Bola.com, Jakarta - Saat Timnas Indonesia U-23 sedang 'manyala' di bawah komando Shin Tae-yong, ternyata Uzbekistan telah menyiapkan rencana matang sejak lama dan terstruktur rapi. Sudah saatnya sepak bola Tanah Air belajar banyak dari tim berjulukan White Wolves tersebut.
Sepak bola Asia saat ini masih dirajai oleh beberapa tim Asia Timur dan Timur Tengah. Jepang, Korea Selatan, Iran, hingga Arab Saudi merupakan langganan Benua Kuning di pentas internasional.
Belakangan muncul 'anak baru' seperti Qatar. Namun kekuatan Uzbekistan sepertinya bakal sering mewarnai headline di masa-masa mendatang.
Sepak bola Uzbekistan berkembang pesat, tidak cuma di level senior saja, tetapi juga di level kategori usia atau junior. Keterlibatan pemerintah dan swasta jadi satu di antara faktor penting.
Bagaimana revolusi sepak bola Uzbekistan, negara yang baru merdeka pada 1991, bisa menempatkan namanya di peta dunia?
Dari SSB Jadi Akademi
Grassroots. Itulah kuncinya. April 2023, Presiden Uzbkeistan, Shavkat Miromonovich Mirziyoyev, menandatangani dekrit yang sangat krusial, mengubah sekolah sepak bola (SSB) menjadi akademi sepak bola.
Dinukil dari Gazeta.uz, Uzbekistan belajar banyak dari Jepang hingga Kroasia. Pemerintah kemudian memperbanyak kompetisi sepak bola dari level paling bawah, yakni masyarakat. Football festive dimasyarakatkan, menyentuh anak-anak bahkan pra-sekolah.
Taufik Jursal, penggiat sepak bola usia dini, menegaskan bahwa momentum kejayaan sepak bola Indonesia harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan secara berjenjang. Dengan begini, sepak bola sebagai alat bangsa bisa terukur dari grassroots.
"Kita harus maksimalkan momentum Timnas Indonesia U-23 menjadi pijakan untuk siapkan pemain muda muda melalui kompetisi berjenjang. Kita harus siapkan turnamen U-13, U-15, dan U-17," kata Taufik.
"Berikan Asprov tiap provinsi sebuah program kompetisi, gandeng juga askot atau askab, yang artinya benar-benar menyeluruh sampai tingkatan desa. Kalau begini asprov bisa memiliki database pemain sepak bola muda."
Piramida Kompetisi Uzbekistan
Secara garis besar, Uzbekistan memilik 5 Tier kompetisi. Tier paling tinggi, yakni Tier 1 berisikan Super League, yang terdiri atas kompetisi tim utama dan U-21 atau development skuad (beberapa negara memainkan kompetisi U-23).
Kemudian di Tier 2 ada Pro Liga, berisikan tim utama di Uzbekistan plus kompetisi untuk tim U-19. Setelah itu ada First League, Second League, bahkan Regional Championship yang khusus mempertandingkan tim U-16.
Di luar piramida tersebut, ada pula Uzbekistan Cup yang diikuti oleh 14 tim Super League (Tier 1), 10 tim Pro Liga, dan 8 tim First League.
Dengan sistem kompetisi yang rapi ditambah totalitas dalam memajukan grassroots tidak heran jika Uzbekistan mampu menjadi tim yang prima di sepak bola Asia.
Kompetisi Berjenjang Sejak Usia Muda
Selain punya fisik prima, ternyata, keberhasilan Timnas Uzbekistan U-23 di Piala Asia U-23 tak lepas dari kompetisi berjenjang sejak usia muda. Uzbekistan memiliki liga untuk pesepak bola U-16 yang diberi nama U-16 Chempionati.
Setelah berlaga di U-16 Chempionati, pesepak bola muda bisa melanjutkan penampilan di U-19 Chempionati dan U-21 Chempionati. Memiliki persaingan liga yang ketat di setiap jenjang usia, tak heran akhirnya Uzbekistan memiliki stok berlimpah untuk pemain muda.
Selain itu, mereka memiliki sederet pesepak bola muda berbakat yang menjalani karier di Eropa, seperrti Abdukodir Khusanov (Lens), Abbosbek Fayzullaev (CSKA Moscow), dan Umarali Rakhmonaliev (Rubin Kazan).
Liga Uzbekistan, Superliga, juga masuk jajaran satu di antara kompetisi bergengsi di Asia. Mereka pun mengirimkan wakilnya untuk tampil di Liga Champions Asia.
"Ketika 2027, dan selanjutnya apa blue print, navigasi berikutnya jawabannya hanya kompetisi berjenjang U-13 hingga U-17 dan Kompetisi Perserikatan Amatir harus digelar kembali," ujar Taufik Jursal memungkasi.