Bola.com, Jakarta - Nama Yussa Nugraha sempat digadang jadi calon bintang Indonesia. Terutama saat dia masih berusia belasan tahun. Maklum, dia menimba ilmu sepak bola di Belanda. Sejak dari usia 7 hingga 18 tahun. Namun, sinarnya meredup ketika cedera lutut.
Di tahun 2021, Yussa Nugraha pulang kampung ke Indonesia. Dia gabung dengan tim kampung halamannya, Persis Solo U-20. Setelah itu, dia belum bisa masuk di tim senior Indonesia. Justru kini Yussa lebih dikenal sebagai youtuber yang rajin interview dengan para pemain kelahiran Belanda yang dinaturalisasi Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Yussa mengutarakan pengalamannya ketika bermain bola di Belanda dalam inverview di kanal youtube Hasani's Corner.
“Saya pindah ke Belanda ketika usia 7 tahun. Karena orang tua ada kerjaan di sana. Ketika duduk di tingkat sekolah dasar, saya ikut ekstrakulikuler sepakbola. Dari situ, saya cerita kepada ayah. Akhirnya didaftarkan masuk klub amatir yang dekat dengan rumah, di Den Haag,” kenangnya.
Hadapi Nathan Tjoe-A-On
Meski masih masuk kategor usia dini, Yussa Nugraha merasakan tata kelola sepak bola yang bagus. Karena dia mengikuti kompetisi kelompok usia. “Ada liga juga setiap kelompok usia. Diikuti 12-15 klub. Main lebih ke fun karena untuk memberikan pengalaman. Selain itu, pelatih juga coba melihat posisi yang pas untuk setiap pemainnya,” jelas pemain kelahiran Solo tersebut.
Selama menimba ilmu di Negeri Kincir Angin, Yussa sempat dipindah ke berbagai posisi. Tujuannya, pelatih ingin melihat posisi terbaik baginya. Awalnya, dia mengaku dimainkan sebagai bek kiri. Dalam perjalannya, dia pernah turun sebagai stoper, gelandang, penyerang, hingga kiper. “Jadi, semua pernah dicoba. Sepertinya pelatih ingin menemukan hidden tallent,” lanjutnya.
Setelah berpindah posisi dan berkelana tim youth Scheven, SC Feyenoord, hingga HBS, Yussa menempati posisi sebagai penyerang dan winger. “Saya bermain di tim kelompok usia Feyenoord selama 5 tahun. Datang dari klub amatir seperti sekolah sepakbola di Den Haag. Karena saat kompetisi ada tim scouting yang lihat. Itu bagusnya di Belanda. Setiap kompetisi kelompok usia, ada tim scouting. Sehingga bakat pemain selalu terpantau,” urainya.
Ketika membela SC Feyenoord, Yussa sempat berhadapan dengan Nathan Tjoe A-On sebagai lawan di Liga kelompok usia. Sebab, Yussa sudah berposisi sebagai striker, sedangkan Nathan sebagai pemain bertahan. Dia masih ingat momen tersebut. Dan ternyata kini Nathan jadi warga negara Indonesia lewat proses naturalisasi serta jadi andalan Timnas Indonesia senior dan U-23. “Waktu di Liga, saya sempat melawan Nathan. Dia main di posisi bek kiri,” kenangnya.
Seleksi Timnas Belanda
Bisa dibilang bakat Yussa cukup menyita perhatian waktu itu. Karena sempat terpanggl mengikuti seleksi regional untuk Belanda bagian Selatan. Tujuannya tentu untuk menjaring pemain ke timnas Belanda di kelompok usia.
“Setelah ada tim scouting di Liga kelompok usia, saya ikut seleksi timnas untuk tingkat regional di Belanda. Meski saya orang Indonesia, tetap bisa seleksi karena masih dibawah umur. Tapi, setelah dua kali seleksi, akhirnya tidak terpilih,” imbuhnya.
Sayang, karir Yussa di Belanda tidak panjang. Saat pindah ke HBS Craeyenhout U-18, dia mengalami cedera ketika persiapan awal. Dalam sebuah pertandingan ujicoba, dia salah tumpuan dan cedera lutut. “Waktu itu pre season banyak pertandingan ujicoba. Dalam sebuah momen, tumpuan saya kurang pas. Kena cedera PCL (Ligamen Cruciatum Posterior). Butuh recovery 12 bulan. Jadi, otomatis saya keluar,” katanya.
Selama cedera, Yussa praktis hanya menjalani kuliah. Dia sempat menerima panggilan dari Timnas Indonesia U-19. Sayang, panggilan itu datang ketika Yussa mengalami cedera. “Waktu itu pelatihnya Coach Fachri Husaini. Saya cedera, jadi tidak bisa hadir,” sesalnya.
Pada 2021, Yussa memutuskan kembali ke Indonesia. Dia sempat membela Persis Solo U-20. Namun, dia belum menemukan performa terbaik. Sehingga saat ini, Yussa belum memiliki klub lagi. “Saya harus menemukan kembali performa seperti dulu,” hasratnya.