Bola.com, London - Como 1907 telah beberapa kali bangkrut. Penyebabnya sudah pasti karena masalah keuangan. Suatu hari pada 2019, tim berjulukan I Lariani itu bak mendapatkan mukzijat. Grup Djarum datang untuk mengakuisisi klub.
Grup Djarum pimpinan Michael Hartono and Robert Budi Hartono memiliki kekayaan sekitar 45 miliar USD atau setara dengan Rp717 triliun lebih, yang membuat Como 1907 menjadi klub paling tajir di Italia jika mengacu kepada harta pemiliknya.
Lewat orang kepercayaannya, Mirwan Suwarso, Grup Djarum menyulap Como 1907 hanya dalam kurun waktu lima tahun; dari klub kasta terbawah Italia atau Serie D, menuju puncak piramida sepak bola Negeri Pizza alias Serie A.
Apa saja momen-momen penting yang mengiringi perjalanan Como 1907 ke Serie A? Pertama, pendekatan terhadap warga Como. Selain itu, juga perbaikan fasilitas klub, mulai dari training ground sampai Stadion Giuseppe Sinigaglia.
Paling krusial tentu saja merustrukturisasi manajemen dan tim. Thierry Henry diangkat sebagai shareholder. Cesc Fabregas yang awalnya dari pemain, kini menjadi tim pelatih selain juga berstatus sebagai pemegang saham.
Padahal awalnya, proyek Como 1907 tidak disangka bisa melaju sejauh ini. Mulanya, I Lariani diproyeksikan untuk menjadi homebase Garuda Select, program akselerasi kerja sama Grup Djarum dengan PSSI yang telah berjalan sejak 2019.
Ibarat sudah kepalang tanggung, Como 1907 malah makin nge-gas. Pergantian pelatih dari Moreno Longo ke Cesc Fabregas pada November 2023 menjadi pembuka jalan I Lariani untuk mengakhiri penantian selama dua dekade lebih.
Tepat pada 11 Mei 2024, Como 1907 resmi promosi ke Serie A. Patrick Cutrone dkk. menyelesaikan Serie B 2023/2024 di peringkat kedua dengan 73 poin dari 38 pertandingan, unggul tiga angka atas Venezia di posisi ketiga yang diperkuat bek Timnas Indonesia, Jay Idzes.
Liputan6.com, Bola.com, dan Bola.net berkesempatan mewawancarai Mirwan Suwarso secara daring. Dia berkisah mengenai perjalanan Como 1907, peran Cesc Fabregas dan Thierry Henry, hingga membahas Thom Haye dan Rafael Struick. Berikut petikannya:
Bagaimana kronologi Grup Djarum membeli Como 1907?
Waktu itu kan kami mau beli untuk Garuda Select, untuk penempatan pemain Indonesia supaya mereka bisa berkompetisi di kompetisi amatir, jadi kami mencari klub yang memang harganya murah. Kebetulan yang ada waktu itu ada dua klub yang sedang bangkrut, Como 1907 dan Pro Vercelli. Tapi kami lihat secara logistik Como lebih dekat ke Milan dadi lebih mudah segalanya untuk mengatur-atur dan harganya juga paling murah. Oleh karena itu, kami memilih Como 1907.
Bagaimana perjalanan Como 1907 dari Serie D ke Serie A hanya dalam kurun waktu lima tahun?
Kalau yang dari serie D ke serie C sih hoki ya orang kami beli tidak sampai tiga bulan mereka sudah promosi. Mungkin cuma karena kami membayar utang Como 1907 dan memastikan gajinya lancar dadi pemainnya juga lebih motivasi mungkin ya. Tapi itu kami tidak ngapa-ngapain lah di situ, orang kami manajemennya juga belum terbentuk. Pas di Serie C, yang kita rapihkan infrastrukturnya dan administrasinya dulu. Semua kami pastikan SDM-nya juga. Waktu itu kan kami tidak ada direktur olahraga, kami memasukkan direktur olahraga, hingga kami memasukkan CEO.
