Bola.com, Wuppertal - Dalam peliputan di luar negeri, perjalanan menggunakan transportasi umum adalah salah satu yang paling krusial. Bola.com pun mendapatkan pengalaman berwarna-warni tentang transportasi di Jerman selama meliput Euro 2024.
Dalam beberapa hari pertama di Jerman, Bola.com sudah menjajal beberapa transportasi umum, mulai dari Inter-City Express, kereta regional, dan juga bus. Pengalaman pertama membeli tiket untuk masing-masing transportasi cukup memberikan kesan yang unik.
Pertama kali mendarat di Jerman, tepatnya di Kota Frankfurt, transportasi darat perdana yang dijajal adalah Inter-City Express atau kereta cepat jarak jauh, di mana Wuppertal adalah tujuan. Perasaan deg-degan mengiringi saat kali pertama menjajal transportasi ini.
Seperti yang sudah didengar sejak sebelum berangkat meliput Euro 2024, transportasi kereta di Jerman sangat terstruktur dan punya terhubung satu sama lain dengan sangat rapi. Namun, kabar bahwa kereta terkadang terkendala masalah teknis juga benar adanya, dan itu langsung dialami di hari pertama.
Berubah Koneksi karena Keterlambatan
Setelah lebih dulu membeli tiket secara online untuk kereta cepat tersebut, plus koneksi kereta regional untuk sampai tujuan, Bola.com merasakan bagaimana kereta cepat ini berulang kali berhenti karena ada persoalan teknis dengan kereta di depannya.
Buntutnya, baru setengah perjalanan ada notifikasi melalui aplikasi bahwa waktu untuk pindah ke kereta regional tidak bisa terkejar. Aplikasi menawarkan solusi alternatif dengan turun di stasiun berbeda dan menaiki kereta regional lain yang juga melintasi stasiun tujuan.
Pada akhirnya perjalanan yang harus dilalui memang sangat panjang. Perkiraan tiba awal dan setelah perubahan cukup besar, sehingga dipastikan menggunakan alternatif yang ditawarkan adalah opsi yang harus diambil.
Setidaknya sudah dua kali Bola.com merasakan harus mengubah rencana perjalanan menggunakan kereta dengan opsi yang ditawarkan.
Dan di sinilah pentingnya mengamati jadwal perjalanan kereta melalui aplikasi Deutsche Bahn yang bisa didownload di ponsel masing-masing orang.
Jarang Ada Pemeriksaan Tiket, tapi...
Satu hal yang menarik terkait transportasi kereta di Jerman adalah tidak adanya pintu pemeriksaan tiket ketika memasuki stasiun. Bahkan boleh dibilang ini mirip seperti di Jakarta pada era kereta ekonomi tanpa AC.
Perbedaannya, jika di Jakarta saat itu orang bisa langsung masuk kereta dan membayar harga tiket sedikit lebih mahal kepada kondektur yang melakukan pemeriksaan tiket, jangan berharap itu juga bisa dilakukan ketika Anda berada di Jerman.
Pemeriksaan tiket tidak terlalu sering dilakukan, terutama ketika jam-jam sibuk atau kereta penuh. Namun, ketika kereta sedikit lowong, petugas biasanya mulai berjalan untuk melakukan pemeriksaan tiket.
Apa yang terjadi ketika Anda tidak punya tiket? Petugas tidak menerima uang Anda di dalam kereta. Mereka akan memeriksa identitas Anda, mencatatnya dan melakukan pemindaian terhadap identitas Anda.
Selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah melakukan pembayaran denda yang tidak sedikit, yaitu 60 euro atau sekitar Rp1 juta, untuk membebaskan identitas Anda dari denda.
Mungkin terdengar murah jika Anda memang mampu menetap di Jerman. Namun, yang rumit adalah pengurusan dendanya.
Menurut Amirshah Muhammad Ghifary, mahasiswa Indonesia di Dortmund yang ditemui Bola.com, pengurusan pembayaran denda itu cukup menyita waktu.
"Jangan sampai kena masalah soal tiket mas, nanti rumit. Mengurusnya di gedung tak jauh dari sini, tapi selalu antre," ujarnya.
Pelanggar harus datang ke sebuah kantor yang mengurus persoalan itu, mengisi formulir, dan kemudian memprosesnya untuk membayar denda.
Apa yang membuatnya menjadi menyita waktu? Prosesnya membutuhkan antre yang panjang dan tentu bukan pilihan yang bijak untuk melakukannya.
Kenapa Banyak yang Tidak Beli Tiket?
Dari pengamatan Bola.com, ketika hendak naik kereta, mesin tiket otomatis cenderung sepi. Namun, ketika ada yang ingin membeli tiket di sana, cenderung berhati-hati karena pilihannya yang sangat banyak dan menggunakan bahasa Jerman.
Saat pertama menggunakan transportasi kereta ini, Bola.com sempat kesulitan untuk bisa membeli tiket melalui loket tersebut. Beruntung ketika itu Bola.com mendengar ada dua orang mahasiswa sedang berbincang menggunakan bahasa Indonesia.
Tak menunggu lama, perkenalan pun terjalin. Ada Rio dari Jakarta dan Filza dari Sidoarjo yang membantu untuk membeli tiket. Itu pun mereka tak langsung memahami, perlu pelan-pelan memilih tiket mana yang harus dibeli.
Mahasiswa Indonesia di Jerman memang tak lagi perlu membeli tiket perjalanan untuk menggunakan transportasi kereta regional. Mereka sudah bisa mendapatkannya dari kampus tempat menimba ilmu ketika membayar uang kuliah.
Jadi sangat wajar ketika mereka pun sedikit kebingungan mana tiket yang harus mereka pilih ketika membantu Bola.com, meski mereka memahami bahasa Jerman yang digunakan di mesin tersebut.
Selain mahasiswa yang sudah mendapatkan tiket gratis dari kampusnya, warga Jerman juga memiliki tiket langganan bernama Deutschelandticket, yaitu tiket seharga 49 euro yang dibayarkan setiap awal bulan.
Sayangnya, itu hanya bisa digunakan oleh warga Jerman dan Uni Eropa yang memiliki rekening tabungan di sana, mengingat pembayaran bulanan itu langsung didebit dari tabungan.
Naik Bus Nyaman, Beli Tiket Bisa Langsung Lewat Supir
Pengalaman pertama naik bus di kota tempat Bola.com menginap pun cukup membingungkan, karena lagi-lagi banyak pilihan tersedia di layar tetapi semua menggunakan bahasa Jerman.
Ada mesin tiket di dekat halte, tetapi ketika meminta tolong kepada warga di sekitar untuk menunjukkan cara membeli tiket, ia justru menyarankan untuk langsung naik tanpa membeli tiket.
Namun, ketika naik bus ada beberapa orang bisa membayar kepada supir bus dan kemudian mendapatkan tiket. Hal itu yang kemudian menjadi opsi pilihan ketika naik bus di Jerman. Bayarlah langsung kepada supirnya.
Walaupun ada satu pengalaman ketika Bola.com memberikan beberapa koin yang berjumlah 3,40 euro untuk membeli tiket bus tersebut, supir bus mengembalikannya dan memberikan gestur mempersilakan masuk bus tanpa harus membayar.