Bola.com, Jakarta - Lass uns Feiern!
Frasa kata tersebut menjadi kiriman pertama dari seorang teman, Nandia Fitriani, ketika Bola.com menghubungi nomor kontak pribadinya. Kalimat yang berarti "Mari kita berpesta atau bisa juga mari kita rayakan" menjadi bagian awal dari suasana siang di tengah kota Munich.
Yup, Gembil, sapaan akrab Nandia Fitriani, sudah merasakan atmosfer gemerlapnya nuansa Euro 2024 di Munich. Gembil beruntung, karena ia menjadi satu di antara sedikit warga negara Indonesia yang bersiap menikmati laga pembuka di Allianz Arena, dini hari nanti WIB.
Ia mengaku, harus rela berkendara dari tempat tinggalnya di kota Dresden. Hampir lima jam dirinya melewati jalanan agar sampai di tempatnya sekarang, Moritz Bar und Restaurant. Tempat singgahnya sekarang masih berjarak sekitar 30 menit lagi dari Allianz Arena.
Namun, ia tak ingin berjudi, dan ingin sesegera mungkin pergi ke sekitar markas Bayern Munchen tersebut dengan beragam alasan. Pertama, tak ingin telat masuk. Kedua, ingin merasakan atmosfer kemeriahan sepanjang jalan utama menuju Allianz Arena, yang menurutnya sudah padat, meski laga baru berlangsung beberapa jam ke depan.
Satu yang pasti, Gembil tak ingin menyia-nyiakan betapa sulitnya mencari tiket pembukaan, yang lumayan mahal bagi kantong orang Indonesia. Ia mengaku harus merogoh kocek 820 euro atau lebih dari Rp 14 juta!. Tiket tersebut untuk duduk di kategori 1, tepat di belakang Prime Seats, atau kalau di Indonesia kelas VIP.
Tapi Gembil yakin, uang yang keluar dari uang sakunya akan setimpal dengan pengalaman bersejarah yang bakal dinikmatinya untuk kali pertama. "Pokoknya bergairah banget, sudah enggak sabar!" serunya.
===
Cerita singkat dan suara hati Nandia bisa jadi adalah representasi dari apa yang sedang terjadi di kawasan Eropa pada khususnya dan dunia pada umumnya, termasuk Indonesia. Euforia sepak bola yang sedang tinggi di Tanah Air, bakal mendapatkan penyalurannya.
Maklum, gara-gara performa Timnas Indonesia yang menawan, sekarang semua orang menatapkan sepasang bola mata mereka ke arah sepak bola. Sudah bukan rahasia lagi, ada sebagian orang yang awalnya tak suka sepak bola, mendadak ke stadion hanya demi bersama-sama menggelorakan 'semangat 45' mendukung penampilan Jay Idzes dkk.
Nah, kali ini, publik Indonesia siap mendapatkan hentakan berikutnya yang tak kalah dahsyat, Euro 2024. Edisi ke-17 ini tergolong spesial, karena berlangsung di tanah keramat, Jerman!. Jika menilik sejarah, Jerman punya catatan yang membuat mereka layak sangat berambisi sukses sebagai tuan rumah, baik dari sisi penyelenggaraan ataupun prestasi.
Pada area prestasi, fans Tim Panser sudah pasti sangat gatal ingin melihat timnas kesayangan mereka menjadi jawara. Maklum, kali terakhir mereka menjadi jawara terjadi pada nyari tiga dekade silam, tepatnya pada Piala Eropa 1996.
Saat itu, di turnamen yang memiliki tagline 'Football Comes Home', Jerman melibas sang kuda hitam, Republik Ceska melalui aturan 'golden goal'. Oliver Bierhoff menjadi pahlawan setelah merobek jala Petr Kouba pada menit ke-95.
Sedikit cerita, ketika bersua Bierhoff di penyelenggaraan Piala Dunia 2010, sang eks bomber AC Milan ini mengaku tak menyangka bisa mencetak sepasang gol bersejarah. Ia sadar, kala itu harus bersaing dengan dua penyerang tajam, Jurgen Klinsmann dan Stefan Kuntz.
"Saya mendapat kesempatan masuk menggantikan Scholl. Tak ada pikiran lain kecuali mencetak gol karena waktu itu kami tertinggal 0-1. Beruntung, saya langsung memberi efek positif, lalu menjadi penentu," cerita Bierhoff, ketika bersua di Adidas Home, Johannesburg, 14 tahun lalu.
Sejak saat itu, apa yang dilakukan Bierhoff dkk dicoba berbagai generasi, namun selalu gagal. Kali terakhir ada di tahun 2008, ketika Jerman menjadi finalis. Sayang, gol Fernando Torres pada menit ke-33 membuat Lukas Podolski dkk menangis di Vienna, melihat Spanyol mengangkat trofi juara.
Kini, di tanah mereka sendiri, Jerman ingin mendapatkan hasil terbaik. Sebuah tantangan tak mudah, 23 negara lain juga punya ambisi yang sama. Euro 2024 semakin panas, karena tiga pemegang rekor juara berhasil lolos.
