Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya telah mengakhiri kompetisi BRI Liga 1 2023/2024. Mereka menduduki peringkat ke-12 klasemen akhir dengan 42 poin dari 34 pertandingan, rinciannya 10 menang, 12 seri, dan 12 kalah.
Hasil musim ini jadi yang terburuk bagi klub asal Kota Pahlawan itu dalam sejarah keikutsertaan Liga 1 sejak 2018.
Sebelumnya, tim Bajul Ijo hampir selalu menduduki papan atas klasemen akhir. Di musim 2018, mereka mampu menduduki peringkat kelima. Prestasi terbaik adalah menghuni posisi runner-up musim 2019 di bawah Bali United.
Persebaya kembali berada di peringkat kelima klasemen akhir pada musim 2021/2022. Terakhir, mereka menghuni posisi keenam di Liga 1 2022/2023.
Sebelum mengakhiri musim ini, tim asal Kota Pahlawan itu menelan tiga kekalahan beruntun saat bersua Dewa United, Persib Bandung, dan Bali United. Tapi, kemudian mengakhiri Liga 1 dengan menang 2-1 atas Persik Kediri (28/4/2024).
Tak cuma urusan klasemen, Persebaya rupanya juga membukukan catatan yang buruk dalam sejumlah hal di musim ini.
Bola.com telah merangkum empat fakta hasil negatif yang didapat oleh Persebaya selama BRI Liga 1 2023/2024. Simak ulasan berikut:
Produktivitas Gol Terendah
Persebaya pada akhirnya tercatat sebagai tim dengan produktivitas gol terendah. Mereka mencetak 33 gol saja dalam 34 pertandingan alias memiliki rata-rata tak sampai satu gol per laga.
Urusan produktivitas gol jadi problem yang sulit diselesaikan Persebaya. Pasalnya, striker Paulo Henrique tidak rutin mencetak gol. Bruno Moreira juga kadang mandul. Tak ada pemain alternatif lain yang bisa menjawab kebutuhan ini.
Jika dibandingkan, Arema yang menghuni posisi ke-15 atau terbawah di zona aman mampu mengoleksi 42 gol. Artinya, Singo Edan masih unggul selisih sembilan gol meski posisinya di bawah Persebaya.
Kartu Merah Terbanyak
Persebaya juga tercatat sebagai klub yang paling banyak menerima kartu merah di Liga 1 2023/2024 sampai sejauh ini. Total, sudah ada tujuh kartu merah yang diterima Persebaya dalam 34 pertandingan musim ini.
Dua bek sayap, yakni Catur Pamungkas dan Reva Adi Utama, masing-masing dua kali menerima kartu merah. Sedangkan tiga lainnya adalah hukuman usiran yang diberikan kepada striker asing Paulo Henrique, gelandang Ripal Wahyudi, dan gelandang Andre Oktaviansyah.
Pergantian Pelatih
Sumber permasalahan ini bisa dibilang ada pada perubahan nakhoda tim. Belum semusim, mereka sudah dua kali melakukan pergantian pelatih. Ada Aji Santoso, Josep Gombau, dan kini di tangan Paul Munster.
Jangan lupakan pula Uston Nawawi yang jadi caretaker dalam jeda pergantian antarpelatih. Uston sendiri masih konsisten menjabat asisten pelatih sejak 2020 hingga sekarang.
Hal itu cukup berdampak pada performa tim yang harus memainkan gaya permainan yang berbeda. Di bawah arahan Paul Munster, Persebaya terlihat belum menampilkan permainan yang diharapkan. Alhasil, mereka sulit menang.
Kini, Paul Munster masih akan memiliki kontrak sampai satu musim ke depan. Dia juga sudah menyiapkan rencana untuk melakukan perombakan skuad.
Gol Bunuh Diri Terbanyak
Tim asal Kota Pahlawan itu bahkan jadi tim dengan catatan mencetak gol bunuh diri terbanyak musim ini. Tak tanggung-tanggung, mereka sudah empat kali memberikan “hadiah” gol untuk tim lawan.
Empat gol bunuh diri Persebaya itu juga lahir dari empat pemain yang berbeda. Mereka adalah Yohanes Kandaimu, Song Ui-young, Paulo Henrique, dan Kasim Botan.
Menariknya, dari empat nama itu, hanya Yohanes Kandaimu yang berstatus sebagai pemain belakang. Pemain berusia 28 tahun itu hanya tampil enam laga dan hengkang dari Persebaya di pertengahan musim dengan bergabung PSPS Riau yang berkiprah di Liga 2.
Fakta menarik lainnya adalah perjumpaan Persebaya dengan Borneo FC yang merupakan tim juara regular series Liga 1 musim ini. Dua kali mereka berjumpa, dua kali pula Persebaya memberi “hadiah” untuk Pesut Etam.