TIGA tahun lalu di Maracana, ia menjadi orang kedua yang mendatangi pemilik nomor punggung 10 Timnas Brasil, Neymar. Ia juga yang berstatus orang terakhir di antara rombongan pemain Argentina, yang memberikan salam dengan mode tepuk tangan dan mengangkat lengan ke atas kepala sembari melambaikan jari-jemari.
Tujuannya jelas, yakni berkomunikasi dengan suporter Argentina yang datang merindung di sebuah pojok tribun Maracana. Maklum, kala itu masih pandemi, sehingga ada pembatasan khusus, yang membuat fans Tim Tango tak bisa melawat ke stadion bersejarah tersebut.
Sebelum momen itu, ia sudah memeluk sosok yang di kemudian hari mendapat pujian darinya, Lionel Scaloni. Ia tak segan mengangkat pria yang sebenarnya lebih tinggi, dan mungkin saja beratnya ada di atas beberapa kilogram. Namun, rona kegembiraan membuatnya merasa tak ada masalah.
Gaya pada 2021 di Maracana, terulang lagi setahun kemudian, tepatnya di Lusail Stadium, kota Lusail, Qatar. Kali ini, di depan lebih dari 88 ribu penonton, dan miliaran pasang mata di seluruh penjuru dunia, ia kembali melakukan hal serupa ketika ada di Maracana.
Yup, sekali lagi memeluk sang pelatih, Lionel Scaloni. Bedanya, kali ini ia benar-benar sesenggukan, menaruh kepalanya di dada Scaloni, dan mendapat bisikan serta usapan dari sang entrenador.
Cukup lama dekapan Scaloni pada sosok pria bernama panjang Lionel Andres Messi. Ia harus benar-benar menenangkan sang pemilik jersey Argentina, bernomor keramat; 10, itu. Maklum, jika Copa America adalah target antara, maka mengangkat trofi Piala Dunia adalah impian bagi Sang Messiah.
Jika melihat rekaman video, momen haru tersebut mengalir dalam 10 menit-an. Setelah itu, Messi menuju ke arah tribun, lalu menyapa dengan mode yang sama persis dengan ketika melakukan selebrasi di Maracana, setahun sebelumnya.
Bedanya, kali ini lagi-lagi, lebih lama. Pada sesi terakhir, ia memberi kecupan jarak jauh seolah mengirim pesan 'terima kasih atas cinta dan dukungan kalian, akhirnya aku bisa meraih trofi impianku,'.
Dua tahun sudah momen di Qatar berlalu. Kini, Lionel Messi dan Timnas Argentina sudah berada di ambang pintu tantangan besar, yakni mempertahankan trofi jawara Copa America. Hambatan edisi ke-48 ini tergolong berat, karena harus bermain di luar zona Amerika Selatan.
Yup, ada 10 negara yang berasal dari kawasan Amerika Latin (Conmebol) harus terbang ke Amerika Serikat. Mereka akan bertarung dengan enam tim yang menjadi representasi Concacaf.
Keberadaan Copa America 2024 sangat unik. Maklum, pada saat bersamaan, sedang berlangsung pesta bola di benua lain, tepatnya Euro 2024. Beruntung, perbedaan zona membuat waktu pertandingan tak bertabrakan.
Artinya, penonton asal Indonesia tak perlu khawatir kehilangan momen menyaksikan bintang-bintang kesayangan yang berasal dari negara-negara di Eropa, Concacaf dan Conmebol. Pada sisi lain, para penggemar Timnas Argentina dan Lionel Messi bisa maksimal menikmati sajian goyang Tango, karena laga yang menyapa pagi hari.
Tentu saja, tak sekadar Timnas Argentina dan Lionel Messi yang menjadi magnet. Namun, tak bisa dipungkiri, atensi terbesar akan melajur ke arah Sang Messiah. Banyak spekulasi beredar di sekitar perjalanan Messi di tanah Paman Sam.
Satu di antara yang paling kencang adalah; inilah turnamen terakhir bagi Messi. Apakah mungkin?. Melansir beberapa media di Argentina dan Brasil, kans Messi untuk segera pensiun setalah Copa America 2024 memang tergolong kecil.
Setidaknya, eks Barcelona dan PSG ini masih ingin bertarung membawa negaranya menuju ke Piala Dunia 2026, yang notabene juga bakal berlangsung di kawasan tuan rumah Copa America 2024. Saat ini, usia Messi sudah ada di angka 36. Artinya, pada usia 38 tahun nanti, pertanyaan mendasar mengarah ke kondisi kebugaran sang megabintang ketika berlaga di AS, Kanada dan Meksiko.
Tapi itu urusan internal Messi dan Timnas Argentina. Para penggemar sepak bola di seluruh dunia, juga di Indonesia, tentu tak ingin sampai tahu detil ke arah sana. Bagi publik, menyaksikan Messi masih bermain adalah tontonan wajib, atau bisa juga dibilang impian bagi yang sangat ingin melihatnya langsung di lapangan.
Entah dari mana, selalu saja ada yang usil. Ketika Messi beraksi di benua Amerika, masih saja ada yang mengaitkan performanya dengan yang terjadi di Euro 2024. Sudah bisa ditebak, yang dimaksud tentu saja perbandingan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Meski banyak pihak yang ingin masalah ini selesai, tapi publik tak begitu saja mudah melupakan persaingan mereka. So, sangat menarik apa yang akan terjadi ketika dua megabintang ini membela negaranya masing-masing.
