Kontroversi Persibo di Sepakbola Indonesia: Anak Asuh Exco PSSI di Liga 3 yang Sempat Diterpa Isu Suap di Piala AFC 2013

oleh Gatot Sumitro diperbarui 26 Mei 2024, 14:15 WIB
Persibo Bojonegoro Vs Adhyaksa Farmel FC di babak 32 Besar Putaran Nasional Liga 3 2023/2024 (Dok. Adhyaksa Farmel FC)

Bola.com, Kediri - Nama Persibo Bojonegoro kembali jadi perbincangan hangat di jagad sepak bola Indonesia. Perdebatan panas di media sosial mengiringi prestasi klub berjulukan Laskar Angling Darma di pentas Liga 3 2023/2024.

Gelar juara Liga 3 Regional Jatim hingga kini berhasil menembus babak delapan besar mendapat cibiran. Publik menilai keberhasilan Persibo saat ini karena ada campur tangan dari salah satu Exco PSSI Eko Setyawan.

Advertisement

Pengusaha asal Bojonegoro yang kini sukses sebagai pengusaha di Tangerang, Banten, itu diketahui juga jadi 'bapak asuh' dua klub Liga 3 lainnya yakni Adyaksa Farmel FC dan Persikota Tangerang.

Jika dirunut sejarah ke belakang, bukan musim ini saja perjalanan salah satu klub tertua di Jatim bersama Persebaya Surabaya, Persekap Kota Pasuruan, PSBI Blitar, dan PSM Madiun ini diwarnai kontroversi.

Bahkan bisa dibilang ujian besar selalu menyertai kesuksesan Persibo. Padahal saat dihantam problem berat, sebenarnya klub kebanggaan Boromania memang sebagai tim yang punya skuad dengan kualitas sangat mumpuni. Di Liga 3 tahun ini, Persibo ditangani pelatih kawakan Iwan Setiawan.

Publik Bojonegoro tak akan pernah melupakan sejarah gemilang yang diukir Persibo. Meski klub yang didirikan Bupati Bojonegoro saat itu, Raden Temenggung Sukardi pada 12 Maret 1949, sejatinya geliat serius baru ditapaki pada awal milenium kedua abad ini.

2 dari 4 halaman

2001-2012

5 Foto Lawas Samsul Arif di Awal Karier, Melejit Bersama Persibo Bojonegoro (sumber: Instagram/samsul_munip)

Penggiat sepak bola dan suporter berjuang bersama sejak 2001 hingga 2012 demi kejayaan klub berjulukan Laskar Angling Darma ini. Kala itu, Persibo berlaga di ajang Divisi Dua Liga Indonesia atau setara dengan Liga 3 saat ini.

Sejak aktif tampil di kompetisi resmi PSSI, penampilan Persibo memang terus menanjak. Mereka promosi ke Divisi Satu 2003, juara Divisi Dua 2006 hingga juara Divisi Satu pada 2007-2008 saat dibesut Gusnul Yakin. Hal ini masih ditambah dengan kegemilangan Persibo di ajang Copa Indonesia.

Laskar Angling Darma membuat banyak kejutan di ajang Copa atau Piala Indonesia. Tim-tim besar di eranya macam Persik Kediri, Arema Malang, hingga Pelita Jaya berhasil dikalahkan. Kegemilangan di Copa Indonesia membuat nama Persibo semakin dikenal di kancah persepak bolaan Tanah Air.

Kegemilangan Persibo berlanjut ketika tampil pada ajang Divisi Utama. Persibo jadi tim yang disegani karena memiliki kekuatan yang mumpuni dengan talenta lokal seperti Samsul Arif Munif dan Novan Setya Sasongko.

Langkah Persibo semakin tak terbendung pada musim 2009-2010. Pada babak penyisihan wilayah, Persibo mampu tampil trengginas. Tim yang saat itu diasuh Sartono Anwar itu juga tampil luar biasa di Babak 8 Besar.

Dengan berbagai halangan dan rintangan, Persibo mampu jadi yang terbaik di ajang Divisi Utama 2009/2010 dan berhak promosi ke ISL. Kisah perjuangan melawan kemustahilan yang bakal dikenang sepanjang sejarah Persibo.

Namun, saat dualisme kompetisi pada 2011 mulai memunculkan banyak masalah. Persibo jadi musuh utama klub-klub ISL, karena Persibo memilih menyeberang ke kompetisi ilegal, Liga Primer Indonesia (LPI).

Masalah finansial membuat Persibo harus mengambil langkah dengan hengkang dari ISL yang dinaungi PSSI. Persibo sempat di atas angin ketika pada musim 2011-2012 berlaga di kompetisi resmi di bawah rezim baru PSSI di bawah Djohar Arifin.

Persibo mampu menjuarai Piala Indonesia setelah mengalahkan Semen Padang pada partai final. Kemenangan itu membuat Persibo berhak berlaga di Piala AFC 2013 mewakili Indonesia.

3 dari 4 halaman

Titik Nadir

Namun, 2013 inilah Persibo berada di titik nadir yang berujung pada keruntuhan tim ini.

Pada Piala AFC, Persibo yang dinakhodai Gusnul Yakin, pelatih yang memberi gelar juara Divisi I 2007, tak pernah menuai kemenangan dan hanya jadi bulan-bulanan tim lain.