Kami mulai mencari dan membangun tim komersil supaya bisa berjualan, itu waktu di Serie C. Kami bisa promosi dari Serie C ke Serie B karena menurut saya kombinasi antara tim olahraga sama tim komersilnya cukup cukup bagus. Kalau dari Serie B ke Serie A itu jatuhnya karena timnya sudah makin kuat, SDM-nya sudah kuat, hingga infrastrukturnya sudah makin bagus. Kedatangan Cesc Fabregas itu membuka wawasan dan memberikan visi yang amat sangat jelas dan saya bisa bilang Fabregas adalah arsitek untuk kami maju. Dia memberikan visi jadi kami sekarang langsung jadi jelas "oh maunya ke sana, maunya gayanya begini" kami bisa membangun tim di seputar itu untuk mendukung realisasi visi dia dan dari situlah kami bisa mendapat peluang lolos ke Serie A.
Satu dari infrastruktur yang kami perkuat di Serie B adalah kami membangun tim data yang amat sangat kuat menurut saya, kami mempunyai tim data yang mungkin satu di antara yang terbaik di Eropa. Kenapa saya berani bilang begitu? Karena sekarang tim-tim besar Eropa malah datang ke kami untuk meminta kerja sama. Jadi kami bikin kayak aliansi analisis data antara tim-tim bisa dibilang tim raksasa Eropa tapi bukan Real Madrid, bukan Barcelona, tapi yang sekelas Liverpool dan semacamnya.
Pokoknya kalau ngomongin data yang terbaik, tim kami pasti masuk ke situ. Dari situ kami bisa menganalisis kekurangan tim kami, apa Kebutuhan tim. Makanya waktu pada Oktober 2023 begitu Fabregas menjadi pelatih, kami langsung bisa dibilang revolusi. Satu revolusi taktik kedua revolusi gaya permainan dan pemainnya juga kami beli. Kami mulai mencari pemain yang khusus mendukung gaya permainan Fabregas, yang bisa cocok untuk lolos ke Serie A dan kedua pelan-pelan bisa menjadi fondasi pembangunan tim di Serie A. Saat ini, kami mungkin punya enam pemain yang sudah mempunya pengalaman Serie A.
Yang kami lihat kalau untuk di Serie A itu sebenarnya ada korelasi yang sangat jelas antara kekuatan udara atau aerial power dengan kesuksesan di Serie A. Kami lihat kecepatan di belakang itu juga ada kaitannya dengan kesuksesan di Serie A. Dari situ kami melihat perlu meningkatkan minimal tiga pemain yang termasuk dalam kategori lima persen pemain terbaik untuk aerial power di kaliber Serie A. Jadi itu dulu yang kami kejar. Kami juga perlu dua pemain belakang yang termasuk lima persen dalam kategori pemain terbaik dengan kriteria punya kecepatan yang paling bagus, kemampuan taktis, teknik yang bagus, dan pemikiran taktis yang tinggi. Jadi ramuan itu yang kami perlukan. Kami perlu kurang lebih antara 5-6 pemain baru yang langsung bisa masuk kategori top lima persen sesuai kebutuhan dan gaya kami di Serie A.
Bagaimana respons penduduk Como ketika Grup Djarum mengakuisisi Como 1907? Bagaimana perbedannya dengan sekarang?
Bisa saya bilang mereka tidak percaya kami karena terlalu banyak orang datang dan pergi, datang dan bangkrut, datang dan hilang. Sehingga dalam dua tahun itu kami benar-benar harus membuktikan ketika kami di sana dan juga keseriusan kami, dan itu yang kami lakukan lah. Selama dua tahun itu kami melakukan pendekatan yang sangat erat ke komunitas bagaimana caranya kami sebagai tamu bisa diterima oleh tuan rumah di sana. Bagaimanapun juga kami tamu. Jadi kami ke sana itu pertama-tama mengaktifkan diri dalam semua kegiatan sosial, menjadi dalam bagian komunitas. Kalau ada bayi lahir, kami langsung kirimkan baju bayi Como 1907 di setiap rumah sakit, kami memberikan lebih 2000-3000 baju per tahun.
Selain itu, kami memberikan tiket terusan untuk setiap bayi yang lahir, dengan harapan di saat dia cukup dewasa, dia bisa datang ke stadion. Lalu untuk anak-anak usia 13 tahun dan ke bawah masuk ke stadion itu gratis dengan harapan mereka harus membawa orang tuanya. Pendekatan seperti ini terbukti bisa memperdekat kami dengan komunitas di Como. Lalu belum lagi kami selalu melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan sosial. Jadi kami punya satu kegiatan namanya Como for Como karena kami tahu Como itu area turis, area wisata. Jadi banyak sekali bisnis-bisnis yang hidupnya adalah dari dunia turisme.
