Bola.com, Jakarta - Dalam beberapa musim terakhir, banyak pelatih-pelatih muda yang bermunculan di sejumlah liga top Eropa. Bahkan tidak sedikit yang meraih kesuksesan, seperti Pep Guardiola dan Jurgen Klopp.
Ya, Pep Guardiola merupakan pelatih yang sukses memberikan begitu banyak trofi juara untuk Barcelona saat terbilang masih muda. Pelatih asal Spanyol itu pun melakukan hal serupa ketika menangani Bayern Munchen dan Manchester City, tim yang saat ini masih ditanganinya.
Hal serupa juga ditorehkan oleh Jurgen Klopp. Pelatih yang berprestasi mulai dari saat menangani Borussia Dortmund, meraih kesuksesan yang lebih besar saat dipercaya menangani Liverpool, di mana trofi juara Premier League pertama The Reds berhasil diraih. Begitu pun dengan trofi Liga Champions.
Kini sejumlah pelatih muda juga mulai memperlihatkan hasil yang terbilang cukup bagus bersama timnya. Sebagai contoh tentu saja Bayer Leverkusen yang ditangani Xabi Alonso di Bundesliga.
Kali ini, seperti dilansir dari ESPN, Bola.com memilih empat pelatih muda yang menjadi kandidat bakal moncer dalam beberapa musim ke depan.
Xabi Alonso, 42 Tahun (Bayer Leverkusen)
Baru setahun memasuki masa jabatan pertamanya sebagai pelatih kepala Bayer Leverkusen, mantan gelandang bertahan yang elegan dengan 114 caps untuk Timnas Spanyol ini sudah mendapatkan reputasi sebagai manajer hebat yang sedang berkembang.
Mungkin agak terlalu dini, tetapi tetap saja dia disebut-sebut sebagai calon manajer mantan klubnya, Liverpool atau Real Madrid.
Terlepas dari pujian yang diarahkan kepadanya, Xabi Alonso tidak diragukan lagi telah merevitalisasi tim Bayer Leverkusen yang sedang terpuruk. Setelah menjadi manajer tim pada Oktober 2022, pelatih asal Spanyol itu membawa klub Jerman itu meningkat signifikan dari posisi kedua dari bawah hingga finis di peringkat keenam.
Kini Bayer Leverkusen asuhannya bahkan sudah berada di puncak klasemen di Liga Jerman musim ini. Bahkan setelah kemenangan atas Mainz, Sabtu (24/2/2024) dini hari WIB, Bayer Leverkusen tercatat telah melewati 33 laga di Jerman tanpa tersentuh kekalahan.
Memperkenalkan formasi 3-4-3 yang dilakukan Xabi Alonson membuat Leverkusen menjadi lebih seimbang, sebagian karena ada ruang tambahan bagi bek sayap untuk mengekspresikasn potensi serangan mereka dan tambahan bek tengah untuk mengurangi kerentanan pertahanan ketika kalah.
Tak hanya soal taktik, harus diakui bahwa kemampuan manajemen dan kepemimpinan Xabi Alonso juga sangat bagus.
Thiago Motta, 41 Tahun (Bologna)
Mantan gelandang kelahiran Brasil ini masih dikenang soal masa-masa aktifnya sebagai pesepak bola yang gemilang dengan catatan 30 kali membela Timnas Italia. Kini ia mengukir karier kepelatihan yang cukup menjanjikan, meski relatif sederhana.
Meski begitu, wajar untuk berasumsi bahwa Thiago Motta diawasi secara ketat oleh klub-klub top di seluruh Eropa, sebagian besar karena karakteristik pribadi sebagai orang yang jujur dan pekerja keras yang membawa aura mendikte.
Selain pekerjaan pertamanya di Genoa pada 2019, yang hanya berlangsung selama dua bulan, ia telah mencapai beberapa kesuksesan. Pertama menjaga Spezia yang berbiaya rendah menentang mayoritas prediksi pada akhir Serie A 2021/2022.
Kemudian setelah gagal mencapai kesepakatan baru dengan Spezia, Motta membawa Bologna finis di posisi kesembilan pada musim lalu, pencapaian tertinggi di Serie A bagi klub Italia itu selama lebih dari satu dekade.
Tak heran Motta berhasil menanamkan beberapa ciri khas semasa bermain. Dalam sistem 4-2-3-1, Bologna bermain agresif dan terorganisasi dengan baik, serta sulit ditembus. Hanya kebobolan enam gol dari delapan pertandingan pertama, meski memiliki tim dengan skuad termuda ketiga di liga.
Arne Slot, 45 Tahun (Feyenoord)
Setelah menolak tawaran untuk menangani Tottenham Hotspur pada musim panas 2023, karakter utama bagi Slot adalah mengelola kariernya ketimbang membuat namanya sendiri harum.
Seorang pendukung sepak bola dengan pressing tinggi yang bergantung kepada energi besar, penguasaan bola yang cepat, dan transisi yang sangat efisien, sosok asal Belanda ini, yang dicintai oleh para pemainnya karena gayanya yang menarik dan komunikasi yang jelas, sudah menginspirasi pelatih yang sudah mapan, seperti Pep Guardiola dan Jurgen Klopp.
Meski punya reputasi yang sangat tinggi, Slot relatif baru dalam profesi pelatih sepak bola. Pada Desember 2020, tugas pertamanya di AZ tiba-tiba berakhir setelah satu setengah tahun karena negosiasi awal dengan Feyenoord tidak dianggap enteng di Alkmaar. Namun, dia masih meninggalkan AZ dengan rekor poin rata-rata sebesar 2,11 per pertandingan.
Setelah mengambil kendali di Feyenoord enam bulan kemudian, Slott, yang biasa menggunakan formasi 4-2-3-1, membawa klub ke final Conference League dan membawa gelar Eredivisie ke Rotterdam pada musim selanjutnya.
Sebastian Hoeness, 41 Tahun (Stuttgart)
Terlepas dari nama belakangnya, yang menegaskan dirinya adalah putra dari mantan penyerang tengah Bayern Munchen, Dieter, dan keponakan Uli, yang merupakan tokoh kekuatan abadi di klub yang sama, manajer Stuttgart ini memiliki karier yang menjanjikan.
Setelah memutuskan berhenti menjadi pemain sepak bola, Hoeness mulai melatih pada usia 29 tahun dan belajar di akademi progresif Bayern Munchen dan RB Leipzig. Pada musim panas 2020, ia mendapatkan kesempatan untuk menangani Hoffenheim.
Meski pada dua musim di sana berakhir dengan finis di papan tengah klasemen dengan hasil yang kurang memuaskan, Hoeness masih memperlihatkan tanda-tanda menjadi pelatih yang fleksibel dan menggugah pikiran. Ia memiliki alternatif antara berbagai sistem permainan dan pendekatan taktik.
Pencapaian yang paling terkenal hingga saat ini adalah membawa Stuttgart ke posisi aman Bundesliga pada akhir musim 2022/2023.
Dengan hanya delapan pertandingan tersisa dan unggul lima poin dari posisi play-off degradasi, Stuttgart berhasil mengamankan posisi dengan mengalahkan Hamburg dalam dua leg play-off yang menentukan.
Sumber: ESPN