Bola.com, Jakarta Flavio Silva telah resmi pindah dan berbaju Persebaya Surabaya pada Liga 1 2024/2025. Bajul Ijo bernafsu mengontrak striker asal Portugal itu, karena dia tampil impresif bersama Persik di BRI Liga 1 2023/2024 lalu.
Pemain kelahiran Guinea-Bissau ini mencetak 23 gol dan tiga assist dari 29 penampilan musim lalu. Koleksi gol itu menempatkan dirinya di urutan kedua daftar topskorer dengan selisih tujuh butir dari David da Silva (Persib) yang akhirnya meraih Sepatu Emas.
Namun muncul pertanyaan. Apakah eks pemain Timnas Portugal U1-19 ini tetap gacor bersama Persebaya? Jangan-jangan dia malah melempem dan mandul. Pasalnya selama ini seakan ada mitos penyerang yang hijrah dari Persik bakal menurun performanya.
Pengalaman itu pernah dirasakan tiga eks bomber Macan Putih pada beberapa tahun sebelumnya. Berikut pemain ganas yang akhirnya ngampas, setelah meniinggal Persik.
Bamidele Frank Bob Manuel
Bamidele Frank Bob Manuel pernah merasakan nikmatnya gelar juara bersama Persik pada Divisi Utama 2003 yang saat itu menjadi kompetisi kasta tertinggi Indonesia. Bersama Musikan, pemain asal Nigeria adalah duet maut yang jadi momok bagi lawan.
Ketika itu, pria yang akrab dengan panggilan Bobby ini berhasil mencetak 29 gol atau hanya selisih dua butir dari bintang PSM, Oscar Aravena, yang dinobatkan sebagai topskorer musim tersebut. Bobby diboyong Persik dari Persema yang tampil di musim 2002. Arema adalah klub pertama Bobby di Indonesia.
Dalam wawancara dengan bola.com beberapa waktu lalu, Bobby mengaku kedatangannya di Indonesia untuk bergabung dengan Arema karena diajak Iwan Budianto. Tak heran, jika dia pun menurut ketika diajak Iwan Budianto ke Persik pada 2003.
"Saat itu saya di Singapura. Iwan Budianto menelepon dan meminta saya bermain di Arema. Tapi saya tampil di putaran kedua musim 2001. Setelah itu, saya pindah ke Persema. Berikutnya, Iwan mengajak saya ke Persik," kata Bobby yang sekarang menetap di Tangerang, Banten.
Pada musim 2005, Persik melepas Bobby. Konon, alasannya karena Bobby mengalami cedera lutut. Dia pun pindah ke Pelita Krakatau Steel.
Di klub hasil merger Pelita Jaya dengan Krakatau Steel ini keganasan Bobby meredup. Alhasil pada putaran kedua musim tersebut, Bobby kembali ke Jatim bersama Persebaya. Namun lagi-lagi, Bobby tak segarang ketika berbaju Persik.
2. Cristian Gonzales
Cristian Gonzales masuk kategori GOAT di sejarah kompetisi Indonesia. Dia adalah peraih empat kali gelar topskorer pada 2005, 2006, 2007–08, dan 2008-2009. Selama 19 tahun berkarir di beberapa klub Tanah Air, pemain kelahiran Uruguay yang telah mendapat naturalisasi Indonesia mencetak total 495 gol dari 347 penampilannya di kompetisi reguler maupun turnamen Piala Indonesia dan Inter Islands Cup.
Era keemasan pemain berjulukan El Loco kala membela Persik pada 2005-2007. Dari 95 kali tampil Gonzales mengoleksi 102 gol. Namun pamornya mulai menurun ketika hengkang ke Persib pada paruh musim kedua 2009 dengan status pinjaman dari Persik. Dia terpaksa jadi komodite pinjaman, karena Persik mulai mengalami kesulitan keuangan.
Ia memulai debut sebagai starter pada putaran kedua bersama Persib sat menjamu Persipura di pertandingan yang berakhir 1-1 berkat gol yang juga dicetak Gonzales. Ia bermain sebanyak 16 kali dan mencetak 14 gol,
Setelah masa pinjamannya dan kontraknya di Persik Kediri berakhir Gonzeles pun dikontrak permanen Persib. Namun dua musim berikutnya, keganasan Gonzeles merosot. Musim 2009-2010, dia tampil 31 kali dengan hanya mencetak 18 gol. Sementara musim 2010-2011, Gonzales lebih ngenes, karena 25 kali merumput cuma bikin sembilan gol.
Di klub berikutnya, seperti Arema Cronus, Madura Unites, PSS, PSIM, RANS Cilegon, hinga mondar-mandir di PSM, performa Gonzales makin menurun. Ini sebuah kewajaran. Meski skillnya tak hilang namun dia mulai dimakan usia.
3. Youssef Ezzejjari
Pemain asal Spanyol ini langsung jadi idola baru bagi Persikmania di Liga 1 2021-2022. Dengan ciri khas kepala plontos, Youssef Ezzejjari langsung mudah dikenali penggemar sepakbola Indonesia. Namun bukan karena itu saja, permainan pria kelahiran 10 Mei 1993 ini memang sangat memikat.
Pada debutnya di Indonesia bersama Persik berlangsung kurang manis. Di laga pembuka melawan Bali United, Ezzejjari gagal mengeksekusi tendangan penalti yang akhirnya memaksa Macan Putih keok dengan skor 1-0.
Dasar pemain bertalenta, sosok yang lahir di Santa Coloma de Gramenet, Spanyol, ini pun bangkit dan membuka keran gol demi golnya. Ezzejjari menutup musim itu dengan menceploskan 19 gol dari 32 tampilan. Torehan ini hanya selisih empat gol dari milik Ilija Spasojevic sebagai topskorer musim pasca Pandemi COVID-19 saat itu.
Ketika dilepas Persik, Ezzejjari pun langsung disambar Bhayangkara FC. Namun di klub barunya ini, menit bermain dan koleksi gol Ezzejjari merosot tajam. Dari 12 kali main hanya menciptakan empat gol. Sebuah pencapaian yang sangat drastis.
Performa minor ini memaksa Bhayangkara FC hanya memakai jasa Ezzejjari hanya setengah musim pertama. Berikutnya dia hijrah ke Liga Thai League. Di klub Khon Kaen United, dia menghabiskan sisa tahun hanya tampil enam kali dengan sebutir gol saja.
Ezzejjari pun mencoba peruntungan di kompetisi Malaysia Super League. Sekali lagi produktifitasnya menurun di klub Negeri Sembilan FC. Dia hanya merumput enam kali dengan satu gol. Tapi musim 2023/2024, Ezzejjari bangkit bersama Visakha FC di Liga Kamboja. Kendati hanya sepuluh kali menginjak rumput, tapi dia melesakkan sebelas gol.