Jadi kami bikin merchandise Como 1907 ataupun klub bola Como yang kami supply ke semua toko-toko itu. Mereka tidak perlu keluar uang untuk menyediakan barang. Jadi tidak keluar modal. Tapi, mereka boleh menyimpan 25 persen dari keuntungan, kami mengambil 50 persen dan 25 persen lagi langsung dibagikan ke komunitas. Jadi di situ kami langsung memperkaya dan memperkuat komunitas lokal untuk bisa meningkatkan prosperity mereka. Kami juga ada kerja sama dengan foundation namanya Quelli che con Luca. Ada satu fan, anaknya meninggal dunia karena leukemia.
Jadi dia membuat satu yayasan untuk memerangi leukemia. Jersey ketiga kami, di dadanya itu sponsornya adalah si yayasan itu. Penjualan jersey ketiga kami semuanya dikasih ke yayasan itu. Sehingga kami bisa memberikan hampir Rp7 atau Rp8 miliar ke yayasan itu sehingga mereka bisa membeli mesin baru untuk penelitian pemberantasan childhood leukemia. Asalnya seperti itu. Dari upaya-upaya kayak gitu kami makin kuat di komunitas. Dari tadinya kami tidak punya toko sama sekali yang berjualan barang, sekarang kami mungkin punya 325 toko yang menjual barang-barang Como 1907 di seluruh Como.
Bukan hanya pembelinya, penjualnya pun mendapatkan untung tanpa harus mengeluarkan modal. Itu yang membuat mereka jadi makin dekat sama kami lalu kami juga banyak membantu bisnis-bisnis lokal yang perlu bantuan misalnya mereka ingin ada kayak perusahaan minuman yang perlu meningkatkan pemasaran mereka. Saya bilang 'ayo kamu jualannya di stadion kami dan bantu kami' bagi hasil kasarnya kayak begitu. Nah, perlahan-lahan itu mereka melihat buktinya kami serius dan komitmen dan kami memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. So, sekarang kami sama mereka sudah kayak satu, bisa saya bilang Como 1907 sama fans clubnya dan juga sama komunitas di Como itu sudah menjadi satu.
Bagaimana ceritanya Cesc Fabregas dan Thierry Henry bisa bergabung ke Como 1907?
Cesc Fabregas yang datang ke kami. Dia kebetulan mencari tempat untuk bisa bermain di akhir karier dan agennya merasa mungkin Como 1907 menjadi satu proyek yang cocok buat dia, ekspektasi tidak terlalu tinggi. Untuk kami, punya pemain sekaliber seperti dia luar biasa. Dia bilang suatu hari dia ingin jadi pelatih. Lalu, antara dia dan pelatih kami saat itu sama sekali tidak cocok. Itu yang saya sadar bahwa kami punya Rolls Royce tapi kok disuruh bajak sawah oleh pelatihnya. Karena pelatih kami menurut saya waktu itu kayak kurang wawasannya dan juga terancam juga melihat ada seorang kayak Fabregas datang. Perlahan-lahan kami lihat.
Satu musim selesai, Fabregas pensiun karena dia sudah tidak tahan lagi bermain dan dia bilang ke saya mau jadi pelatih saja, kasih dia menjadi pelatih tim junior Como 1907. Di saat itu, kami juga langsung mulai melihat, ini saya tidak bisa nih menjalankan klub sepak bola tapi semuanya berdasarkan opini, subjektif, dan pendapat ini bagus, pendapat itu bagus. Saya tidak bisa apalagi owner kami di Grup Djarum kan juga bukan orang sepak bola, mereka harus mengerti berdasarkan data atau berdasarkan satu yang faktual. Di situlah kami langsung menginvestasi di suatu program data analisis yang sekarang menurut saya sudah menjadi bagus banget.