Spanyol datang dengan performa luar biasa. Mereka menjadi juara Grup A fase kualifikasi dengan hanya merasakan satu kekalahan. Total, mereka menang 7 laga, dengan 25 kali merobek jala musuh.
Tentu saja, kekuatan anak-anak muda yang dipadu dengan barisan pemain senior, menjadi ancaman bagi siapapun. Pasukan Luis de la Fuente tergolong paling siap mengarungi perjalanan berat di Piala Eropa 2024.
Ancaman lain bagi Jerman adalah sang juara bertahan Italia. Meski pangsa pasar tebak-tebakan tak mengunggulkan Gli Azzurri, tetap saja komposisi Federico Chiesa dkk layak mendapat perhatian.
Memang, pada fase kualifikasi, mereka hanya berstatus runner-up, di bawah Timnas Inggris. Namun, tetap saja seperti empat tahun silam, Italia bakal menjadi kuda hitam yang susah ditebak pola permainannya.
Terakhir, tentu saja keberadaan sang finalis Piala Dunia 2022, Prancis, yang bakal mengganggu rencana Jerman. Kylian Mbappe dkk membawa pesan luar biasa, karena rasa penasaran tinggi selalu tak berhasil ketika berada di Piala Eropa.
Prancis sukses menjadi jawara Piala Dunia 2018 di Rusia dan runner-up di Qatar, empat tahun berselang. Namun, mereka gagal di turnamen sela, yakni Euro 2020, terganjal di Babak 16 Besar.
Berkumpulnya para raksasa selalu identik dengan keriuhan, keramaian, kemeriahan, glamor, tekanan hebat dan jiwa kompetitif yang sangat kuat. Pundit BBC, Chris Sutton menyebut, Euro 2024 adalah cerminan dari persaingan masa depan industri sepak bola di kawasan Eropa.
Menurutnya, Cristiano Ronaldo akan tetap menjadi sasaran utama para mata penggila sepak bola. Apalagi, pada saat bersamaan, sang 'lawan', Lionel Messi, kemungkinan bakal berjuang membawa Argentina berjaya lagi, kali ini di Copa America 2024.
Terlepas dari itu, persaingan individu anak-anak muda dan pesepak bola berusia matang juga menjadi jaminan serunya Euro 2024. Tak bisa dipungkiri, generasi di Eropa terkini bakal berisi mulai dari Harry Kane, Ferran Torres sampai bintang muda Slovakia, Tomas Suslov.
Komentar Sutton juga merujuk pada tim-tim yang berstatus kuda hitam. Menurut eks bomber Timnas Inggris itu, Kroasia tetap ada di jajaran pertama sebagai negara yang bisa menggeser komposisi Jerman, Italia, Spanyol, Prancis dan Belanda.
Setelah itu, tim seperti Belgia bakal menebar tantangan bagi siapapun yang meremehkan mereka. Maklum, Belgia sekarang seolah berstatus 'macan ompong' atau 'kereta diesel yang semakin melambat', dibandingkan dengan Austria atau Albania.
Sajian Khusus
Lalu, apa yang bakal menjadi perhatian utama Bola.com selama perhelatan Euro 2024?. Tak ada anak tiri alias semua hal akan kami sajikan semaksimal mungkin. Konten-konten menarik sampai penting bakal menjadi menu utama, yang tak boleh terlewatkan begitu saja.
Selain itu, kami juga menjaga tradisi krusial, yakni menyajikan beragam liputan langsung dari Jerman!. Awak spesial KLY Sports, Benediktus Gerendo Pradigdo alias Endo, akan terbang langsung dari Jakarta ke Jerman.
Tentu saja, tujuannya bukan semata jalan-jalan, tetapi 'jalan-jalan' yang bakal memberi warna berbeda. Kami hadir langsung dari Jerman agar Sahabat KLY Sports bisa merasakan berbagai sensasi, setidaknya bisa membayangkan seolah-olah sedang berada di tanah negara yang dulu identik dengan Tembok Berlin itu.
Jangan khawatir, laporan langsung dari Jerman tak akan terlalu berat alias yang ringan-ringan saja. Kami tahu, beban hidup Sahabat KLY Sports sudah berat, hehehe...becanda dong ya. Jadi kami siapkan cerita-cerita ringan dan inspiratif dari apa saja yang terjadi di Euro 2024.
Beberapa produk yang bisa dinikmati Sahabat KLY Sports antara lain cerita sisi lain dari penyelenggaraan Euro 2024, serba-serbi yang berkaitan dengan Indonesia, sampai konten-konten visual pastinya menarik.
So, jangan sampai terlewat untuk setiap saat menunggu, mencari, melihat dan berinteraksi dengan konten-konten khas dari Bola.com.
"Ich liebe dich und ich hoffe, du liebst uns auch"
(Saya cinta kalian, dan kami berharap kalian juga mencintai kami"