Bola.com, Jakarta - Gelandang Persib Bandung, Rachmat Irianto, mengaku sebagai sosok yang tidak suka foya-foya atau menghamburkan uang. Dia termasuk orang yang senang menabung untuk persiapan hari tua.
Pemain yang akrab disapa Rian itu sebenarnya masih terbilang muda, berusia 24 tahun. Namun, dia sudah memikirkan jangka panjang kariernya, bahkan untuk momen selesai berkarier sebagai pemain sepak bola.
“Ya, dengan gaji sepak bola yang seperti itu kan dibilang banyak, pasti banyak. Namun, saya pasti menyimpan uang untuk hari tua saya nanti,” kata Rian dalam video wawancara di kanal YouTube Marc Klok.
“Saya memilih membeli tanah atau rumah untuk persiapan anak-anak saya nanti. Saya menabung, ingin mempersiapkan juga kalau nanti perlu kuliah lagi. Kalau saya mau jadi pelatih, saya tidak bingung uang untuk membayar kursus lisensi,” ucap pemain yang baru saja membawa Persib Bandung menjadi juara itu.
Ajaran Orang Tua
Pemikiran ini tidak lepas dari sosok sang ayah, Bejo Sugiantoro, yang juga merupakan mantan pemain sepak bola. Bejo mendidik Rian untuk memikirkan masa depan dengan menabung dari gajinya saat ini.
“Ya, mungkin saya bisa seperti ini kembali lagi karena orang tua. Orang tua mengajarkan punya uang jangan terlalu bersenang-senang karena kamu nanti juga ada tanggung jawab di masa tua,” ucap Rian.
“Setelah kamu bertambah usia, gajimu tidak sebesar pada waktu kamu muda. Jadi kamu harus pandai simpan uang,” imbuh pemain kelahiran Surabaya tersebut.
Pendidikan Penting
Rian bahkan mulai memikirkan jika suatu saat meneruskan karier menjadi dosen. Hal ini tidak lepas dari latar belakang pendidikannya yang merupakan seorang sarjana di bidang pendidikan olahraga.
Dia telah menyelesaikan pendidikan S1 di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya pada 2023 lalu. Setelah meraih gelar sarjana, Rian masih ingin mencoba kemungkinan melanjutkannya ke jenjang magister atau S2.
Salah satu alasannya berencana melanjutkan kuliah adalah untuk berjaga setelah kariernya sebagai pemain rampung. Dia ingin mengabdikan diri sebagai akademisi setelah berkecimpung sebagai praktisi olahraga.
“Tujuan di sepak bola, enggak tahu umurnya sampai kapan, jadi sekolah itu sangat penting. Saya melanjutkan lagi untuk S-2. Mungkin saya selesai sepak bola, saya tidak jadi pelatih, saya bisa jadi guru, saya bisa jadi dosen,” ucapnya.