Sejarah Perjalanan Madura United di Sepak Bola Indonesia: Bermula dari Pelita Jaya, Peluang Juara BRI Liga 1

oleh Aditya Wany diperbarui 24 Mei 2024, 09:00 WIB
Madura United - Ilustrasi Madura United Nuansa Championship Series BRI Liga 1 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Madura United kini akhirnya bisa bersaing dalam perebutan juara BRI Liga 1. Mereka masuk final championship series BRI Liga 1 2023/2024 dan akan bersua dengan Persib Bandung untuk berebut trofi.

Sebelumnya, Madura United kerap menunjukkan sebagai tim yang tampil impresif di putaran pertama. Namun, memasuki putaran kedua, biasanya mereka mulai menurun dan gagal bersaing di papan atas.

Advertisement

Klub ini sebenarnya terhitung baru di sepak bola nasional. Masyarakat Madura sebenarnya lebih dulu mengenal Persepam Madura United yang tampil di Indonesia Super League (ISL), sebelum mendukung klub ini.

Ini semua diawali oleh Pelita Jaya, klub Galatama yang termasuk bergelimang prestasi dan berkandang di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Mereka tercatat tiga kali menjuarai Galatama, yakni pada musim 1988/1989, 1990, dan 1993/1994.

2 dari 5 halaman

Pelita Jaya

Fandi Ahmad saat menangani Pelita Jaya pada ISL 2007. (Gatot Susetyo/Bola.com)

Memasuki 1994/1995, Galatama dilebur dengan Perserikatan yang akhirnya melahirkan Liga Indonesia. Pelita Jaya juga ambil bagian dalam kompetisi musim tersebut.

Nama Pelita Jaya mulai dikenal dunia karena merekrut bintang Timnas Argentina, Mario Kempes, pada 1993. Publik dunia tentu tak asing karena Kempes merupakan pemain penting yang menjuarai Piala Dunia 1978.

Klub ini masih menggunakan nama Pelita Jaya sampai 1999. Mereka lantas sempat berganti nama dan pindah kandang.

Beberapa nama yang pernah pernah dipakai adalah Pelita Solo, Pelita Krakatau Steel, Pelita Jaya Purwakarta, Pelita Jabar, hingga Pelita Jaya Karawang.

Baru pada 2012, mereka hijrah ke Bandung dengan nama Pelita Bandung Raya (PBR). Di ISL 2014, PBR sukses mendatangkan Bambang Pamungkas hingga mencapai semifinal, yang akhirnya musim itu dijuarai Persib Bandung.

 

3 dari 5 halaman

Persipasi Bandung Raya ke Madura United

Mantan pelatih timnas Indonesia, Pieter Huistra resmi menangani Persipasi Bandung Raya di Piala Jenderal Sudirman mendatang. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Memasuki musim 2015, ISL berganti nama menjadi QNB League. PBR sendiri berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya. Momen inilah jadi kali pertama nama “Pelita” hilang dari keikutsertaan sepak bola nasional.

QNB League musim 2015 juga tidak digelar sampai rampung karena saat itu PSSI terkena sanksi FIFA. Alhasil, tak ada kompetisi pada musim itu.

Tepat pada 10 Januari 2016, hak berkompetisi PBR telah beralih tangan dan dipindah ke Madura. Melalui PT Polana Bola Madura Bersatu, muncul Madura United dengan Achsanul Qosasi yang mendaku sebagai presiden klub.

Sejak 2016 itulah sejarah tercipta bagi sepak bola Madura. Haruna Soemitro yang dikenal sebagai pelaku sepak bola nasional ditunjuk sebagai manajer tim. Lalu, Gomes de Oliveira juga menjabat sebagai pelatih kepala.

Pada awal 2016, mereka melakukan seleksi pemain untuk mencoba membangun skuad. Hanya dua bulan kemudian, Madura United mengikuti turnamen Piala Gubernur Kaltim 2016, namun kalah dari Borneo FC di final dan harus puas dengan status runner-up.

Di pertengahan 2016, muncul kompetisi tidak resmi untuk mengisi kekosongan agenda sepak bola nasional dengan tajuk Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Pesertanya adalah klub-klub QNB League 2015, dan Madura United juga ambil bagian.

4 dari 5 halaman

Era Liga 1

Pemain Borneo FC, Ambrizal Umanailo, saat menempel ketat gelandang Madura United, Zah Rahan, dalam laga Piala Presiden 2019 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (15/3/2019). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Secara mengejutkan, Madura United mampu menduduki posisi ketiga klasemen akhir. Mereka hanya kalah jumlah poin dari Persipura Jayapura yang menjadi kampiun dan Arema FC di posisi runner-up.

Hasil itu membuat peta persaingan sepak bola nasional bertambah sengit. Sebab, Persipura dan Arema dikenal klub papan atas. Sedangkan Madura United yang pendatang baru mampu memberi gebrakan. Sayang, kompetisi ini dianggap tak resmi.

Era Liga 1 akhirnya dimulai pada 2017. Gomes de Oliveira masih ditunjuk sebagai pelatih kepala. Mereka sukses merekrut Peter Odemwingie, pemain yang pernah berkarir di Premier League bersama Stoke City dan West Bromwich Albion.

Sempat juara paruh musim, Madura United pada akhirnya harus puas dengan peringkat keenam klasemen akhir Liga 1 2017. Musim berikutnya malah jauh lebih buruk karena ada di posisi kedelapan Liga 1 2018.

Berturut-turut, Madura United tak pernah mampu menembus empat besar atau mencoba menembus kompetisi Asia. Prestasi terbaik mereka adalah posisi kelima di Liga 1 2019.

5 dari 5 halaman

Championship Series

Sejumlah pemain Madura United melakukan protes terhadap wasit utama Naufal Adya saat pertandingan leg kedua semifinal championship series BRI Liga 1 2023/2024 melawan Borneo FC di Stadion Batakan, Balikpapan, Kalimantan, Minggu (19/05/2024). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Baru pada musim ini, tim berjulukan Laskar Sape Kerap itu mulai menunjukkan kualitasnya. Mereka mampu finish peringkat keempat dan lolos ke championship series.

Namun, mereka akan menghadapi tantangan tak mudah karena berjumpa Borneo FC yang menyandang titel juara regular series. Hasilnya di luar dugaan, Madura United menang dua kali dengan agregat 4-2.

Kini, Madura United bersiap menatap laga final melawan Persib Bandung. Mereka bisa saja memberi kejutan lagi dengan menjungkalkan Maung Bandung dan keluar sebagai juara sekaligus mencatat sejarah baru.

Maung Bandung akan jadi tuan rumah leg pertama di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Minggu (26/5/2024). Berikutnya, mereka bertandang ke markas Laskar Sape Kerap dalam leg kedua di Stadion Gelora Bangkalan, Bangkalan, Jumat (31/5/2024).

Berita Terkait