Bola.com, Jakarta - Rencana PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) menambah kuota penggunaan pemain asing pada kompetisi Liga 1 musim 2024/2025 mulai mengguncang para pesepak bola lokal. Para pemain lokal mulai mengambil sikap merespons kebijakan tersebut.
Yang paling baru, muncul gerakan “Ini Sepak Bola Indonesia, Apakah Ini Sepak Bola Indonesia?” yang digaungkan para pesepak bola secara serentak di akun media sosialnya masing-masing pada Jumat (7/6/2024) malam.
Kampanye ini merespons kebijakan PSSI dan PT LIB menambah kuota pemain asing. Jika Liga 1 musim 2023/2024 jumlahnya enam pemain asing dengan skema 4+2, musim depan bertambah menjadi 6+2.
Chief Executive Officer (CEO) Asosisasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Hardika Aji, tak menampik jika gerakan yang muncul di media sosial itu berhubungan dengan aturan delapan pemain asing. “Sepertinya iya,” ujar Hardika Aji kepada Bola.com, Jumat (7/6/2024).
Lalu, bagaimana pendapat pengamat sepak bola dalam menanggapi masifnya gerakan pesepak bola yang dilakukan secara masif tersebut?
Nasib Pemain Lokal
Mantan pelatih Persik Kediri, Aris Budi Sulistyo, melihat bahwa gerakan ini mencuat lantaran para pemain lokal mulai terancam eksistensinya. Sebab, dengan banyaknya amunisi impor, nasib pemain lokal bisa tergerus.
Menurut Aris Budi, kompetisi semestinya bisa menjadi wadah pembinaan bagi para pemain lokal Indonesia. Sehingga, dari kompetisi yang berkualitas, lahirnya pemain-pemain berkualitas, yang muaranya tentu berdampak pada tim nasional.
“Itu berati kalau kita kalkulasikan, hanya ada lima pemain lokal yang bisa bermain seandainya starting eleven diisi enam pemain asing. Jika dikalikan dengan 18 tim, hanya ada 90 pemain lokal yang jadi pemain utama,” ujar Aris Budi saat dihubungi Bola.com, Sabtu (8/6/024).
“Hal ini yang membuat saya kurang setuju. Karena, di samping juga pembinaan dan sisi profesional, kita harus memberikan wadah bagi pemain-pemain lokal untuk jadi hebat. Sebab, pemain lokal yang berkualitas akan bermuara pada kualitas tim nasional.”
Semakin Terhimpit
Selain itu, lelaki asal Karanganyar, Jawa Tengah, ini juga melihat soal nasib pesepak bola lokal yang sudah semakin terancam. Apalagi, di level Timnas Indonesia, mereka semakin kalah bersaing.
Itu tak terlepas dari maraknya pemain-pemain diaspora yang memutuskan menjadi WNI. Masifnya kebijakan naturalisasi ini akhirnya semakin mendepak pemain-pemain lokal yang pernah menjadi andalan skuad Garuda.
“Regulasi delapan pemain asing yang akan diterapkan di musim depan ini sepertinya saya kurang sepakat. Karena ini akan menghambat pembinaan pemain kita,” ujar lelaki yang pernah tampil di Liga Champions Asia 2003 bersama Persik Kediri itu.
“Apalagi, sekarang kita sudah menaturalisasi pemain-pemain diaspora. Banyak pemain yang bersaing untuk lolos Timnas Indonesia saja sudah berat, apalagi kalau nanti setiap klub bisa menggunakan delapan pemain asing,” tambahnya.