Bahkan Persibo sempat dicurigai bekerjasama dengan bandar judi karena kekalahan telak secara beruntun. Gusnul Yakin sebagai pesakitan menyusul kekalahan memalukan saat Persibo saat dihajar Sunray Cave Sun Hei 8-0 pada pertandingan AFC Cup 2013 di Stadion Mong Kok, Hongkong.

Komdis PSSI yang saat itu diketuai Hinca Panjaitan mengeluarkan hukuman yang sangat berat kepada elemen tim Persibo. Pelatih kepala Gusnul Yakin, Bambang Pramuji (asisten pelatih), Iman Nurcahyo (media officer) dan Nur Yahya (manajer) dijatuhi hukuman seumur hidup tidak boleh berkecimpung di sepak bola Indonesia.

Ofisial Persibo mengungkapkan, sebelum menjalani babak kualifikasi AFC Cup, Persibo sudah terkena kendala finansial. Akibatnya, gaji pemain terlambat dibayarkan, sekaligus kontrak pemain yang belum jelas. Karena itulah, pemain-pemain Persibo memutuskan untuk mogok bertanding.

Selain itu, uang jatah match fee untuk Persibo, yang sejatinya akan dipergunakan untuk membayar gaji pemain ternyata ditahan oleh PSSI. Karena itulah pihak klub sudah pasrah untuk tidak berangkat ke Hongkong, dan pemain pun sepakat untuk pulang ke rumah masing-masing, tidak lagi berkumpul di mes Persibo.

Dua hari menjelang hari H, manajer tim Nur Yahya mendapat telpon dari petinggi PSSI, yang menyuruh Persibo untuk berangkat. Sedangkan masalah pendanaan akan dibantu oleh PSSI.

Manajemen bingung, bagaimana bisa dalam satu hari harus mengumpulkan para pemain yang sudah terlanjur menyebar pulang? Saat dihubungi per telpon, para pemain juga mengajukan syarat, akan ikut berangkat jika manajemen membayar dimuka gaji mereka yang tertunda, atau minimal diberi uang saku didepan.

Akhirnya, manajemen hanya mampu mengumpulkan 11 pemain saja yang berkomitmen. Tim Persibo pun berangkat hanya satu hari menjelang pertandingan. Tiba di Hongkong, pemain sudah disambut dengan udara dingin, sesuatu yang tidak mereka prediksikan dan antisipasi sebelumnya.

Setelah laga melawan Sunray Cave Sun Hei itu, koran South China Morning Post edisi Rabu 10 April 2013 menulis: 'Disgrace' as Persibo force referee to stop match. Persibo dianggap 'memaksa' wasit menghentikan pertandingan karena ketika menit ke-65, tinggal menyisakan enam pemain di lapangan.

Persibo tandang ke Hong Kong hanya membawa 12 pemain. Mereka memiliki satu cadangan, yakni Didik Bagus Triyono. Persibo memang sedang krisis pemain.

Selain soal keuangan, ada tiga pemain terkena akumulasi kartu dan tiga pemain tak tak berangkat karena persoalan visa. Laskar Angling Darma seperti kehilangan semangat bermain dan akal. Satu per satu pemain berjatuhan hingga menyisakan enam pemain di lapangan. Wasit menghentikan pertandingan. Wasit Chaiya Mahapab menghentikan pertandingan karena batas minimal pemain di lapangan seharusnya tujuh orang. Tim Sunray bengong. "Tak ada yang percaya mereka cedera."

Pelatih Sun Hei, Chiu Cung Man mengaku kecewa dengan tidak selesainya pertandingan melawan Persibo. Menurutnya, pertandingan melawan Persibo diproyeksikan sebagai mengejar poin agar lolos dari babak grup.

"Kami bermain baik dan mencetak banyak gol. Kami tidak berharap menerima situasi seperti itu dari Persibo. Mereka tidak ada semangat sportivitas," ujar Chiu Cung Man seperti dikutip laman AFC.

4 dari 4 halaman

Pengakuan Pelatih

Pelatih Persibo, Gusnul Yakin kepada Bola.com pernah mengungkapkan kondisi Persibo saat berlaga di Piala AFC sebelas tahun lalu sangat tidak ideal.

Namun, Gusnul Yakin memuji dan berterima kasih kepada La Nyalla Mattalitti yang saat itu menjadi Ketum PSSI. Karena La Nyalla lah yang merehabilitasi nama baik dan menghapus hukuman seumur hidup larangan berkecimpung di sepak bola.

Namun, Gusnul Yakin memuji dan berterima kasih kepada La Nyalla Mattalitti yang saat itu menjadi Ketum PSSI. Karena La Nyalla lah yang merehabilitasi nama baik dan menghapus hukuman seumur hidup larangan berkecimpung di sepak bola.

“Saya akui La Nyalla sangat berjasa dalam hidup saya. Dia mengembalikan harga diri dan nama baik saya. Ketika disanksi seumur hidup oleh Komdis PSSI, saya tak susah karena saya memang tak melakukan perilaku nista. Akhirnya Allah SWT lah yang menentukan kehidupan saya. Nama saya direhabilitasi dan hukuman dicabut,” tuturnya.

Dugaan skandal pengaturan skor pada babak penyisihan Piala AFC 2013 yang berbuntut pada hukuman yang dijatuhkan Komdis PSSI kepada ofisial, pelatih, dan para pemain dianggap sejarah sangat memalukan bagi warga Bojonegoro dan Indonesia.