Di situ kami melihat bahwa meskipun waktu itu kami menang banyak, tapi trennya itu sebenarnya bahaya. Kami bisa mencetak gol, tapi membuat peluang itu sebenarnya kecil sekali, sedikit sekali. Tren attacking kami rendah dan kami menerima peluang itu sebenarnya gede banget tapi yang kebobolan cuma sedikit. Berarti kami cuma untung saja. Di saat itulah kami melihat dari Cesc Fabregas, tim juniornya mempunyai visi yang sangat jelas, gaya permainan yang jelas. kami memutuskan untuk memecat pelatih kami saat itu, Cesc Fabregas menjadi pelatih baru kami dan dia harus menjadi arsitek tim sepak bola kami. Dari situ, kami melihat semua proyeksinya makin lama makin bagus dan makin meningkat.
Thierry Henry juga datang kepada kami untuk membantu, ya. Tentunya, dia sebagai penasihat teknis dan sering mengobrol dengan Cesc Fabregas. Tapi selain itu, dia juga membantu kami dalam kegiatan komersial. Satu di antara pertumbuhan kami yang paling kuat adalah di sektor komersial. Dua tahun lalu, mungkin penjualan baju kami hanya sekitar 35 ribu euro. Tahun ini, kami berharap bisa mencapai 4 juta euro. Itu semua tidak mungkin tercapai tanpa kegiatan komersial dan promosi yang sangat agresif, dan Henry tentunya sangat membantu kami dengan memasarkan Como 1907 di Amerika Serikat. Dia sebagai pembawa acara atau pandit untuk acara CBS atau Liga Champions di Paramount. Paparan dia di Amerika Serikat, satu di antara ekonomi terbesar dunia, sangat berpengaruh. Amerika Serikat memang adalah pasar utama kami, baik dari sisi wisata maupun dari sisi sepak bola.
Apakah benar Como 1907 tertarik dengan Luka Modric dan Mauro Icardi untuk Serie A musim depan?
Kedua kabar itu tidak benar, ya. Memang agen Luka Modric menghubungi kami, dan kami bertanya berapa gaji yang diminta. Ternyata dia meminta gaji 10 juta euro net, yang berarti 20 juta euro jika dihitung dengan pajak. Anggaran kami sudah habis hanya untuk dia saja. Jadi kalau kami memasang Luka Modric plus kiper saja itu tidak mungkin. Jadi itu tidak benar. Gaji Mauro Icardi juga terlalu besar dan belum tentu cocok dengan kultur yang sudah kami miliki dan budaya yang sudah kami bangun.
Prioritas kami adalah selalu mencari pemain dengan karakteristik yang sesuai berdasarkan data terlebih dahulu. Kedua, karakter dan kepribadian pemain harus cocok dengan anggota tim yang ada dan dia harus bisa menerapkan filosofi yang ingin diterapkan oleh Cesc Fabregas. Yang terakhir adalah efisiensi. kami tidak mungkin jor-joran membayar gaji besar-besaran karena itu akan menciptakan kesenjangan sosial di antara grup pemain kami. Kami harus memastikan tidak ada yang terlihat seperti dewa banget. Bahkan, waktu Cesc Fabregas datang ke kami, dia menurunkan gajinya supaya bisa bermain dengan kami dan tidak terlalu jomplang dengan pemain lainnya.
Jika pemain Indonesia belum bisa membela Como 1907, apakah pemain muda Indonesia memungkinkan untuk masuk Akademi Como 1907?
Tidak bisa, karena sama saja. Jadi kuota itu diberikan untuk seluruh klub. Jika saya mengambil pemain junior di usia 17 tahun, dan saya yakin pemain Indonesia bisa bersaing di situ, tim senior saya akan dipotong satu kuota. Kami harus mengutamakan pemain tim senior agar bisa bertahan dulu. Kalau kami sudah bisa bertahan di Serie A selama 2-3 tahun, tidak masalah kami mulai mengisi dengan pemain-pemain yang akan dikembangkan di junior. Satu hal lagi yang kita tahu, jika mengikuti Garuda Select, pemain Indonesia kalau sendiri itu susah, kecuali namanya Bagus Kahfi. Kalau Bagus Kahfi dilepas di mana saja, dia bisa hidup.
Tapi pemain Indonesia kalau seorang diri pasti susah, jadi mereka harus ditemani berdua atau bertiga. Itu akan mengurangi kuota pemain asing kami, yang membuat kami kesulitan. Nanti kalau kami sudah solid, kami bisa memulai. Mungkin kami harus membuat program khusus di mana anak itu tinggal bersama keluarga Italia, bukan tinggal di asrama, sehingga asimilasinya bisa berjalan pelan-pelan.
