Kurniawan Dwi Yulianto, Pemain Timnas Indonesia Abroad pada Zamannya: Pengalaman di Italia Berguna Sampai Sekarang

oleh Choki Sihotang diperbarui 22 Jun 2024, 07:30 WIB
Fan asal Singapura meminta tanda tangan pada foto lawas asisten pelatih Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. (Bola.com/Muhammad Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta Kurniawan Dwi Yulianto, nama yang tak lekang oleh waktu. Usia yang terus menjulang tak membuat Kurniawan Dwi Yulianto tenggelam ditelan masa. Ia masih eksis hingga kini, walau perjalanan hidup tak selalu mulus.

Saat Como 1907 promosi ke Serie A 2024/2025, nama Kurniawan Dwi Yulianto ikut terkatrol. Perannya sebagai salah satu asisten pelatih sejak 2022 memang ikut mengantarkan I Lariani ke pentas domestik tertinggi Negeri Spaghetti.

Advertisement

Saat menjadi pemain, Kurus, demikian pria 47 tahun ini disapa, pernah memperkuat sujumlah klub papan atas Indonesia seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, dan Persebaya Surabaya.

Kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 13 Juli 1976 pernah pula merasakan kerasnya liga negara lain, FC Luzern (Swiss), dan Serawak (Malaysia).

Di eranya, Kurniawan Dwi Yulianto tak hanya seorang striker beken tapi juga idola jutaan anak-anak Indonesia. Semuanya ingin seperti Kurniawan Dwi Yulianto: terkenal, banyak penggemar, dan tumpuan Timnas Indonesia.

2 dari 4 halaman

Pemain Abroad Generasi Awal

Pertandingan pertama pun sangat memuaskan. Kurniawan Dwi Yulianto dan Miro Baldo Bento menjadi pilihan utama lini depan Timnas Indonesia dalam pertandingan tersebut. (Foto: AFP/Joseph Barrak)

Sebelum bertualang ke banyak klub, legenda yang mengakhiri kariernya di Persipon Pontianak pada 2012, sudah lebih dulu merasakan tempaan PSSI Primavera di Italia serta Sampdoria Primavera.

Di timnas, Kurniawan Dwi Yulianto juga sosok predator yang mengerikan. Selama mengenakan jersey kebesaran Timnas Indonesia, dari 1995 hingga 2005, ia hadir dalam 59 laga dengan torehan 33 gol.

Di level klub, Kurus juga memesona. Kepada PSM, ia persembahkan gelar Liga Indonesia pada musim 1999/2000. Ia juga ikut andil membawa Persebaya ke singgasana Liga Indonesia 2004 serta memenangkan Liga Indonesia 2008/2009 bersama Persisam Putra Samarinda.

Bisa bermain di Eropa, apalagi di salah satu kiblat sepak bola dunia yakni Italia jelas merupakan sesuatu yang luar biasa.

"Saya termasuk pemain yang beruntung. Enggak kebayang, karena dulu kan kepinginnya bermain di Eropa. Alhamdulillah kesampaian," kata Kurniawan Dwi Yulianto via program YouTube Asumsi belum lama ini.

3 dari 4 halaman

Pengalaman di Italia

Kurniawan Dwi Yulianto di Como 1907. (Bola.com/Dok.Instagram Kurniawan Dwi Yulianto).

Pengalaman di Italia itulah yang kemudian membaut manajemen Como 1907 berminat mengangkut Kurniawan Dwi Yulianto kembali ke Italia.

"Ketika ada tawaran untuk ke sana (Como 1907), saya nggak berpikir dua kali langsung saya iyain. Ternyata, ketika saya pertama kali datang ke stadion Como, saya baru keinget dulu waktu masih di Primavera kita juga pernah uji coba di tim itu," kata Kurniawan Dwi Yulianto.

Sukses Kurniawan Dwi Yulianto menimba ilmu balbalan modern di negara Roberto Baggio tak lepas dari pelatih yang sangat dikaguminya, Danurwindo.

"Waktu seleksi di Sawangan (Depok), om Danur selalu bilang 'wah, kalian harus ke Italia. Harus persiapkan mental dan fisik kalian'," ujar Kurus sambil mengulang ucapan Danurwindo.

4 dari 4 halaman

Legacy

Benar saja, kerja keras dan keinginan kuat untu ke Italia akhirnya berbuah manis. Kurniawan Dwi Yulianto dan kawan-kawan yang rata-rata berusia 15 - 16 tahun terbang ke Italia dan dari sana sejarah kemudian mengalir.

"Waktu itu kan kita masih anak kecillah istilahnya, ngebayangin Italia yang banyak kota-kota top," kata Kurniawan Dwi Yulianto.

Bersama PSSI Primavera, dari 1993 hingga 1994, bakat Kurniawan Dwi Yulianto terus berkembang sampai kemudian menjadi salah satu tulang punggung timnas.

Kini, walau usia terus meninggi, Kurus belum mau beranjak dari ranah sepak bola yang telah meroketkan namanya ke langit ke tujuh.