Bola.com, Jakarta - Pengamat sepak bola Tommy Welly, mengungkapkan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, seperti malas memantau pemain saat Liga 1 berjalan. Menurut Bung Towel, sapaan karibnya, Shin Tae-yong seperti merasa sudah mendapatkan dukungan penuh dari PSSI yang menyiapkan pemain naturalisasi atau diaspora sesuai permintaan pelatih asal Korea itu.
Bung Towel bahkan menyebut pelatih asal Korea Selatan itu jemawa. Apalagi sang pelatih sempat mengkritik Liga 1 dan meminta kompetisi sepak bola Indonesia itu diperbaiki, tetapi jarang memantau pertandingannya secara langsung.
"Ia seolah merasa paling dibutuhkan. Mungkin karena dia paham ada netizen di belakangnya. Bagaimana tidak? Setelah Piala Asia 2023 pada Januari lalu, Shin Tae-yong mengkritisi Liga Indonesia, meminta liganya diperbaiki," ujar Bung Towel.
Satu yang menjadi sorotan Tommy Welly adalah keputusan Shin Tae-yong yang memilih kembali ke negara asalnya untuk berlibur ketika Liga 1 kembali bergulir pada awal Februari 2024.
"Bisa dibilang Shin Tae-yong terlalu malas untuk nongkrongin pertandingan Liga 1 langsung ke stadion-stadion. Jadi jangan heran, jika tidak ada nama baru dari skuad Timnas Indonesia yang dipanggil Shin Tae-yong menghadapi lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2025," ujar Bung Towel.
"Back to back lawan Vietnam, di SUGBK dan di Stadion My Dinh. Istilahnya, ya itu-itu lagi saja. Pemain yang selama ini disukai dan favorit Shin Tae-yong," lanjutnya.
Pemanggilan Pemain Terserah Shin Tae-yong, Bukan Performa di Liga 1
Tommy Welly kemudian mengambil sebuah contoh dari pertandingan antara Persib Bandung kontra PSIS Semarang, di mana laga berakhir dengan skor 3-0 untuk kemenangan Maung Bandung.
Bung Towel menilai ada blunder yang dibuat pemain PSIS dalam pertandingan tersebut sehingga membuat Persib mencetak gol. Namun, pemain itu masih mendapat panggilan dari Shin Tae-yong untuk memperkuat Timnas Indonesia menghadapi Vietnam.
"Masih di kampung halamannya dan malas memantau Liga 1, Shin Tae-yong sepertinya tutup mata dengan blunder amatir penjaga gawang Adi Satryo ketika kebobolan gol kedua Persib pada pekan ke-26 pada 27 Februari. Gol ketiga Persib ke gawang PSIS juga ada andil 'assist' dari Wahyu Prasetyo."
"Ironisnya kedua pemain tersebut tetap dipanggil Shin Tae-yong masuk skuad Timnas Indonesia. Pokoknya terserah Shin Tae-yong. Enggak ada urusan dengan performa di Liga 1," lanjutnya.
Naturalisasi Jadi Senjata Shin Tae-yong
Menurut Bung Towel, senjata dan taktik Shin Tae-yong hanya mengandalkan pemain naturalisasi. Hal itu juga terlihat dari aksi sang pelatih yang langsung terbang ke Belanda, Belgia, dan Italia untuk memantau pemainnya di sana ketika baru kembali ke Jakarta setelah berlibur.
Keinginan Shin Tae-yong agar Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, dan Nathan Tjoe A-On untuk dinaturalisasi pun langsung dikebut oleh PSSI.
Urusan DPR RI, pengambilan sumpah, KTP dan paspor, kemudian perpindahan federasi dilakukan dengan tempo sesingkat-singkatnya. Contohnya adalah pengambilan sumpah Nathan Tjoe A-On dilakukan pada malam hari, Senin (11/3/2024).
"Bayangkan, Senin 11 Maret itu tanggal merah, hari libur nasional yaitu Hari Nyepi. Namun, demi timnas Indonesia dan permintaan Shin Tae-yong, pengambilan sumpah terhadap Nathan Tjoe A-On bisa dilaksanakan. Ada upaya ekstra dan lobi yang sangat besar," ujar Bung Towel.
Soroti Ketidakyakinan Menang Lawan Vietnam
Mendapatkan dukungan penuh soal naturalisasi pemain, komentar Shin Tae-yong yang tidak tegas mengenai target saat menghadapi Vietnam pun mendapatkan sorotan dari pengamat sepak bola Indonesia itu.
"Sayangnya, Shin Tae-yong seolah tidak paham dukungan ekstra PSSI ini, dengan mengatakan tidak bisa menjamin 100 persen kita bisa memenangkan dua pertandingan tersebut," tegas Bung Towel.
"Ini jelas dua frekuensi yang tidak seirama. Kalau bicara tidak bisa menjamin 100 persen menang atas Vietnam, siapa pun pelatihnya juga bisa bicara seperti itu. Namun, ini Shin Tae-yong yang kelas dunia dan sudah dibekali gerbong naturalisasi."
"Apalagi dengan entengnya Shin Tae-yong menyebut jarak perjalanan pemain naturalisasi dari Eropa ke Jakarta sebagai alasan ketidakyakinannya."
"Ini aneh. Dia meminta naturalisasi, diupayakan sedemikian rupa oleh PSSI dan DPR, tetapi menjadikan penerbangan pemain naturalisasi dari Eropa ke Jakarta sebagai alasan," pungkasnya.