Kekuatan Terbaik
Keseruan Copa America 2024 tak sekadar Timnas Argentina dan Lionel Messi. Bejibun bintang-bintang yang sudah akrab di telinga para penggemar sepak bola di Tanah Air, akan hadir secara langsung via layar kaca ataupun live streaming.
Seluruh negara menurunkan tim terbaik mereka. Argentina sebagai sang juara bertahan, tentu saja tak ingin kehilangan muka. Mereka mengangkut sebagian besar pemain yang ikut serta berjaya di Piala Dunia 2022.
Artinya, bisa dibayangkan kekuatan armada Lionel Scaloni. Kombinasi Lionel Messi, Angel Di Maria, Rodrigo De Paul, Alexis Mac Allister, Julian Alvarez, Lautaro Martinez sampai Alejandro Garnacho akan menjadi sajian seni tersendiri.
Begitu juga dengan kekuatan maksimal Brasil, yang kali ini sedang mengkampanyekan sang wonderkid, Endrick. Nama ini, bersama Vinicius Junior, bisa jadi akan berstatus tulang punggung. Namun, Tim Samba selalu penuh bintang.
Di luar Vini Jr dan Endrick, ada bintang-bintang yang sudah sering beredar di Eropa. Area depan gaspol, karena ada juga Raphinha, Rodrygo, Gabriel Martinelli, Evanilson, Savio dan gelandang serang agresif seperti Bruno Guimarães serta Lucas Paquetá.
Tim-tim unggulan seperti Amerika Serikat, Uruguay dan Meksiko, juga siap tempur. Mereka memasang amunisi lengkap demi mendapatkah hasil terbaik. Para bintang seperti Pulisic, Luis Suarez sampai bomber Meksiko yang sedang naik daun, Santiago Giménez, akan mati-matian di lapangan. So, sudah terbayangkan bagaimana dahsyatnya peperangan di AS.
Asa Timnas Indonesia
Bagi AS, ajang Copa America 2024 menjadi bagian dari uji coba menuju Piala Dunia 2026. Segala infrstruktur stadion dan pendukungnya, akan mengalami evaluasi setelah penyelenggaraan ini.
Oleh karena itu, panitia penyelenggara menempatkan Copa America 2024 layaknya perhelatan Piala Dunia 2026. Bukan tanpa alasan, karena faktor keamanan, transportasi, teknologi sampai cuaca, menjadi tantangan tersendiri.
Secara infrastruktur, AS telah menyediakan 14 stadion yang akan digunakan untuk 32 pertandingan. Artinya, setiap venue akan melakoni rata-rata 2,28 laga. Hal ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Euro 2024, yang mencatat rata-rata 5,1 pertandingan per stadion.
Tiga di antara venue-venue yang telah disiapkan, memiliki kapasitas di bawah 26 ribu penonton. Sementara sisanya, bisa mengakomodasi lebih dari 60 ribu penonton. Nantinya, satu di antara catatan penting datang dari jumlah penonton, yang bakal menjadi indikator utama harga tiket saat perhelatan Piala Dunia 2026.
Panitia penyelenggara Copa America 2024 memang tak main-main. Mereka tak ingin slogan 'Vibra el Continente' atau 'Rocking the Continent' alias 'Vibre le Continent', hanya sekadar kampanye kosong semata. Mereka benar-benar ingin membuat event yang bisa Menggetarkan Benua, bahkan dunia.
Seluruh stadion, baik yang nantinya akan digunakan Piala Dunia 2026, atau sekadar cadangan, tetap mendapat perlakuan yang sama. Sentuhan itu terlihat di MetLife Stadium (New Jersey), AT&T Stadium (Dallas), Arrowhead Stadoum (Kansas City), NRG Stadium (Houston) dan Mercedes-Benz Stadium (Atlanta).
Lalu ada juga SoFi Stadium di Los Angeles, California, Linconl Financial Field (Philadelphia), Lumen Field di Seattle, Levi's Stadium di San Fransico, Gilette Stadium (Boston, Massachusetts) dan Hard Rock Stadium di Miami, Florida. Rangkaian stadion tersebut bakal melakoni 'fit and proper test' untuk penyelenggaraan venue pertandingan Piala Dunia 2026.
Sembari menunggu evaluasi stadion via Copa America 2024, tentu kita sebagai masyarakat Indonesia memiliki harapan tinggi, apa itu?. Tentu saja, kita bermimpi Timnas Indonesia akan berlaga di stadion-stadion tersebut pada 2026, apalagi kalau bukan berjuang di Piala Dunia 2026!
Mustahil?, tidak juga. Saat ini, Timnas Indonesia sedang bekerja keras agar bisa lolos ke putaran final Piala Dunia 2026. Putaran ketiga zona Asia bakal dilakoni Jay Idzes dkk mulai September 2024.
Sebuah perjalanan panjang yang bakal penuh pengorbanan. Namun, di balik hingar-bingar Copa America 2024, tak ada salahnya kita semua sembari berdoa agar Timnas Indonesia bisa ada di salah satu venue Copa America 2024.