Bola.com, Jakarta - Como 1907 kembali ke Serie A, kasta tertinggi Liga Italia, setelah kali terakhir berkompetisi di sana pada 2003.
Dari 38 laga yang telah dilakoni Como 1907, mereka mengoleksi 73 poin. Meski imbang pada laga pemungkas Serie B, poinnya tak lagi terkejar oleh tim terdekatnya di posisi ketiga.
Adapun tim posisi tiga Serie B tak lain dan tak bukan adalah Venezia, klub yang dihuni oleh Jay Idzes, bek Timnas Indonesia. Venezia takluk 1-2 dari Spezia pada laga tandang di hari yang sama.
Kendati demikian, Venezia berpeluang menyusul Como 1907 dan Parma ke Serie A lewat jalur play-off.
Ada beberapa faktor kuat di balik sukses Como 1907 promosi ke Serie A. Selain materi pemain yang mumpuni, peran Indonesia juga punya pengaruh penting.
Bolak-Balik Bangkrut
Como 1907 merupakan klub yang 'strategis'. Lokasinya tidak jauh dari markas AC Milan dan Inter. Meski demikian, klub berjulukan I Voltiani ini lebih sering merasakan getir ketimbang gemerlap duo Milan.
Bangkrut? Sudah beberapa kali. Terdegradasi? Terlalu banyak untuk disebutkan.
Status yoyo membuat Como 1907 tak banyak dilirik pengusaha, baik itu dari dalam maupun luar Italia. Bagaimana tidak, pada 2017, klub tersebut dinyatakan bangkrut untuk ke sekian kalinya.
Istri Michael Essien sempat mencoba menyelamatkan Como 1907. Ia bertahan sekitar dua tahun saja, namun cukup efektif menjaga kestabilan klub, utamanya soal finansial.
Hartono Brothers
April 2019 menandakan sejarah baru buat Como 1907 dan juga Indonesia. Hartono Bersaudara atau Hartono Brothers, pengusaha Indonesia yang meng-handle Djarum, BCA, dan layanan streaming Mola, membeli klub tersebut.
Mola kemudian jadi sponsor utama klub sejak saat itu. Como 1907, perlahan namun pasti, mulai memperbaiki manajemen. Utang dihapus, struktur klub diperbaiki.
Hebatnya, Como 1907 langsung dibawanya promosi dari Serie D ke Serie C dalam hitungan beberapa bulan saja. Dua musim kemudian, Como promosi ke Serie B.
Penonton mulai berdatangan memadati stadion. Dinukil dari Telegraph, rata-rata fans yang ke stadion dari 400-an orang menjadi 7000 penonton.
Cesc Fabregas Bergabung
Ketika Cesc Fabregas datang sebagai pemain, banyak yang menilai eks Chelsea itu cuma menghabiskan kariernya saja. Apalagi Como cukup dikenal sebagai wilayah bermukimnya orang-orang kaya Italia.
Como memang sangat indah. Perjalanan perahu melintasi perairan yang berkilauan melewati kediaman Richard Branson dan George Clooney, dan area tersebut telah digunakan untuk pembuatan film banyak film Hollywood mulai dari James Bond hingga Star Wars.
Maka tidak heran ketika muncul anggapan bahwa Fabregas hanya ingin menikmati hidupnya di sana, bahwa di sana adalah tempat yang sempurna bagi pesepak bola hebat untuk menikmati anonimitas.
Namun Fabregas tidak sekadar menikmati masa pensiunnya. Jauh dari itu. Dia adalah pelatih dan pemangku kepentingan di klub Italia Como 1907, yang juga mendapat investasi dari mantan rekan setim Fabregas di Arsenal, Thierry Henry. Dan keterlibatan Fabregas lebih dari sekedar lokasi.
"Saya melihat orang-orang yang ingin mengembangkan klub ini, ingin melakukan hal-hal sesuai keinginan saya," kata Fabregas, yang saat ini menjabat sebagai asisten manajer, kepada Telegraph Sport.
"Itu masih awal, jadi kami bisa membangun banyak hal dari nol. Itu menarik. Saya bisa bermain di sini dalam beberapa tahun terakhir, dan memiliki kesempatan untuk terus berkembang sebagai manajer dengan melakukan apa yang saya sukai. Itu adalah proyek jangka panjang, itulah yang saya cari."
Invasi Inggris
Hartono Brothers tidak main-main. Mereka tak sekadar menyuntikkan dana segar dan menstabilkan finansial saja. Mereka menggarap Como 1907 dengan sangat sangat serius.
Selain membongkar deretan manajemen, Como 1907 juga mendatangkan beberapa nama tenar di sepak bola Inggris. Dennis Wise adalah sosok yang meyakinkan Fabregas untuk 'berinvestasi' di Como, di mana Thierry Henry kemudian menyusul menyelipkan saham di sana.
Fabregas lantas menjadi pelatih Como U-19, dan naik jabatan ke tim senior setelah Moreno Longo mundur sebagai pelatih kepala.
Masih di jajaran direksi, Hartono Brothers memboyong Osian Roberts sebagai Head of Development. Roberts adalah mantan asisten Chris Coleman di Timnas Irlandia pada Piala Eropa 2016, asisten Patrick Viera di Crystal Palace, dan terakhir tergabung bersama Timnas Maroko pada Piala Dunia 2022.
Baca Juga
Deretan Fakta Emil Audero, Kiper Como 1907 yang Dipertimbangkan untuk Jadi Deputi Maarten Paes di Timnas Indonesia
Kevin Diks Disebut Sempat Diincar Como 1907 dan Kini Jadi Bidikan Borussia Monchengladbach, Nilai Pasarnya Rp 76 Miliar
Viral Video Netizen Ngobrol dengan Emil Audero, Beri Sinyal Positif untuk Timnas Indonesia?