten.
Pengunduran diri Jalel Kadri sebagai manajer Tunisia terjadi setelah penampilan buruk di Piala Afrika 2023. The Carthage Eagles finis di posisi terbawah grup, hanya mengoleksi dua poin.
Padahal, di Grup E mereka menjadi unggulan dibanding Mali, Afrika Selatan dan Namibia. Skuad Tunisia juga tak abal-abal, karena seluruh bintang keren yang berkarier di Eropa, ikut membela kampung halaman. Sayang, semuanya berantakan.
Sumber : Sportskeeda
Baca Juga