Tapi menempatkan pemain Indonesia di Eropa itu perlu pemikiran yang panjang, karena beda budaya, beda kebiasaan, dan beda pendidikan dasar. Kalau kita lihat dari Garuda Select sejak kami urus dari 2018 sampai tahun lalu, yang berarti 6 tahun, ada 120 orang. Dari 120 orang, yang punya kekuatan untuk bisa dilepas di luar sendiri, mungkin hanya Bagus Kahfi. Mungkin Hokky Caraka. Dua orang itu yang bisa. Yang lain, seperti Brylian Aldama dan David Maulana, pulang karena tidak betah. Memang tidak gampang.
Apakah ada rencana Como 1907 melakukan pramusim ke Indonesia?
Sayangnya, Indonesia itu jauh banget. Sementara itu, kami akan memiliki tiga rencana training camp selama musim panas ini. Kalau tidak salah, kami mulai pada Juni, terus Juli, dan sampai Agustus 2024. Mereka harus berlatih. Menurut pelatih, mereka ingin bersaing dengan tim-tim yang di atas mereka dulu atau di level yang sama. Mungkin mulai dari divisi 2 dulu untuk pemanasan, biar mengerti taktik, kemudian naik ke divisi 1, dan akhirnya ke kelas champions agar mereka bisa mengukur kekuatan mereka dan melihat kemampuan mereka.
Untuk itu, tim-tim tersebut berada di Eropa, jadi pasti akan ada pemusatan training camp seperti di Marbella, Spanyol. Ketika kami datang ke Marbella, ada delapan tim lain, jadi kami tinggal main dan mengadu kemampuan tanpa perlu repot-repot mengatur apa-apa. Kami juga harus persiapan untuk mengukur kualitas dengan tim-tim Serie A lainnya. Jadi, pasti lokasinya tidak jauh-jauh, mungkin di Austria, Swiss, Spanyol, atau mungkin di Italia dan itu yang akan menentukan adalah tim teknisnya.
Bagaimana cara membeli merchandise Como 1907?
Sudah ada bisa dibeli di Blibli.com. Sudah dari awal tahun, ya, sudah agak lama juga sih di Indonesia. Merchandise-merchandise Como 1907 yang kami bilang fans merchandise itu sudah ada di Blibli sejak agak lama. Tapi, yang high-end kami, merchandise kami ada yang Como saja, Como Football, ada yang Como danau, lifestyle Como begitu.
Kayak jaket yang saya pakai ini, jaket lifestyle Como. Ini dijualnya di Como dan juga diharapkan bisa dijual di department store dunia seperti Bloomingdale dan Harrods. Yang seperti itu lifestyle karya Didit Hediprasetyo, itu yang high-end. Tapi, untuk fanware, kita bagi dua ada yang kami jual di toko kami di Como, di mana penjualannya setahun bisa sampai 1,4-1,5 juta dolar per tahun dari satu toko kecil. Lalu, ada fan merchandise seperti kaos dan t-shirt yang kami jual di toko afiliasi kami, yang ada sekitar 320 toko, sehingga cakupannya makin luas.
Sekarang, karena kegiatan dan promosi kami makin bagus, 40 persen dari penjualan kami berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Maksud saya, Eropa itu termasuk Inggris, Skandinavia, dan Jerman, serta Amerika Serikat. Jadi, penjualan online kami cukup besar. Tapi, kami sedang mencari distributor di Amerika Serikat supaya bisa makin massal. Nah, musim depan, Juli 2024, kami akan ganti kit partner dari brand lokal Italia ke brand internasional dunia. Pada Juli 2024 nanti baru bisa saya umumkan, tapi kalian bisa tebak lah, brand internasional dunia kan cuma ada dua.
Como 1907 memberikan kesempatan kepada dua orang Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto dan Dani Suryadi untuk masuk tim kepelatihan tim muda Como. Bagaimana perkembangan keduanya?
