Presiden FAM Iri dengan Program Naturalisasi PSSI: Pemain Keturunan Malaysia Tak Sebanyak Indonesia!

oleh Radifa Arsa diperbarui 08 Mei 2024, 15:45 WIB
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong berjoget saat para penonton meneriakkan namanya setelah laga Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Timnas Indonesia Vs Vietnam di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Kamis (21/03/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Kuala Lumpur - Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Hamidin Mohd Amin, mengungkapkan kendala yang dihadapi pihaknya dalam mencari pemain-pemain keturunan berkualitas seperti yang saat ini memperkuat Timnas Indonesia.

Belakangan ini, FAM memang dibanding-bandingkan dengan PSSI. Pasalnya, Induk Sepak Bola Indonesia itu bisa memperoleh banyak pemain keturunan ‘Grade A’ yang ikut mendongkrak prestasi Timnas Indonesia.

Advertisement

Hamidin mengatakan, FAM memang tak bisa leluasa mencari pemain-pemain keturunan yang berkualitas untuk Timnas Malaysia. Setidaknya, ada sejumlah faktor yang menghambat kebijakan naturalisasi ini.

“Di tempat kita sekarang ini, seperti yang saya pahami dari tim senior sampai kelompok usia muda, kita akan mengambil pemain warisan dengan kualitas tinggi untuk mewakili tim nasional,” kata Hamidin dikutip dari Harimau Malaya.

2 dari 4 halaman

Perbedaan dengan Indonesia

Skuad Timnas Malaysia U-23 yang berlaga di Piala Asia U-23 2024. (Dok. FAM)

Hamidin menjelaskan, FAM tak bisa bergerak leluasa seperti Filipina dan Indonesia yang bisa dengan mudah mencari pemain keturunan. Pasalnya, dua negara ini memiliki banyak pilihan pesepak bola dengan darah campuran di Eropa.

Sementara itu, situasi yang dihadapi Malaysia berbeda. Dari segi pilihan, mereka sangat terbatas. Padahal, FAM juga telah menunjuk Christopher Raj sebagai penanggung jawab khusus untuk masalah ini.

“Namun ingat, kita tidak akan sama dengan Filipina atau Indonesia. Mereka punya banyak pemain warisan yang bisa mereka pilih, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sedangkan kita ini sangat-sangat terbatas,” ujarnya.

“Ada banyak pihak yang mengatakan bahwa FAM tidak mendorong hal ini, padahal banyak juga yang palsu. Karena, penasihat saya, Christopher Raj, yang memantau masalah ini, telah melihatnya,” tambahnya.

3 dari 4 halaman

Dibandingkan dengan PSSI

PSSI - Kepengurusan PSSI yang Baru (Bola.com/Adreanus Titus)

Dalam sesi wawancara ini, Harimau Malaya memang mencoba membandingkan program naturalisasi FAM dengan PSSI yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum, Erick Thohir. FAM dinilai tak mengambil inisiatif untuk menghubungi pemain-pemain keturunan.

Menurut Hamidin, upaya ini sebetulnya sudah dilakukan. Namun, ketika pemain keturunan yang bersangkutan dihubungi, beberapa di antaranya tak menjawab. Dalam beberapa kasus, mereka ternyata tak memiliki darah keturunan Malaysia.

“Yang terbaru, kami menghubungi dia, tetapi dia tak menjawab. Kami akhirnya juga mengetahui bahwa dia tidak memiliki ibu atau ayah dari Malaysia. Jadi, banyak juga yang menipu,” ujar Hamidin.

“Jadi, siapa pun pemain warisan yang ada, asalkan dia punya kualitas yang bagus, ya kenapa tidak untuk kita ambil. Namun, kita tidak bisa mendapatkan yang sama seperti diperoleh Indonesia atau Filipina,” tambahnya.

4 dari 4 halaman

Belum Tentu Sukses

Timnas Malaysia menyusul Vietnam harus tersingkir pada fase grup Piala Asia 2023 setelah menderita kekalahan kedua. Setelah kalah 0-4 dari Yordania pada laga pertama Grup E, Malaysia kembali takluk kali ini dari Bahrain pada laga kedua dengan skor tipis 0-1 di Jassim bin Hamad Stadium, Al Rayyan, Qatar, Sabtu (20/1/2024) sore waktu setempat. Kekalahan ini terbilang menyakitkan bagi Tim Harimau Malaya karena gol kemenangan Bahrain yang dicetak Ali Madan tercipta tepat pada menit akhir masa injury time babak kedua yang berdurasi lima menit. Menyisakan laga pamungkas kontra Korea Selatan, praktis peluang Malaysia telah tertutup untuk lolos ke 16 besar dan dipastikan akan menjadi juru kunci Grup E. (AP Photo/Thanassis Stavrakis)

Terlepas dari perdebatan ini, Hamidin memaklumi kebijakan yang dilakukan PSSI. Dia menyebut, program yang sukses diterapkan oleh PSSI belum tentu menghasilkan kesuksesan yang serupa di Malaysia.

“Mungkin cocok di Indonesia saat ini, tetapi belum tentu cocok di Malaysia. Jadi, kita lihat dahulu karena yang sukses di Indonesia belum tentu bisa diterapkan di Malaysia,” kata Hamidin.

Sumber: Harimau Malaya

Berita Terkait