Bola.com, Malang - Arema FC kemungkinan besar batal menggunakan Stadion Soepriadi, Kota Blitar, sebagai markas di Liga 1 2024/2025.
Permohonan manajemen Arema FC ditolak oleh Wali Kota Blitar karena warga sekitar trauma dengan dua kejadian yang pernah melibatkan Singo Edan dan suporternya, Aremania.
Trauma warga Blitar tak lepas dari kericuhan antara Aremania dengan Bonek pada 2020. Saat itu kedua tim bertemu di semifinal Piala Gubernur Jatim. Kemudian satu lagi adalah Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 2022.
Sebenarnya, Aremania memiliki massa di Blitar. Namun, mereka memilih untuk menghormati warga setempat.
"Terkait stadion, pihak pengelola sebenarnya sudah oke. Namun, masyarakat kelihatannya masih trauma dengan tragedi yang pernah terjadi," ujar Aremania Blitar, Andrian Sutikno.
Tetap Khawatir
Sebenarnya hubungan warga Blitar dengan Aremania baik-baik saja, karena suporter Arema FC tidak terlibat bentrok dengan penduduk setempat.
Namun, mereka tetap khawatir jika sampai suporter Singo Edan emosi setelah tim kesayangan mereka mendapatkan hasil yang kurang memuaskan.
"Terutama warga di sekitar stadion yang merasa trauma, karena dulu kejadian di Blitar, waktu semifinal Piala Gubernur Jatim 2020 ada di sekitar stadion," jelasnya.
Ketika itu memang terjadi gesekan antara Aremania dan Bonek. Bahkan beberapa kendaraan roda dua milik suporter juga dibakar.
Tidak Ada Toko yang Buka
Pada 2020, Bola.com menyaksikan bagaimana khawatirnya warga Blitar ketika Arema FC bermain melawan Persebaya di Stadion Soepriadi. Area sekitar stadion tampak sepi sejak sebelum pertandingan dimulai.
Tidak ada toko yang buka. Mereka khawatir dagangannya jadi korban jika terjadi gesekan suporter, sehingga panitia pertandingan hingga awak media sempat kesulitan untuk mencari makanan.
Padahal pada waktu normal, banyak toko dan penjual makanan yang ada di sekitar stadion. Ini sudah jadi kekhawatiran. Padahal banyaknya suporter yang datang juga bisa memutar roda perekonomian warga setempat.