Kalau Kurniawan Dwi Yulianto makin alim, ya. Rajin sholat dia sekarang, puasanya juga lengkap kalau tidak salah. Tapi mereka kayaknya sih bagus, ya. Karena sekarang kan kami juga sudah punya Ocean Roberts sebagai Head of Development. Ocean itu dulunya Direktur Teknik Wales yang membangun program pelatihan pelatih dan pembinaan usia dini sampai usia besar. Sehingga pada akhirnya kami bisa melihat Wales yang tadinya tidak pernah muncul di Piala Dunia atau Piala Eropa jadi rutin muncul.
Setelah itu, dia pindah ke Maroko dan melakukan hal yang sama. Dia bikin program pelatihan pelatih dan pembinaan muda sehingga makin banyak pemain Maroko yang kita lihat di mana-mana dan juga main di Piala Dunia, bagus banget. Itu yang kita harapkan dia lakukan di Como 1907. Dia datang ke Como 1907 untuk membuat infrastruktur pelatihan, pembinaan pelatih, dan pembinaan pemain muda. Sebagai instruktur UEFA, dia juga bisa membantu pelatih-pelatih dari Indonesia berkembang.
Jadi Kurniawan Dwi Yulianto pun sekarang lagi dipersiapkan untuk mengambil Lisensi UEFA Pro dan juga dipersiapkan lebih sebagai analis. Dia akan bekerja sama dengan tim data kami untuk makin mengerti cara menganalisis data. Jadi kalau sebelumnya ini kan kami kalau membaca data itu cuma tekel, shooting, hingga statistik dasar. Tapi sekarang kami melihat bahwa kami perlu pemain dengan kecepatan tertentu, yang bisa menutup bola dengan efisiensi tertentu, sehingga bisa merebut bola dalam beberapa detik. Nah, itu ilmu-ilmu seperti itu yang kami berikan ke mereka supaya, insyaallah, pada suatu saat nanti mereka bisa balik ke Indonesia membawa itu dan menerapkannya di Indonesia juga.
Jadi untuk saat ini, belum memungkinkan untuk Como 1907 merekrut pemain Indonesia?
Nanti kan ada Timnas Indonesia U-20 berlatih di Como. Di situ, katanya ada beberapa pemain naturalisasi yang akan dilihat. Pasti tim kami juga akan melihat dan memonitor mereka. Itu karena nama-nama mereka tidak masuk ke dalam data kami. Kemarin ramai-ramai orang pada tidak terima Thom Haye dibilang pelapis ketiga. Gimana, memang iya kok. Di tempat kami, maksudnya bukan karena dia pemain jelek. Saya mengenal dan sering ngobrol dengan Thom Haye.
Dia itu pemain quarterback. Kalau kami bertahannya low block dan turun ke belakang, dia ideal dan bisa di situ. Dia akan kasih umpan-umpan panjang yang akurat banget. Tapi, kami bermainnya ke atas. Kami menekan. Thom Haye bukan pemain dengan mobilitas tinggi. Dia yang pertama akan mengakui itu. Kami memerlukan pemain yang beda. Kami membutuhkan pemain yang bisa agresif untuk menekan. Sewaktu di Serie B, kami masih banyak bermain naik turun. Kecepatan menutup lawan, keperluannya tidak seperti di Serie A.
Thom Haye cocok di Serie B bareng kami. Di Serie A, kasihan dia. Kan, untuk apa saya mengambil pemain terus habis itu dia juga tidak akan menjadi pemain utama. Percuma gitu loh. Kami perlu pemain yang kayak 'sudah di Serie A, sudah terkenal, ada dia kami tenang begitu'. Bukan berarti Thom Haye pemain jelek. Tapi kalau untuk pemain-pemain yang lainnya, inginnya sih mengambil kayak Rafael Struick, menarik itu kan. Tapi, dia harus bersaing dengan Patrick Cutrone, dia harus bersaing dengan, jika kami membeli striker sekualitas misalnya Andrea Belotti. Saingannya seperti itu.
Untuk apa saya mengambil pemain kelas dari Indonesia, tapi tidak mendapatkan kesempatan. Buang-buang waktu, usia bertambah terus. Kalau saya melihatnya, ketika merekrut pemain. Pemain itu akan senang tidak sih di tempat kami. Kalau kami ambil pemain muda, dari awal kami bilang, 'kamu tidak akan bermain, tidak akan langsung bermain. Kamu harus membuktikan diri. Kamu memerlukan waktu 3-5 bulan untuk membuktikan diri'. Ekspektasi pemain muda itu sudah siap.
