3 Pelatih Hebat Berkepala Plontos dengan Nama Besar di Eropa dan Dunia: Dari Arrigo Sacchi hingga Pep Guardiola

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 04 Nov 2024, 09:15 WIB
Ilustrasi - Zinedine Zidane, Arrigo Sacchi, Pep Guardiola (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Banyak pelatih hebat di dunia sepak bola memiliki ciri khas masing-masing, baik cara berpakaian, bertingkah laku, juga penampilan fisik. Salah satu ciri khas yang kerap terlihat adalah penampilan kepala yang dibuat plontos.

Terbaru adalah pelatih yang baru saja bergabung bersama Liverpool, Arne Slot. Pelatih asal Belanda itu memiliki kepala plontos, sama halnya dengan kompatriotnya yang kini menangani Manchester United, Erik ten Hag.

Advertisement

Pada masa lalu ada nama Gianluca Vialli dan Roberto Di Matteo yang juga punya ciri khas kepala plontos ketika sudah aktif melatih. Jadi kepala plontos tidak pernah menjadi ciri khusus bagi satu atau dua pelatih saja.

Kalau bicara soal pelatih berkepala plontos yang pernah meraih gelar juara untuk tim asuhannya, itu pun jumlahnya sangat banyak. Namun, kembali lagi, tidak lantas karena kepala plontos lalu kemudian seorang pelatih bisa meraih gelar juara.

Kali ini Bola.com mencoba mengulas tiga pelatih, yang memiliki kepala plontos, dan mampu menghadirkan prestasi yang luar biasa untuk tim-tim yang pernah ditanganinya.

 
2 dari 4 halaman

Arrigo Sacchi

Arrigo Sacchi merupakan pelatih asal Italia pertama yang berhasil merengkuh gelar juara Liga Champions dua kali beruntun. Ia sukses membawa AC Milan juara pada musim 1988/1989 dan 1989/1990. Sementara itu, pelatih pertama Italia yang berhasil menjuarai Liga Champions adalah Nereo Rocco, yaitu pada 1962/1963. Selain itu, Rocco juga berhasil mempersembahkan dua trofi Si Kuping Besar. (AFP/Anthony Lucas)

Pertama ada pelatih senior asal Italia, Arrigo Sacchi. Saat ini usianya sudah 78 tahun dan tak lagi menangani sebuah tim. Kali terakhir ia menangani sebuah klub adalah Parma, yaitu pada 2001.

Sebelumnya, ia menangani sejumlah klub Italia, dari klub yang tidak terlalu terkenal hingga memiliki nama mentereng seperti AC Milan, Fiorentina, dan Parma.

Selain itu ia juga pernah menangani klub Spanyol, Atletico Madrid. Arrigo Sacchi juga pernah dipercaya menangani Timnas Italia selama lima tahun mulai dari 1991.

Bukti kehebatannya adalah membawa Parma menjuarai Serie C1 pada musim 1985/1986. Kemudian ia membawa AC Milan meraih begitu banyak trofi juara, mulai dari Scudetto Serie A pada 1987/1988 dan Supercoppa Italiana pada musim yang sama.

Kemudian ia membawa AC Milan dua kali beruntun meraih trofi European Cup, atau yang kini dikenal dengan Liga Champions, pada musim 1988/1989 dan 1989/1990.

Pada akhir musim yang sama AC Milan juga dibawanya meraih Piala Super Eropa dan Piala Intercontinental.

Arrigo Sacchi juga dikenal membawa Timnas Italia menjadi runner-up Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, tim yang dikenal nyaris menjadi juara tapi gagal karena eksekusi penalti Roberto Baggio yang gagal di laga final.

Selain itu, Arrigo Sacchi juga kerap mendapat penghargaan individual, bahkan setelah lewat dari satu dekade dirinya memutuskan untuk tak lagi melatih tim.

Ia pernah masuk dalam 10 besar manajer terbaik sepanjang masa versi World Soccer dan ESPN pada 2013, serta masuk daftar yang sama versi France Football dan Sports Illustrated pada 2019.

Bahkan ia menerima UEFA President's Award pada 2022, setelah dua dekade dirinya memutuskan untuk pensiun dari dunia kepelatihan.

