3 Strategi Shin Tae-yong Tidak Berjalan saat Timnas Indonesia U-23 Kalah dari Guinea: Lemparan Arhan pun Terbaca

oleh Wahyu Pratama diperbarui 10 Mei 2024, 13:30 WIB
Timnas Indonesia - Ilustrasi Shin Tae-yong, arhan, Rafael Struick, Justin Hubner, Marselino Ferdinan (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-23 gagal mengulang pencapaian 68 tahun yang lalu. Ambisi lolos ke Olimpiade Paris 2024 pupus di tangan Guinea U-23 usai kalah 0-1 pada babak play-off yang berlangsung di Clairefontaine, Paris, Kamis (9/5/2024) malam.

Menghadapi tim yang mayoritas pemainnya bermain di Eropa, tak membuat anak asuh pelatih Shin Tae-yong gentar. Garuda Muda tak hanya mampu mengimbangi secara permainan, tetapi mampu membuat serangan-serangan berbahaya.

Advertisement

Sayangnya, sebuah serangan balik cepat Guinea dihentikan Witan Sulaeman di kotak terlarang. Walau sedikit kontroversial, eksekusi Ilaix Moriba pada akhirnya merobek gawang Timnas Indonesia U-23, Ernando Ari.

Terlepas dari kontroversi sang pengadil, Indonesia juga nyaris kebobolan dengan cara serupa di babak kedua. Serangan balik cepat Guinea dihentikan Alfeandra Dewangga di kotak penalti dan wasit langsung menunjuk titik putih.

Beruntung, Ernando Ari kali ini mampu menghentikan tembakan 12 pas tersebut. Namun, sampai akhir pertandingan, Timnas Indonesia U-23 gagal memanfaatkan momentum yang didapat usai penyelamatan krusial tersebut.

Lantas, apa saja yang perlu menjadi perhatian khusus pelatih yang akrab disapa Shin Tae-yong di pertandingan semalam? Berikut ulasan selengkapnya versi Bola.com:

2 dari 4 halaman

Transisi Bertahan Buruk

Timnas Indonesia U-23 Vs Timnas Guinea U-23. (Bola.com/Dok.AFP/MIGUEL MEDINA).

Timnas Indonesia U-23 sepertinya lupa setiap kesalahan bisa berakibat fatal. Ambisi mencetak gol lebih dulu membuat struktur bertahan mereka kacau. Terdapat gap yang sangat luas antarlini yang bisa dimanfaatkan oleh tim Gajah Nasional.

Itulah yang terjadi saat Guinea mendapatkan dua penalti di pertandingan tersebut. Lawan begitu mudah menembus jantung pertahanan Indonesia dengan kecepatan terutama di sektor kanan permainan.

Pengalaman dan kematangan yang lebih baik membuat Guinea punya banyak tipu muslihat untuk memenangkan pertandingan. Aksi 'teatrikal' mereka dinyatakan sebuah pelanggaran walaupun sentuhan yang dilakukan terbilang minim.

3 dari 4 halaman

Kepayahan Second Ball

Winger Timnas Indonesia U-23, Witan Sulaeman, berjuang sekuat tenaga saat bersua Timnas Guinea U-23 pada laga playoff Olimpiade 2024 Paris di INF Clairefontaine, Clairefontaine-en-Yvelines, Prancis, Kamis (9/5/2024) malam WIB. Sayangnya, Tim Garuda Muda menyerah 0-1 dari Guinea. (AFP/Miguel Medina)

Timnas Indonesia U-23 kesulitan mengimbangi lapangan tengah Guinea di pertandingan ini. Progresi bola ke depan terbatasi dengan cerdiknya pemain belakang wakil Afrika itu meng-cover Rafael Struick dkk. yang meminta bola.

Alhasil, tim Merah Putih hanya bisa mengandalkan long ball ke jantung pertahanan lawan. Namun, langkah tersebut dengan mudah dipatahkan lantaran para pemain terpaku menatap bola alih-alih berusaha merebut second ball.

Pada akhirnya, serangan Indonesia terlihat tidak terorganisasi menjelang akhir pertandingan. Serangan sporadis itu gagal membuahkan hasil lantaran Witan Sulaeman dkk seperti kebingungan mengeksekusinya.

4 dari 4 halaman

Lemparan Panjang Pratama Arhan Mulai Terbaca

Pemain Timnas Indonesia, Pratama Arhan melakukan lemparan ke dalam pada laga FIFA Matchday melawan Argentina yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (19/06/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Satu hal yang tak pernah berubah adalah bagaimana Timnas Indonesia U-23 memanfaatkan lemparan ke dalam Pratama Arhan untuk menciptakan peluang. Dari level senior hingga kelompok umur, spesialisi pemain berusia 22 tahun itu selalu diandalkan.

Namun, cara tersebut sepertinya sudah mulai terbaca lawan. Kiper lawan akan selalu berusaha menyongsong bola terlebih dahulu dengan para bek lawan menjauhkan pemain yang menggangu kiper mereka.

Senjata ini juga semakin mudah diminimalkan saat lawan memiliki pemain dengan postur tinggi menjulang. Inilah yang terjadi saat menghadapi Guinea. Lemparan Pratama Arhan tak sekalipun menghadirkan ancaman berbahaya.

Berita Terkait