Kalau pemain matang misalnya Daniele Baselli kontraknya habis akhir musim ini. Usianya 31 tahun, tapi dia mempunyai pengalaman cukup banyak di Serie A. Kami bakal bilang ke dia, gajinya akan turun jauh. Mau tidak kami berikan perpanjangan kontrak setahun. Tapi, kamu paling akan bermain 10-20 menit terakhir. Siap tidak kamu mengambil peran ini. Kalau dia bilang tidak dan masih ingin menjadi pemain inti, ya bukan di tempat kami. Tapi kami jujur, kami bilang jadi ekspektasi di ruang ganti itu tidak ada orang kesel karena mereka sudah tahu ekspektasinya apa. Di sini itu peranya apa sudah jelas. Itu yang harus kami pastikan.
Kalau pemain muda, yang muda-muda banget, biasanya ingin tampil karena sudah jadi bintang Instagram. Begitu mereka tidak main, fans dan followers mereka ngomong, "Lu enggak main? Harusnya lu yang dipasang." Pelatihnya jadi dikritik, dan pemainnya jadi bimbang. Itu merepotkan. Saya tidak mau pusing, apalagi pelatih kami. Dia tidak mau pusing. kami yang pasti-pasti saja, yang sudah jelas, supaya semua orang mengerti visi dan misi kami sama. Jadi, pas kami maju, kami perangnya bareng-bareng.
Apa target jangka panjang Como 1907 di Serie A? Ingin masuk zona Eropa atau mungkin suatu saat juga berharap meraih scudetto?
Kami akan bersaing dengan Juventus, Inter, dan lain-lain dengan gaji 60-100 juta euro. Gaji kami saat ini paling kurang berkisar di 20-an juta euro. Masih di bawahnya Bologna, masih di bawahnya Torino, masih di bawahnya yang lain. Kami sejajar dengan Verona, Lecce, Frosinone, dan Empoli, itu kelas kami segitu. Untuk bisa meningkatkan gajinya, saya harus bisa meningkatkan pemasukan kami dulu. Pemasukan kami harus bisa mendukung ambisi kami.
Oleh karena itu, tugas saya saat ini adalah meningkatkan cara kami memastikan pemasukan dari luar sepak bola bisa menandingi atau melebihi sepak bola. Kebetulan kami berada di kota wisata, jadi bagaimana caranya saya bisa memanfaatkan industri wisata menjadi bagian dari kami. Makanya kami mau bikin stadion baru, di mana stadionnya lebih menjadi tempat tujuan untuk food and beverage. Kan Como isinya restoran semua. Kalau kami di posisinya di pinggir danau, kami bisa menempatkan 12-14 restoran di situ, itu pasti bisa membantu pertumbuhan pemasukan keuangan tanpa harus berkait dengan sepak bola.
Kalau kami mengejar cuma dari tiket dan sponsor, tim sepak bolanya jelek pemasukannya karena orang cuma menonton. Tapi kalau saya mengurus turis, restoran kami estimasi saja karena kami punya jaringan kerja sama dengan bisnis-bisnis di Como. Saya tahu pemasukan restoran di Como itu berapa, antara 1,5 sampai 3 juta euro. Beda kan, kalau food court level bisa sampai 5 juta euro per tahun. Kalau kami bisa mengelola 12 sampai 15 restoran di tempat kami, pemasukan kami bisa sampai 35-40 juta euro di luar urusan sepak bola. Kalau itu sudah ada, gaji saya juga bisa naik.
Jadi perlahan-lahan kami harus bangun. Kami berada di Serie A bukan berarti kami merasa harus terus di Serie A. Serie A ini memberikan kami peluang untuk meningkatkan keuangan kami di luar sepak bola. Karena orang datang, karena melihat. Kalau non-sepak bola saja makin kuat, sepak bola juga akan makin kuat. Di situ kami tidak perlu takut lagi. kami di Serie A, di Serie B, kami tidak peduli. Tapi sudah bisa tinggal, oke, fondasinya sudah kuat. Kamu mau ngapain, jalan terus saja. Jadi, dua itu yang penting ya. Prioritas saya, meningkatkan non-sepak komersil, pemasukan komersil dari non-sepak bola.