3 dari 4 halaman

Zinedine Zidane

Rekam jejak Zinedine Zidane saat dua periode membesut Real Madrid tentu menjadi pertimbangan utama manajemen Bayern Munchen menjadikannya calon pengganti Thomas Tuchel. Koleksi 2 trofi La Liga, 3 gelar juara Liga Champions dan 2 trofi Piala Dunia Klub menjadi bukti kejeniusannya bersama Real Madrid. (AFP/Franck Fife)

Pelatih berkepala plontos yang satu ini dikenal luar biasa sejak masih aktif bermain di lapangan tengah. Begitu banyak prestasi diraihnya sebagai pemain, mulai dari bersama Bordeaux, Juventus, Real Madrid, dan Timnas Prancis.

Bahkan begitu banyak penghargaan individu yang diterima oleh Zinedine Zidane sebagai maestro di lapangan tengah timnya. Hal yang sama ketika menjadi seorang pelatih.

Satu yang membedakan adalah Zinedine Zidane meraih begitu banyak gelar juara sebagai pelatih untuk satu tim saja. Ya, karier kepelatihannya hanya bersama Real Madrid.

Ada 12 trofi juara diraihnya bersama Real Madrid, termasuk satu yang diraihnya ketika masih berstatus sebagai asisten pelatih, yaitu trofi Liga Champions 2013/2014, di mana Carlo Ancelotti menjadi pelatih kepala Real Madrid.

Sementara trofi juara yang dipersembahkan Zidane sebagai pelatih kepala untuk Real Madrid adalah La Liga Spanyol 2016/2017 dan 2019/2020, Supercopa de Espana 2017 dan 2019/2020, Liga Champions tiga musim beruntun 2015/2016, 2016/2017, dan 2017/2018, kemudian Piala Super Eropa 2016 dan 2017, serta trofi Piala Dunia Antarklub 2016 dan 2017.

4 dari 4 halaman

Pep Guardiola

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola mencium trofi Liga Champions dalam perayaan kemenangan atas Inter Milan pada laga Final Liga Champions 2022/2023 di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, (10/6/2023). Sebelumnya bersama Barcelona ia telah dua kali meraihnya pada musim 2008/2009 dan 2010/2011. (AFP/Paul Ellis)

Satu lagi pelatih hebat bekepala plontos yang mampu menoreh prestasi luar biasa di lapangan hijau. Kemampuannya membantu Barcelona menorehkan banyak prestasi ketika masih aktif bermain mampu dibawanya hingga ke kursi kepelatihan.

Dalam 16 tahun karier manajerialnya, Pep Guardiola hanya menangani tiga tim saja, yaitu Barcelona, Bayern Munchen, dan Manchester City. Menariknya, semua tim dibawanya menjadi juara di berbagai kompetisi.

Berawal dari keberhasilannya membawa Barcelona B menjuarai Tercera Division 2007/2008, Pep Guardiola diberi kepercayaan menangani tim utama Barcelona. Guardiola pun langsung membayarnya dengan tiga trofi juara La Liga Spanyol pada tiga musim pertamanya menangani Barcelona.

Ia juga membawa Blaugrana meraih dua trofi Copa del Rey, tiga trofi Supercopa de Espana, dua trofi Liga Champions, dua trofi Piala Super Eropa, dan dua trofi Piala Dunia Antarklub.

Menariknya pada musim pertamanya menjadi pelatih kepala tim utama Barcelona, Pep Guardiola mampu membawa tim asuhannya meraih gelar juara di enam kompetisi berbeda.

Setelah memutuskan untuk berhenti menjadi pelatih Barcelona dan menerima pinangan Bayern Munchen pada 2013. Sentuhan emasnya pun langsung membantu Bayern Munchen meraih dua gelar juara sebelum musim perdananya rampung, yaitu Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub 2013.

Setelah itu, Pep Guardiola membantu Bayern Munchen meraih tiga gelar juara Bundesliga beruntun, pada 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016, serta dua gelar juara DFB Pokal pada 2013/2014 dan 2015/2016.

Kehebatannya sebagai pelatih makin mengilap usai menerima tawaran dari Manchester City pada 2016. Delapan tahun sudah Pep Guardiola ada di Man City dan 18 trofi juara sudah dipersembahkannya.

Bersama Man City, Pep Guardiola meraih enam gelar juara Premier League, dua trofi Piala FA, empat trofi Piala Liga Inggris, tiga trofi Community Shield, dan masing-masing satu trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.