Bola.com, Jakarta - Ada begitu banyak pesepak bola, baik pada masa lalu atau pun saat ini, yang harus mengalami kesulitan untuk mereplika penampilan sempurna mereka bersama tim nasional ketika bertanding bersama klub. Ada sejumlah alasan mengapa itu bisa terjadi.
Ada banyak pemain yang cocok dengan sepak bola internasional dan harus beradaptasi lebih baik dalam situasi seperti itu, dengan klub sepak bola memiliki jadwal yang padat.
Dengan frekuensi pertandingan internasional yang lebih jarang digelar, tetapi juga bergantung kepada format gaya turnamen dibandingkan musim yang berlarut-larut, sulit bagi manajer tim untuk menerapkan berbagai gaya sepak bola yang berbeda.
Pemain seperti Harry Maguire akan ada, tetapi itu juga terjadi untuk negara-negara besar dan pemain besar yang membuat jeda internasional bersama tim nasional bisa menjadi penghalang untuk musim domestik mereka.
Namun, sebenarnya ada banyak pemain yang menikmati jeda internasional sebagai pelarian untuk menemukan performa terbaik atau sekadar karena mereka hidup untuk pertandingan tim nasional.
Mungkin salah satu keanehan dalam sepak bola adalah melihat seorang pemain yang sering tampil di pentas internasional, tetapi secara konsisten tampil sedikit lebih baik.
Give Me Sports memilih 12 pemain terbaik dari mereka yang berkembang hanya untuk tim nasional. Berikut enam di antaranya:
Harry Maguire (Inggris)
Pada musim lalu, Harry Maguire mendapatkan lebih banyak menit bermain untuk Timnas Inggris ketimbang di Manchester United. Sebagian besar berkat Raphael Varane dan Lisandro Martinez yang mengukuhkan diri sebagai duo stoper pilihan Erik ten Hag.
Meski minim menit bermain di klub, Gareth Southgate hingga hari ini masih memilih memainkan Maguire bersama John Stones untuk The Three Lions.
Memang Maguire memiliki 62 caps bersama Timnas Inggris. Ia juga telah mencetak tujuh gol, lebih banyak dari bek Inggris mana pun dalam sejarah dan selalu berada di puncak permainan ketika mengenakan jersey timnas Inggris.
Sergio Romero (Argentina)
Sebelum bermain di Manchester United sebagai opsi kedua di belakang David de Gea, sorotan sepak bola Sergio Romero tidak terlalu istimewa. Ia sempat berpindah dari AZ Alkmaar ke Sampdoria.
Tidak banyak berarti, tetapi ia selalu menajdi penjaga gawang Timnas Argentima, di mana ia tiba-tiba terlihat berkelas dan menjadi man of the match semifinal Piala Dunia 2014.
Saat ini dia mencatatkan 96 penampilan, tetapi besar kemungkinan tidak akan mencapai angka 100, dengan kiper Aston Villa, Emiliano Martinez menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang.
Romero sekarang bermain bersama Boca Juniors di Liga Argentina. Namun, itu akan selalu dikenang oleh para penggemar di Old Trafford karena perannya yang bagus saat David De Gea absen.
Eduardo Vargas (Chile)
Eduardo Vargas menjadi pencetak gol terbanyak ketika Copa America 2015 diamankan oleh Chile. Selain itu sang striker juga mengulangi pencapaian yang sama dan telah menjadi pencetak gol terbanyak Copa America pada 2016.
Namun, di level klub, Vargas kesulitan untuk memperlihatkan ketajaman yang sama seperti yang diharapkan orang-orang darinya ketika gagal bermain di Valencia dan Hoffenheim.
Napoli juga beberapa kali meminjamkannya, yang terakhir adalah ke QPR, di mana lagi-lagi ia gagal tampil mengesankan di Premier League.
Keisuke Honda (Jepang)
Keisuke Honda memiliki salah satu karier paling aneh yang dapat Anda bayangkan. Ia mendapatkan status pahlawan karena tembakan jarak jauh dan kemampuannya mengeksekusi bola mati.
Namun, selain karena pernah bermain bersama CSKA Moscow, ia mengecewakan ketika memperkuat AC Milan.
Kemudian ia menjadi pekerja harian yang lengkap dan menjalankan tugas yang seimbang di papan atas Liga Lithuania dengan menjadi manajer Timnas Kamboja.
Pada level internasional, ada cerita yang benar-benar berbeda antara 2008 hingga 2018.
Ia mencatatkan kontribusi yang melahirkan 60 gol, masing-masing 37 gol dan 23 assist, dari 98 penampilan dan akan tercatat sebagai legenda sepak bola Jepang.
Honda menjadi kunci dalam keterlibatan Jepang di tiga edisi Piala Dunia dan menjadi pemenang di Piala Asia 2011.
Lukas Podolski (Jerman)
Salah satu pemain dengan kaki kiri yang paling ganas di sepanjang sejarah sepak bola. Lukas Podolski berubah menjadi binatang buas ketika tiba waktunya untuk menggunakan jersey Timnas Jerman.
Meski bukan kegagalan total baik Bayern Munchen atau Arsenal, Lukas Podolski dipandang sebagaii bangsawan di Kota Koln. Namun, bukan tidak adil jika dikatakan bahwa ia tidak pernah memenuhi ekspektasi yang ada di level klub.
Gagal menembus tim utama Bayern Munchen pada awal kariernya, pemain sayap asal Jerman itu kemudian sukses bersama arsenal dari 2012 hingga 2015. Namun, The Gunners tidak pernah benar-benar mencapai level yang diharapkan.
Mengingat Podolski adalah pemain dengan caps terbanyak ketiga dan pencetak gol terbanyak ketiga Die Mannschaft, yang juga berperan penting di Piala Dunia 2014. Aneh memikirkan dia juga bukan pemain kelas dunia di dalam negeri.
Ali Daei (Iran)
Sosok pemain yang membuat Cristiano Ronaldo terjaga di puncak rekor pencetak gol di level internasional. Ali Daei mencetak 109 gol yang luar biasa untuk Iran dari 1992 hingga 2006, tetapi kini telah diambil alih oleh pemain asal Portugal itu.
Karier klubnya dimulai dengan baik di ASia, tetapi setelah pindah ke Jerman pada 1997 bersama Armenia Bielefeld, dan kemudian ke Bayern Munchen, ia kesulitan.
Daei berada di UEA pada 2002 dan tidak pernah lagi membuat kehebohan di Eropa. Sungguh menakjubkan mengingat betapa berbeda dirinya di level internasional.
Sumber: Give Me Sport